Oleh: Ralph Mahoney
Bab
1 — Dapatkah Seseorang Yang Baru Saja Dibenarkan Terhilang?
Pendahuluan
Empat puluh tahun yang lalu saya sekolah di sebuah pelatihan misi.
Di sana saya bertemu dengan seorang hamba Tuhan yang sangat luar biasa. Hamba
Tuhan ini adalah seorang Pendeta Presbiterian generasi yang ke lima. Meskipun
pada waktu itu umur saya baru 18 tahun, ia mau berteman dengan saya. Sejak saat
itu saya sangat menghormatinya sebagai seorang pelayan Injil. Hamba Tuhan ini
memiliki kehidupan kekristenan yang sangat indah.
Dia bertumbuh dalam keluarga yang sangat menghargai Alkitab. Dia
selalu menghafalkan 5 ayat setiap hari. Pada waktu ia berumur 12 tahun, ia
sudah menghafal seluruh surat-surat Rasul Paulus. Pada waktu umur dua puluh ia
sudah menghafalkan seluruh Perjanjian Baru, dan pada waktu ia berusia empat
puluh tahun, sebagian besar Perjanjian Lama telah terpahat dalam ingatannya.
Dia melakukan semuanya itu dengan menghafalkan lima ayat perhari,
yaitu kira- kira 1800 ayat pertahun. (Yang terpanjang dalam Perjanjian Baru
adalah Injil Lukas yang memiliki 1151 ayat). Seluruh Perjanjian Baru mempunyai
7597 ayat dan Perjanjian Lama 22485 ayat).
Pengetahuannya yang dalam tentang Alkitab memberikan kesan yang
dalam pada diriku. Meskipun begitu kami masih sering bersilang pendapat
mengenai masalah doktrinal. Biasanya kami duduk bersama dengan rasa
persahabatan untuk mendiskusikan perbedaan-perbedaan itu. Ia mempercayai sebuah
doktrin yang disebut "keselamatan kekal". Saya tidak (sampai sekarangpun
tidak) mempercayai doktrin itu pada waktu ia mengajarkannya pada saya.
Perbedaan pendapat di antara kami itu bukan perbedaan pendapat
yang diwarnai kekerasan ataupun kemarahan, tetapi hal itu hanyalah perbincangan
antar sahabat saja. Dia mampu mengutip berpasal-pasal ayat Alkitab untuk
mendukung doktrin yang dipercayainya. Sayapun mempunyai banyak kumpulan ayat
yang saya yakin dapat membantah pengajaran/doktrinnya.
Dalam mempelajari doktrin ini, sebaiknya kita menggunakan
pendekatan yang penuh kasih. Walaupun berbeda pendapat janganlah mengatakan
kata-kata "sesat" pada orang yang tak sepaham. Biarlah kita
mempelajari Kitab Suci dengan sikap yang telah digambarkan oleh Rasul Yakobus
dengan jelas, ’ tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni,
selanjutnya pendamai, peramah, penurut … ’ (Yak 3:17).
Ingat, orang yang mempunyai
pandangan yang berbeda pastilah dia mempunyai alasan yang kuat, jadi marilah
menjadi orang-orang ‘Berea’ yang baik " … karena mereka
menerima Firman Tuhan itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka
menyelidiki kitab suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar
demikian" (Kis 17:1).
Dua Pandangan Yang Berbeda
Pandangan yang Pertama Kita Diselamatkan Oleh Perbuatan Baik Kita
Atau Dengan Iman Dan Perbuatan Baik.
Sekitar empat ratus tahun yang lalu, banyak pimpinan gereja yang
menyadari bahwa gereja sangat membutuhkan suatu perubahan. Sertifikat
pengampunan dosa (sebuah konsep bahwa gereja dapat menjual belikan kebaikan
Tuhan dan orang-orang percaya dapat membelinya) dijual di seluruh Eropa untuk
mengumpulkan dana bagi pembangunan katedral St. Peter di Roma.
Flagelisme (praktek menyiksa diri sendiri dengan
cambukan-cambukan) dilakukan oleh jutaan orang ‘Kristen". Para pelaku
Flagelisme itu berusaha mendapatkan belas kasihan Tuhan dengan cara yang sangat
kafir itu.
Orang-orang berjalan bermil-mil jauhnya dengan lutut mereka untuk
berdoa di depan patung perawan Maria, dengan harapan mereka bisa mendapatkan
pengampunan dan pembebasan dari dosa-dosa mereka. Mereka mencari keselamatan
melalui cara-cara seperti di atas, dan yang lebih parah lagi dengan menggunakan
ajaran-ajaran sesat.
