Minggu, 23 Juni 2013

Tentang Panjaitan dengan Sinambela

Jika mau melihat hubungan parpadanan (perjanjian) antara Panjaitan & Sinambela maka ada 3 hal yg harus kita ketahui lebih dahulu:
  • Marga Panjaitan, dalam hal ini adalah anak dari Raja Panjaitan yaitu Raja Situngo, dan Anak dari Raja Situngo itu sendiri yaitu Raja SiJorat Paraliman (yg sampai saat ini sementara tarombonya masih controversial bagi “sebahagian” Marga Panjaitan)
  • Marga Sinambela, dalam hal ini Raja Bonanionan Sinambela, yaitu putra ke tiga sekaligus si bungsu dari Raja Sinambela. Raja Bonanionan menikah dengan boru Pasaribu. Lahirlah Raja Si Singamangaraja I bergelar Raja Manghuntal
  • Si Raja Uti,  cucu si Raja Batak yg merupakan anak sulung dari Guru Tatea Bulan.
Pada prinsipnya Panjaitan tidak pernah merasa marpadan dengan Sinambela tetapi Panjaitan menyatakan bahwa Sinambela itu memang Anggi Doli dari Panjaitan 1 ibu (boru Pasaribu) lain bapak. Pihak Sinambela yg sering menyatakan marpadan. Bagi Panjaitan marpadan itu merupakan ikatan yg terjadi karena adanya sebuah perjanjian, itu sebabnya Panjaitan tdk pernah menyatakan marpadan melainkan memang mengganggap Sinambela itu sebagai adiknya jadi tidak perlu adanya sebuah perjanjian (hubungannya lebih dekat). Itu yang saya ketahui, kalau salah mohon dikoreksi karena orangtua saya dari dulu selalu mengatakan Sinambela itu adik dari Panjaitan.
Ada 2 versi yang menyatakan Panjaitan marpadan dengan Sinambela, baik itu cerita dari Pihak Panjaitan maupun pihak Sinambela.
Versi pertama, menyatakan bahwa Panjaitan & Sinambela adalah Kakak beradik 1 ibu lain bapak.
Versi kedua, versi kuda putih Sisingamangaraja, parpadanan terjadi karena Panjaitan berhasil menangkap kuda putih Sisingamangaraja.
Tapi menurut yang saya tau & berdasarkan hasil survey yg saya lakukan baik dari Pihak Panjaitan maupun Sinambela, dapat saya simpulkan bahwa kedua hal tersebut di atasa benar adanya, tapi merupakan 2 hal yang berbeda.
Baiklah sekarang kita simak rangkuman dari kedua versi tsb menjadi suatu rangkaian certita yang berkaitan & berhubungan.
Oke sekarang kita mulai cerita ini dari sekilas Kisah tentang ”Si Raja Uti” .
Si Raja Uti.
Menurut cerita yg banyak ditulis, asal mula leluhur orang Batak adalah dari Pusuk Buhit, Sekitar abad XII Siraja Batak singgah di wilayah Toba Samosir. Siraja Batak memiliki anak yang bernama Guru Tatea Bulan (Iontungan) dan Raja Isumbaon (Sumba). Guru Tatea Bulan mempunyai lima orang anak, yakni:
  • Raja Uti
  • Saribu Raja
  • Limbong Mulana
  • Sagala Raja
  • Malau Raja.
Menurut legenda dan keyakinan suku Batak, Raja Uti (anak Sulung dari Guru Tatea Bulan) adalah yang memiliki kesaktian dibanding saudara2nya. Ia terlahir sebagai manusia yang cacat tidak memiliki kaki & tangan sehingga ia tdk bisa duduk. Ia juga terlahir kembar dengan saudara perempuannya Si Boru pareme. Karena kesaktiannya & kondisi fisiknya sehingga banyaklah gelar yg melekat pada dirinya. Misalnya Raja Biak-biak, Raja Gumelenggeleng. Raja Nasiak Bagi, Raja Miok-miok, Raja Hatorusan. Konon katanya ia mempunyai sayap, Raja Uti sendiri artinya raja yang takkan pernah mati, raja yang takkan pernah tua. Sebagai Anak sulung ia meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke Pusuk Buhit demi memohon kepada Mula Jadi Nabolon agar boleh dia dijadikan raja diantara saudara-saudaranya. tapi ia dianggap remeh oleh saudara-saudaraku krn cacatnya. Singkat cerita Mulajadi Nabolon mengabulkan permintaannya & iapun berubah menjadi manusia yang sempurna yang memiliki kaki dan tangan bertumbuh normal. Dan iapun memperoleh kesaktiannya & akhirnya menjadi seorang pertapa yg sakti.
Cerita si Raja Uti penting kita ketahui karena ia adalah Tulang (paman) dari Sisingamangaraja I (sinambela) & Raja Sijorat Paraliman (Panjaitan). Kemudian kita masuk ke penjelasan kedua tentang Sinambela.