Penyelewengan telah tersebar luas dikalangan gereja. Para Paus
pemimpin Gereja Roma Katolik di Roma kekuasaannya melebihi raja-raja di Eropa
dan mengancam mereka dengan penghukuman kekal apabila mereka tidak mentaati
perintah-perintah para Paus itu. Raja-raja ‘Kristen’ itu dipaksa untuk memimpin
perang melawan saingan-saingan politik dari Paus. Itulah zaman kegelapan dimana
terang Injil hampir padam.
Sebagai seorang pengkhotbah dan seorang ahli Teologi, John Calvin
dan sang pembaharuan, Martin Luther berjuang melawan praktek-praktek yang tidak
Alkitabiah itu, sebab mereka mulai melihat kebenaran-kebenaran yang berkuasa
yang diajarkan oleh Rasul Paulus di dalam suratnya bagi jemaat di Roma.
(Catatan: bukanlah suatu kebetulan jika Rasul Paulus menulis
suratnya bagi sidang jemaat di Roma. Roh Kudus sudah mengetahui pada waktu itu
bahwa berabad- abad kemudian gereja di Roma akan sangat membutuhkan pengertian
dan pemahaman tentang apa yang telah dikatakan oleh Rasul Paulus).
Pandangan Yang Kedua Kita Diselamatkan oleh Kasih Karunia Hanya
Melalui Iman Percaya Kita.
Lima Doktrin Kebenaran. Denominasi Reformasi yang lahir empat abad
yang lalu melahirkan gereja-gereja Protestan. Lima kebenaran dasar doktrin di
bawah ini adalah dasar kepercayaan gerakan ini:
1) Hanya Kitab Suci Yang Benar 2) Hanya Oleh Iman Percaya 3) Hanya
Oleh Kasih Karunia 4) Kekuasaan Mutlak Dari Tuhan 5) Keimamatan Setiap Orang
Yang Percaya.
Doktrin-doktrin di atas
merupakan suatu inti penting bila gereja ingin membebaskan diri dari belenggu
kegelapan spiritual dan perbudakan agamawi yang menekan gereja pada saat itu.
Diskusi ini melibatkan doktrin kedua dan ketiga dari kelima doktrin yang ada.
Orang Benar Akan Hidup Oleh Iman
Calvin, Luther dan ratusan orang lainnya dilawat oleh Tuhan.
Mereka menerima mujizat yang digambarkan dalam Luk 24:45. ‘Lalu ia membuka
pikiran mereka sehingga mereka mengerti kitab suci’.
- Ini merupakan wahyu Allah yang luar biasa ketika mereka membaca Alkitab "Sesungguhnya … orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya" (Hab 2:4).
- "Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17).
- "Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan dihadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah mutlak, (yaitu dengan melaksanakan sepuluh Hukum Allah, peraturan agama, dsb). Karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman’ (Gal 3:11).
- "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman … " (Ibr 10:33).
Apakah maksud dari keempat pernyataan yang berulang-ulang di atas
tadi?
Jawaban Paulus
Rasul Paulus mengemukakan tiga buah argumentasinya untuk menjawab
pertanyaan tadi.
- Setiap Orang Kafir Adalah Orang Berdosa dan Membutuhkan
Juruselamat. " … telah nyata … baik orang Yahudi,
maupun orang Yunani bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa; Seperti ada tertulis, tidak ada yang benar, seorangpun tidak’;
Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak …
Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah;
Kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah;
Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal;
Rasa takut akan Allah tidak ada pada orang itu’ (Rm 3:9-18).
Ayat berikut ini menggambarkan betapa sesatnya bangsa kafir secara total " … tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia" (Ef 2:12).
- Setiap orang Yahudi adalah Orang Berdosa Dan Membutuhkan Juruselamat. " … telah nyata baik orang Yahudi, maupun orang Yunani bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa; Seperti ada tertulis, tidak ada yang benar, seorangpun tidak" (Rm 3:9,10). "Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat (hal ini tertuju khusus bagi orang Yahudi, yang masih hidup di bawah hukum Perjanjian Lama) supaya mulut mereka berhenti (dari kesombongan yang membanggakan kebenaran diri sendiri), dan seluruh dunia akan jatuh ke bawah hukum Allah" (Rm 3:19).
- Kesimpulan: Ayat-ayat di atas sangatlah jelas menunjukkan bahwa setiap orang di dunia (baik orang kafir maupun orang Yahudi) adalah orang berdosa, dan membutuhkan seorang Juruselamat. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm 3:23).
- Baik Orang Kafir Maupun Orang Yahudi Tidak Dapat Dibenarkan Oleh Hukum Taurat.
Penjelasan Mengenai Istilah-Istilah Yang Digunakan
Untuk mengerti pandangan yang disusun Rasul Paulus, kita harus
dapat mendefinisikan dan menjelaskan arti kata-kata yang dipakainya.
- Dibenarkan. Ini adalah istilah yang biasa digunakan oleh
pengadilan kriminal non agama. Untuk di
"benarkan"/"justified" di dalam suatu pengadilan berarti
harus disebutkan, diumumkan, dinyatakan bahwa orang itu tidak bersalah.Di dalam Alkitab kata ini mempunyai arti yang lebih dalam. Arti
kata itu bahkan berarti "dinyatakan benar," dan "layak
berada" dihadapan Allah. Di dalam pandangan Tuhan, I am just (as) if eid.
(bila dibaca bisa berbunyi: just if I had) never sinned, yang artinya: Saya
benar, seperti tidak pernah berbuat dosa.
Hal ini telah diilustrasikan pada zaman kitab Keluaran dimana Musa memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir di bawah "perlindungan darah anak domba". (Kel 12:13) "Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua sudah dibaptis dalam awan dan dalam laut" (1Kor 10:2).
Di padang gurun, tindak tanduk orang Israel tidak seperti orang-orang yang sudah dibaptis. Mereka mengeluh dan menyalahkan Musa maupun Tuhan. Pada suatu saat Tuhan berkata akan membinasakan mereka (Ul 9:14).
Bahkan seorang peramal yang menjadi nabi yaitu Bileam waktu disewa oleh Raja Balak untuk mengutuki bangsa Israel mengucapkan nubuatan yang luar biasa ini: "Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat kesukaran di antara Israel … " (Bil 23:21).
Bagaimanakah hal tersebut dapat dikatakan untuk bangsa Israel? Padahal Alkitab dipenuhi dengan kisah-kisah mengenai kegagalan dan dosa-dosa mereka.
Bileam telah mengungkapkan pandangan yang dimiliki Tuhan mengenai orang-orang yang sudah mengambil "darah anak domba" sebagai perlindungan mereka. Darah itu membawa perlindungan dari Tuhan dan menutupi dosa mereka. Allah tidak dapat melihat dosa mereka lagi. Allah memandang mereka sebagai umat yang tidak berdosa. Mereka telah dibenarkan, mereka memiliki "kedudukan" yang benar di hadapan Allah meskipun "kelakuan" mereka selalu mengeluh dan memberontak.
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya yang dosanya ditutupi". (Mzm 32:1) Itu artinya bila sesuatu sudah ditutupi, tidak dapat dilihat lagi. Maka bila kita sudah dibenarkan, dosa kita sudah diampuni dan dilupakan. " … Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka" (Yer 31:34). "Sejauh Timur dan Barat, demikianlah dijauhkan daripada kita pelanggaran kita" (Mzm 103:12).
Dosa ditutupi! Dosa diampuni! Dosa dilupakan!
Inilah yang diperintahkan oleh " … Tuhan, Hakim
itu … " (Hak 11:27) bagi setiap orang berdosa yaitu harus
memenuhi syarat-syarat tertentu yang diberikan Tuhan agar orang berdosa
dibenarkan. Syarat-syarat tersebut akan dijelaskan kemudian.
- Hukum Taurat (The Law) dan Sepuluh Perintah Allah (The Ten
Commandment)."hukum Taurat (the law)" mengarah pada 5 kitab pertama
di dalam Perjanjian Lama. Hukum itu ditulis Musa di atas lembaran-lembaran
kulit binatang dan telah diidentifikasikan sebagai "kitab Taurat
Musa"."Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu
dalam sebuah kitab … "
" … Musa memerintahkan kepada orang-orang Lewi … Ambillah kitab Taurat ini dan letakkan disamping tabut perjanjian Tuhan, Allahmu … " (Ul 31:24-26).
"Ia berkata kepada mereka … harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku di dalam kitab Taurat Musa, dan kitab nabi-nabi, dan kitab Mazmur" (Luk 24:44).
"Kitab Taurat" memuat "(sepuluh) perintah"
"Perintah (commandments)" sebenarnya ditulis di atas dua loh batu oleh jari tangan Allah. Musa menyalinnya lagi dan memasukkannya ke dalam "kitab Taurat Musa".
"Dan … Ia menuliskan pada loh batu itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman" (Kel 34:28)
"Dan Tuhan memberikan kepada Musa … kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah" (Kel 31:18).
"Di dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb … " (1Raj 8:9).
Sepuluh perintah Allah mendefinisikan kewajiban kita terhadap Tuhan dan sesama manusia. Perintah-perintah itu adalah tuntunan moral bagi sikap dan tindakan umat manusia.