Raja Sinambela
Raja Sinambela mempunyai 3 orang anak yaitu:
  • Raja Pareme Sinambela
  • Tuan Nabolas Sinambela
  • Raja Bonanionan Sinambela
Anak ke 3 nya yaitu Raja Bonanionan Sinambela, menikah dengan boru Pasaribu. Dari hasil perkawinannya lahirlah Sisingamaraja I yang sangat istimewa & mempunyai kelebihan luar biasa. Pada saat lahir giginya sudah tumbuh & di lidahnya tumbuh bulu (berbulu). Sesuai dengan amanat yang diterimanya dari Op. MulaJadi Nabolon anak itu diberi nama Sisingamangaraja & setelah dewasa iapun mengambil tanda-tanda kerajaan dari Raja Uti, berupa: Piso gaja Dompak, Pungga Haomasan, Lage Haomasan, Hujur Siringis, Podang Halasan, Tabu-tabu Sitarapullang.
Raja Panjaitan
PANJAITAN (Toga Panjaitan) mempunyai anak 1 orang yaitu “Raja Situngo Panjaitan”. Salah seorang anak Raja Situngo yaitu “Raja Sijorat Paraliman” (supaya tidak terjadi perdebatan sipersingkat saja tarombonya).
Raja Situngo terkenal kesaktiannya & seorang pengembara, dari cerita Raja Situngo inilah banyak cerita Parpadanan Panjaitan dengan marga lain baik itu karena hubungan darah (Sinambela, Sibuea) maupun karena perjanjian tertentu (Simanullang).
Suatu ketika di pengembaraannya Raja Situngo Panjaitan bertemu dengan seorang perempuan yang sedang berada di Pusara suaminya Raja Sinambela yang baru meninggal. Raja Situngo merasa iba dengan perempuan tsb, singkat cerita Raja Situngo pun membawa pulang perempuan tsb ke kampung perempuan itu (Sinambela) & kemudian mengawininya. Dari hasil perkawinannya lahirlah seorang anak (??), untuk mencegah hal2 yg tidak diinginkan maka disepakatilah bahwa antara Panjaitan & Sinambela tidak boleh ada perkawinan karena mereka adalah saudara 1 ibu lain ayah.
Pada suatu ketika Raja Sisingamangaraja Sinambela dan Raja Panjaitan bersepakat menemui Tulangnya (pamannya) Raja Uti Borbor/ Pasaribu untuk mencari ilmu dan kerajaan. Maka berangkatlah keduanya  (mereka 1 ibu lain ayah)   ke rumah  tulangnya, ttp mereka hanya menemui istri tulangnya (Nantulangnya) di rumah. Merekapun menyampaikan maksud & tujuannya kepada nantulangnya yaitu untuk meminta berkat  dari tulangnya Raja Uti & meminta ilmu.   Sepulangnya mereka nantulangnyapun menyampaikan pesan tsb ke Raja Uti. Lalu Raja Uti pun menguji kedua keponakannya untuk menangkap kuda putihnya yang lepas.  Keduanyapun menggunakan kekuatan dan keahliannya masing-masing mencoba menangkap kuda putih Raja Uti. Ternyata yang berhasil menangkap kuda putih RajaUti adalah Raja Panjaitan (Sijorat Paraliman) dengan menggunakan perangkapnya (Jorat). Setelah itu merekapun melaporkan hasil ujian mereka ke tulangnya Raja Uti,  tetapi mereka tidak menemukan tulangnya di rumah. Mereka hanya menemukan nantulangnya. Ujian demi ujianpun diberikan oleh Raja Uti kepada kedua keponakannya itu tapi tetap saja melalui perantara istrinya (nantulang mereka).
Suatu ketika mereka diundang makan oleh Raja Uti ke rumahnya, tetapi Raja Panjaitan meminta kepada nantulangnya agar nantulangnya menyediakan singkong yang direbus dengan potongan cukup panjang.  Dengan sedikit heran, Nantulangnyapun menyediakan permintaan keponakannya itu. Tiba saatnya makan, istri Raja Uti telah menyediakan semua makanan termasuk singkong permintaan keponakannya Raja Panjaitan, tetapi Raja Uti tidak muncul juga. Lalu merekapun dipersilahkan makan, kemudian Raja Panjaitanpun mengambil singkong yang direbus  tadi.  Karena panjangnya maka Raja Panjaitan pun mendongak ke atas untuk memasukkan ke mulutnya.  Lalu terlihat lah oleh si  Raja Panjaitan tulamngnya si Raja Uti sedang duduk memperhatikan mereka di tingkap-tingkap atas rumah. Berkatalah si Raja Panjaitan “Ternyata Tulang ada di situ, mari kita makan bersama”.  Maka turunlah si Raja Uti makan bersama-sama dengan mereka.  Akhirnya merekapun diberkati oleh tulangnya si Raja Uti setelah melalui beberapa ujian yang diberikannya. Kedua keponakannya inipun diberikan ilmu & kesaktian oleh si Raja Uti. Lalu Si Raja Panjaitan pun di beri gelar Si Raja Sijorat Paraliman, karena telah berhasil memperangkap atau menjerat tulangnya si Raja Uti. Keduanya menjadi raja di wilayahnya masing-masing, meskipun demikian apabila salah 1 dari mereka berada di bukan wilayahnya maka iapun  raja di situ. Misalnya  Si Jorat Paraliman Panjaitan sedang berada di wilayah Sinambela (Sisingamangaraja 1) maka iapun dihormati sebagai raja di situ & sebaliknya jika Sisingamangaraja 1 (Sinambela) sedang berada di wilayah Si Jorat Paraliman maka iapun dihormati sebagai raja di situ. Sisingamangaraja berkuasa di wilayah Timur, sedangkan Si Jorat Paraliman di wilayah Barat.
Demikianlah kisah tentang hubungan persaudaraan Marga Panjaitan & Marga Sinambela yang sampai saat ini masih terjaga dengan baik. Ada juga sebagian orang meremehkan tentang hal ini tapi akibat yang mereka tanggung sangatlah besar apabila dilanggar, karena antara Panjaitan & Sinambela bukanlah hanya sekedar suatu perjanjian tapi memang mempunyai hubungan darah, itu sebabnya Panjaitan selalu menyebut Sinambela Anggi Doli (bukan marpadan), bahkan banyak bukti yang menyatakan apabila terjadi perkawinan antara Panjaitan & Sinambela selalu ada saja permasalah yg di alami keluarga tersebut atau bahasa gampangnya musibah yang diterima oleh mereka.Boleh percaya boleh tidak tapi nyata.
Kebenaran cerita ini tidaklah mutlak, karena kebenaran hanyalah milik Tuhan. Apabila ada hal -hal yang tidak sesuai  mohon dikoreksi atau ada cerita versi lain mohon diinformasikan.
Horas!