Hukum Taurat menerapkan perintah-perintah tersebut ke dalam kehidupan sehari- hari untuk mewujudkan ketenangan dan keadilan di antara bangsa Israel. Hukum Taurat diperuntukkan bagi bangsa Israel. Kesepuluh perintah Allah adalah tuntunan moral yang universal dan merupakan prinsip-prinsip rohani bagi seluruh umat manusia.
"Hukum Taurat" dan "(kesepuluh) Perintah" harus bisa dibedakan ketika kita membaca kitab Perjanjian Baru. Rasul Paulus menyebut kedua hal itu sebagai dua hal yang sama sekali berbeda, tidak ada kesamaan satu sama lain. "Jadi Hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus benar dan baik" (Rm 7:12). Hampir di dalam setiap kasus, kedua hal ini tidak pernah mempunyai arti yang sama.
CATATAN: Sepanjang abad ke tigabelas dari zaman Musa sampai Kristus, orang-orang Yahudi membuat komentar-komentar tambahan dan interpretasi-interpretasi yang rumit dari Hukum Taurat (Pentateuch). Orang-orang Yahudi itu menyebut kelima kitab Taurat Musa sebagai "tradisi yang disampaikan secara lisan".
Pada zaman Yesus, orang-orang Farisi memperlakukan "tradisi
yang disampaikan secara lisan," ini sebagai ikatan yang mengikat
masyarakat seperti Kitab Suci. (Untuk komentar lebih jauh bisa dilihat pada
bagian antara Perjanjian Lama dan Baru).
Yesus menolak otoritas tradisi/adat istiadat orang-orang Yahudi,
bila tradisi itu bertentangan dengan perintah-perintah atau yang lebih jelas
adalah "kitab Taurat Musa". Yesus berkata pada orang-orang Yahudi,
"Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. Sungguh
pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat
istiadatmu sendiri. Dengan demikian Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku
demi adat istiadat yang kamu ikuti itu (Mrk 7:8,9,13).
- Kesulitan-Kesulitan Dalam Memahami Jawaban Rasul Paulus.
Rasul Petrus sudah mengingatkan tentang kesulitan yang akan dihadapi dalam memahami surat-surat yang ditulis Paulus: " … seperti juga Paulus, saudara kita … telah menulis kepadamu … ada hal-hal yang sukar dipahami … " (2Ptr 3:15,16).
Tujuan surat-surat Rasul Paulus bagi jemaat di Roma, Galatia, Ibrani sebenarnya dimaksudkan untuk menjawab suatu pertanyaan sulit yang dikemukakan oleh Ayub 4000 tahun yang lalu … masakan manusia benar dihadapan Allah?" (Ayb 9:2).
Sekarang kita akan menjelaskan jawaban Rasul Paulus. Untuk memahami surat-surat Rasul Paulus, anda harus melihat definisi-definisi di bawah ini terlebih dahulu.
- Bagaimana Seorang Berdosa Dapat Dibenarkan? Orang-orang Yahudi menjunjung tinggi Abraham sebagai nenek moyang besar bangsa Yahudi. Karena ketaatan Abraham yang penuh iman, terhadap suara Tuhan, Iskak, anak perjanjian itu dapat dilahirkan. Dari Iskak lahir Yakub (namanya diganti menjadi Israel Kej 32:28). Dari Israel lahir 12 anak yang keturunannya menjadi keduabelas suku Israel.
Rasul Paulus mengajukan suatu pertanyaan: Bagaimana Abraham Dapat
Dibenarkan?
- Bukan Karena Perbuatannya Baiknya Sendiri, Tetapi Karena Iman Percayanya Pada Allah. "Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, Bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah … Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci (Perjanjian Lama Kej 15:6)?" Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Rm 4:1-3 NIV). Rasul Paulus memperjelasnya, yaitu: "Pada waktu itu Ia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya … " (Tit 3:5). Jadi kita dibenarkan bukan karena perbuatan baik kita tetapi oleh apa yang telah Kristus perbuat di atas kayu salib. Seperti domba paskah di Mesir, Dia memberikan darahNya untuk menyediakan penutup bagi dosa kita. " … kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah".
- Bukan Melalui Penyunatan. Abraham dibenarkan bukan melalui penyunatan, meskipun ia sendiri sudah disunat " … kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran. Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan Iman yang ditunjukkannya sebelum ia bersunat’(Rm 4:9-11 NIV). Penyunatan (sama seperti baptisan bagi orang percaya) bukanlah suatu alasan bagi Abraham untuk dibenarkan, hal itu hanyalah merupakan tanda lahiriah (bukti) dari iman Abraham, sebab oleh imannyalah Abraham dibenarkan (sebelum ia disunat).
- Bukan Dengan Mentaati "Hukum Taurat". Abraham dibenarkan bukan karena ia mentaati "hukum Taurat". Sangat mustahil bagi Abraham dibenarkan karena mentaati hukum Taurat dan perintah-perintah Allah karena kedua hal itu baru muncul 430 tahun setelah zaman Abraham." … janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tigapuluh tahun kemudian, sehingga janji itu kehilangan kekuatannya" (Gal 3:17 niv). "Sebab tidak seorangpun dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat … " (Rm 3:20) "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Rm 3:28)"Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang percaya" (Rm 10:4 NIV). "Kami (orang Yahudi) tahu bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus … sebab tidak ada seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat" (Gal 2:16) "Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena orang benar akan hidup oleh iman" (Gal 3:11).
- Hanya Oleh Iman. Rasul Paulus sudah membuat hal ini menjadi
jelas kita tidak dapat mempercayai Kitab Suci mengenai pembenaran oleh iman,
sekaligus menjadi orang tidak percaya, tersesat, dan tanpa pengharapan."Tetapi bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan
mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena
Israel mengejarnya bukan karena iman … " (Rm 9:31,32 niv). Rasul Paulus menjelaskan tujuan dari hukum Taurat. Tujuannya bukan membuat manusia menjadi suci; tujuannya adalah
untuk mengajar mereka melihat betapa tidak sucinya mereka. " … justru oleh hukum Taurat orang mengenal
dosa" (Rm 3:20). " … justru oleh hukum Taurat
aku mengenal dosa … " (Rm 7:7 niv).
Hukum Taurat akan membuat umat manusia sadar bahwa mereka membutuhkan seseorang untuk menyelamatkan mereka, sehingga mereka lalu menjadi percaya pada Kristus sebagai Sang Penyelamat.
"Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam kitab Taurat ditujukan kepada mereka … dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah" (Rm 3:19). "Jadi, hukum Taurat adalah penuntun (yang berwenang) bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan oleh iman" (Gal 3:24 NIV).
Membenarkan diri di hadapan Allah berdasarkan hukum Taurat disebut
"hidup diluar kasih karunia". "Kamu lepas dari Kristus,
jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat, kamu hidup di luar kasih
karunia" (Gal 5:4).
Mari kita menumpuk dan
meletakkan semua perbuatan baik dan dosa-dosa kita masing-masing pada tumpukkan
tersendiri dan meninggalkan kedua tumpukan tersebut lalu lari pada salib
Kristus, dimana pengampunan ditawarkan pada orang-orang yang merasa insaf.
Hanya oleh iman di dalam darahNya (Rm 3:25) kita dibenarkan.
Bab 2 — Jenis Iman Yang Benar
Pendahuluan
Sebagai seorang muda dalam gerakan pembaharuan, Martin Luther
menolak adanya surat-surat Yakobus dan memikirkan hendak meniadakannya dari
Alkitab.
Dikemudian hari dalam hidupnya, Luther mengubah pendiriannya.
Sebab dia melihat kehidupan pengikut-pengikutnya yang penuh dengan kejahatan.
Mereka mengaku dibenarkan oleh iman, tetapi gaya hidup mereka tidak membuktikan
bahwa mereka memiliki jenis iman yang benar.
Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka
menyangkal Allah. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu
yang baik. (Tit 1:16).
Pengikut-pengikut Luther jatuh ke dalam kesalahan yang telah
diperingatkan oleh Rasul Paulus sebelumnya. Setelah meneguhkan dasar-dasar
pembenaran secara jelas, Rasul Paulus memperingatkan orang-orang percaya agar
tidak salah mengartikan dan menerapkan wahyu yang diterimanya.
"Jika demikian, apakah yang hendak kita kerjakan? Bolehkah
kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Sekali-kali tidak!
" … kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia
oleh Baptisan dalam air … kita akan hidup dalam hidup yang baru.
" … kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut
disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita
menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas
dari dosa … hendaknya kamu memandangnya, bahwa kamu telah mati bagi
dosa …
"Sebab kamu tidak akan
dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi
di bawah hukum kasih karunia" (Rm
6:1-14 niv).
Paulus Vs Yakobus = Tidak Ada Pertentangan
Alkitab dalam bahasa Inggris tidak menterjemahkan kitab Yakobus
secara jelas. Akibatnya, banyak orang berpikir bahwa Yakobus bertentangan
dengan Paulus. Tidak akan ada pertentangan antara Yakobus dan Paulus bila kitab
Yakobus dimengerti secara benar.Kenyataannya, Yakobus telah menjelaskan dengan
jelas sekali bahwa usaha untuk dibenarkan oleh Kitab Taurat adalah usaha yang
tidak berpengharapan. "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu,
tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap
seluruhnya" (Yak 2:10).