Sumber:
http://isranpanjaitan.wordpress.com

8 komentar:

  1. situasinya dulu Ny.sinambela sedang meratapi Almarhum pak Sinambela di pusara(beranak 3),lalu menikah dgn Panjaitan berarti klo seandainya pny ada anak dr hasil pernikahan tsb anak2 Sinambela pny adik baru...(dr Panjaitan MK nya 1 ibu lain bapa)lalu knp Panjaitan panggil adik ke sinambela? apakah panggilan abang-adik ini berlaku utk panjaitan yg 1 ibu atau berlaku utk panjaitan dr ibu2 nya yg lain??

    BalasHapus
  2. Kalo misalnya ibu saya Boru panjaitan, dan ketemu perempuan Boru Sinambela, itu pariban saya atau gimana pak ??

    BalasHapus
  3. Jadi knp simanullang all mengakui klo padan mereka Panjaitan..sementara dikampung sya simanullang dan Panjaitan bisa menikah bgaimn pulak itu??? Apakah padan itu bisa saling menikahi???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selagi percya SM Tuhan hdp kita bhgia..klw kita percaya SM adat berarti Tuhan kita Ompu mula jadi na bolon..AU pe Panjaitan , istri Boru Sinambela..butima

      Hapus
  4. Namanya juga turi-turian...banyak hal yg bica dipercaya dan tidak dipercaya...tapi saya membaca turiturian Panjaitan ini..memiliki banyak ketidakjelasan alur ceritanya..sehingga sulit diterima ligika...apalagi dikaitkan dengn versi turiturian lainnya...sepertinya ada yg disembunyikan dalam cerita tsb..

    BalasHapus
  5. Saya cm percaya sama yesus sang pencipta, karena apa yg telah di persatukan allah tidak bs di cerai beraikan manusia..

    BalasHapus
  6. Jadi klw sudah dikasih Tuhan jodoh sipanjaitan dengan Boru Sinambela ? Bagaimanakah..apakah kita harus mengingkari Jodoh yg dikasih Tuhan itu ? Menurut sy itu cerita nenek moyang dlu..BKN berarti kita melupakan silsilah dan adat..jadi kesimpulan nya Selagi percaya PD Tuhan kita hdp akan bhgia..selagi percaya SM adat nenek moyang berarti Tuhan kalian Ompu mula jadi na bolon..trimsd

    BalasHapus
    Balasan
    1. It lh
      Gk bisa sebetul ny adat sejalan dengan agama

      Hapus