Pernahkah ada seseorang (kecuali Yesus) yang hidup tanpa satu
dosapun? Pertimbangkanlah pernyataan Yakobus ini: SATU perlawanan saja terhadap
perintah-perintah, maka hal itu akan sama parahnya seperti menghancurkan semua
perintah-perintah secara berkali-kali.
Satu kali berbohong membuatku menjadi pembohong, satu dosa
membuatku berdosa, di bawah hukuman maut. "Sebab upah dosa adalah
maut … " (Rm 6:23). "Orang yang berbuat dosa, itu
yang harus mati … " (Yeh 18:20).
Maka, bila kita berpikir kita dapat menyelamatkan diri kita
sendiri dengan hukum Taurat/sunat ataupun perbuatan baik, itu adalah pikiran
yang sia-sia. Kita membutuhkan seorang Juruselamat (seseorang yang dapat
menyelamatkan kita karena kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri).
Puji Tuhan! Dia sudah
menyediakan hal itu bagiku di dalam AnakNya, Yesus! Juruselamatku.
Apakah Iman yang Menyelamatkan Itu?
"Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan,
bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? dapatkah iman
itu menyelamatkan dia?" (Yak 2:14 kjv). Terjemahan
ini kurang tepat, seharusnya " … apakah iman semacam itu
dapat menyelamatkan dia?"
Dalam hal ini kita tidak mempertanyakan, kita diselamatkan dengan
iman atau oleh perbuatan baik kita. Tetapi cenderung pada jenis iman apakah
yang dapat menyelamatkan? Jenis iman yang menyelamatkan bukanlah suatu
persetujuan/kecocokan antara pengetahuan dengan fakta-fakta Alkitabiah mengenai
Tuhan.
"Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik!
Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar" (Yak 2:19).
1. Iman Yang Menyelamatkan Ialah Bertindak Dan Taat.
Yakobus menunjukkan bahwa iblis mempercayai fakta-fakta mengenai
Allah, tetapi sebagai reaksinya, mereka tidak mentaati apa yang dikatakan
Tuhan. Iman akan selalu BERTINDAK dan TAAT.
Jenis iman yang membenarkan dan menyelamatkan kita dari dosa
adalah iman yang menghasilkan ketaatan yang indah pada perintah-perintah Allah.
"Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa
perbuatan/tindakan ketaatan adalah iman yang kosong?" (Yak 2:20).
Iman adalah "tindakan-tindakan mentaati sebagai reaksi
terhadap apa yang telah dikatakan Tuhan".
- Iman Yang Menyelamatkan Diilustrasikan. Seperti halnya kaisar Jepang, kaisar-kaisar Romawi pada zaman Perjanjian Baru menyatakan dirinya sebagai tuhan, yang harus disembah.Kata "kurios" dalam bahasa Yunani (diterjemahkan sebagai "Tuhan" didalam Alkitab kita) dipergunakan dalam hukum Romawi. "Kurios’ hanya dipergunakan untuk sang Kaisar saja. Bagi orang Romawi Kaisar adalah "Tuhan". Menggunakan kata ini untuk hal-hal yang lain akan mengakibatkan hukuman mati bagi pelanggarnya.
Paulus menulis suratnya pada orang-orang percaya di Roma (Ibukota
dimana Kaisar bertahta) …
"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa ‘Yesus’ adalah
Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang
percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Rm 10:9,10).
Ada dua kebenaran yang berkuasa mengenai jenis iman yang
menyelamatkan, diajarkan oleh Paulus:
- Iman Adalah Hidup Atau Mati Bagi Yesus. Iman yang menyelamatkan adalah jenis iman yang membuat saudara rela hidup atau mati bagi Yesus. Mengakui dengan mulut anda, ‘Yesus itu Tuhan’, di depan banyak saksi, berarti menaruh hidup anda di dalam resiko yang besar. Bila saudara diadukan pada penguasa-penguasa Romawi oleh saksi-saksi tersebut, anda dapat dihukum mati.
- Iman Seperti Ini Taat Pada Yesus. Iman yang menyelamatkan lebih mengarah pada hati manusia daripada pikiran yang ada di dalam kepala manusia. ’ karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan … ’ (Rm 10:10).
"Sebab karena kasih karunia (pemberian yang diberikan untuk
kita yang tidak layak kita terima) kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu; tetapi oleh kasih karunia dan iman adalah pemberian Allah" (Ef 2:8,9).
Rm 16:26 berbicara tentang " … ketaatan
iman". Jenis iman yang tidak menghasilkan tindakan ketaatan terhadap
apa yang sudah dikatakan Tuhan, BUKANlah jenis iman yang menyelamatkan dan
membenarkan.
Pertanyaan Yakobus yang benar-benar ditekankan mengenai: "Dapatkah
jenis iman yang tidak ada tindakan ketaatan dapat menyelamatkan?"
Selalu menghasilkan jawaban TIDAK!
"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk melakukan pekerjaan yang baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau
supaya kita hidup di dalamnya" (Ef 2:10).
Masih berhubungan dengan hal di atas, dapatkah dengan melakukan
perbuatan- perbuatan baik, bersunat, hukum Taurat dan perintah-perintah,
membawa pada keselamatan? TIDAK! Hanya oleh kasih karunia dan kemurahan
Tuhanlah kita diperbolehkan memiliki pengharapan akan keselamatan. Melalui
percaya dengan sepenuh hati kita (seperti Abraham pada waktu yang lalu), iman
kita diperhitungkan sebagai kebenaran.
- Iman Yang Menyelamatkan Adalah Pemberian Allah.
"Aku bersukaria di dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di
dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan
menyelubungi aku dengan jubah kebenaran … " (Yes 61:10). Ini adalah jubah dan penutup yang Dia berikan
cuma-cuma pada kita sebagai suatu "pemberian" yang memungkinkan kita
dapat berdiri di hadapan Tuhan seperti tidak pernah berbuat dosa,
dibenarkan".
" … itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah … " (Ef 2:8,9).
Terpisah dari tindakan-tindakan penyelamatan Tuhan yang ditujukan
bagi kita, " … kami sekalian seperti seorang najis, dan
segala kesalehan kami seperti kain kotor … dan … kejahatan
kami seperti daun dilenyapkan oleh angin" (Yes 64:6).
Yesaya membuat hal ini menjadi jelas, bahwa dengan usaha kita
sendiri meskipun itu secara rohani hanya akan menghasilkan "Kain
kotor" (arti dalam bhs. Ibrani) yang mana bila disentuh akan mengakibatkan
secara harafiah membuat seseorang najis dan tidak layak untuk menghadap Tuhan.
"Apabila seorang perempuan mengeluarkan
lelehan, … darah dari auratnya, ia harus tujuh hari lamanya dalam
cemar kainnya, dan setiap orang yang kena kepadanya menjadi
najis … " (Im 15:19).
Catatan: bahwa wanita semacam ini dapat menjamah Yesus dan
disembuhkan, dan diterima dengan penuh kasih, menunjukkan kelebihan Perjanjian
Baru atas Perjanjian Lama (Luk 8:43-48 dan Ibr 7:22 8:6 12:24).
Sangat kita hargai salib Kristus dan pekerjaanNya. Ia telah
menggenapkan keselamatan bagi kita di saat kita sedang berusaha untuk
menyelamatkan diri kita sendiri, atau mencampuri karya penyelamatanNya dengan
usaha perbuatan baik kita.
"Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentianNya, ia
sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti
dari pekerjaanNya" (Ibr 4:10).
Di dalam Perjanjian Lama, Rut diajar bagaimana mendobrak
kemiskinan dan statusnya sebagai seorang janda, lalu menikah dengan "Tuan
masa tuai" yaitu Boas.
"Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: "Anakku,
apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya
engkau berbahagia? Maka sekarang, bukankah Boas … adalah sanak kita?
maka mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu …
Jika ia membaringkan diri tidur, … datanglah
dekat … berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu
apa yang harus kau lakukan" (Rut
3:1-4).
Satu-satunya hal yang harus diperbuat Rut adalah menyiapkan
dirinya sendiri untuk suatu hubungan dan pergi menghadap Boas lalu berbaring
(istirahat). Boas kemudian melaksanakan semua kepentingannya Dengan ini Rut
diselamatkan dari status jandanya, kelaparan dan kekurangannya.
Demikian juga halnya dengan kita, kita dipanggil untuk
beristirahat selagi Tuan masa tuai itu, yaitu YESUS membereskan keselamatan kita
sampai hal paling kecil sekalipun.
Biarlah Yesus menyelesaikan pekerjaanNya yang telah dimulai dalam
diri kita. Hentikan usaha untuk menyelamatkan diri sendiri dengan segala
perbuatan baik, maka kita akan menjadi orang Kristen yang berbahagia.
"Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia yang telah mulai
pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya
pada hari Kristus Yesus" (Flp 1:6).
Jika kita bergumul, untuk
menyelamatkan diri kita sendiri, kita akan menjadi frustasi ketakutan dan
selalu merasa terancam.
Apakah yang Terjadi Bila Orang Percaya Berdosa?
Beberapa orang mengajarkan bahwa bila anda berdosa setelah anda
percaya pada Tuhan, anda akan terhilang sampai anda bertobat dan mendapat
pengampunan.
Kitab Suci tidak mendukung hal semacam ini. Alkitab berkata, "Berbahagialah
orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah
manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN" (Mzm 32:1,2).
Daud mengatakan hal yang sama ketika ia berbicara tentang
keberkatan bagi orang yang dibenarkan Allah bukan karena perbuatan-perbuatan
baiknya:
"Berbahagialah orang yang diampuni
pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah
manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya" (Rm 4:6-8 niv).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa ketika kita dibenarkan,
dosa-dosa kita diampuni, dosa tidak lagi ditanggungkan atas kita. Dosa kita
seluruhnya dibebankan pada Kristus, dan kebenaranNya dilimpahkan bagi kita.
Yesus Akan Melindungi Kita.
Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya bila orang percaya berbuat
dosa? Rasul Yohanes mengajarkan kepada kita, "Anak-anakku, hal-hal ini
kutuliskan kepada kamu, supaya kamu tidak akan lagi berbuat dosa/jangan berbuat
dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada
Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil Ia (Yesus Kristus) adalah pendamaian untuk
segala dosa kita … " (1Yoh 2:1,2 niv).
Rasul Yohanes tidak menganjurkan kita untuk berbuat dosa. Dia
memohon kepada kita agar tidak berbuat dosa. Tetapi dia meyakinkan kita,
meskipun kita berbuat dosa, Yesus akan selalu siap melindungi kita dari
tuduhan-tuduhan yang dilancarkan setan. Dia sudah membayar harganya bagi dosa
kita, sehingga tidak ada lagi penghukuman bagi orang percaya (Rm 8:1).
Terjemahan dari 1Yoh 3:6-9 di dalam Alkitab versi King James
berbahasa Inggris cenderung mengarahkan beberapa orang untuk mempercayai bahwa
orang yang percaya pada Yesus memiliki hidup tanpa dosa sama sekali.
Gagasan semacam ini bertentangan dengan 1Yoh 1:8-10: "Jika
kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan
kebenaran tidak ada di dalam kita".
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan".
"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita
membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita."
1Yoh 3:5-9 diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan tepat oleh
Dr. Williams: "Anda tahu bahwa Yesus datang supaya Dia dapat
melenyapkan dosa-dosa kita. Di dalam Dia tidak ada dosa. Tidak ada seorangpun
dari mereka yang tinggal di dalam Dia sengaja berbuat dosa. Setiap orang yang
sengaja berbuat dosa belum melihat atau mengenal Dia … Tidak seorang
pun yang dilahirkan baru dalam Tuhan, sengaja berbuat dosa … "
Masalahnya bukannya mengenai orang yang sempurna yang tidak pernah
berbuat dosa. Bagaimanapun, hal yang pasti ialah bahwa Kristus datang " …
untuk menyelamatkan umatNya dari dosa" (Mat 1:21) —
sehingga, jika seseorang terus menerus sengaja berbuat dosa atau mempunyai
kebiasaan atau juga kecanduan berbuat dosa, maka ia tidak memiliki jenis iman
yang menyelamatkan.
Orang Percaya Yang Benar Tidak Ingin Berbuat Dosa.
Ini adalah masalah pengertian "manusia lama" kita dan
"manusia baru" kita. Manusia lama kita, digambarkan seperti babi yang
gemar berguling-guling di dalam becek dan lumpur. Manusia baru kita digambarkan
sebagai domba, yang mana kalau domba ini terjatuh atau terpeleset di dalam
lumpur, akan meronta sekuat-kuatnya untuk keluar dari lumpur, meskipun harus
mengorbankan nyawanya.
"Yaitu bahwa kamu … harus meninggalkan manusia lama
(alamiah) dan mengenakan manusia baru (alamiah), yang telah diciptakan menurut
kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:22,24).
Orang percaya yang benar tidak ingin berbuat dosa atau
"bergumul di dalam lumpur" dosa. Orang yang memiliki iman yang
menyelamatkan tidak akan melakukan dosa yang sudah dipikirkan masak-masak
terlebih dahulu.
Tetapi jika ada orang percaya yang tidak sengaja melakukan
kesalahan, menyerahkan pada godaan atau jatuh kedalam dosa. Tuhan selalu ada di
sana untuk melindungi orang yang percaya dari tuduhan-tuduhan dan penghukuman
dari si iblis. Kuncinya adalah apakah orang percaya tersebut memiliki kerinduan
untuk dibebaskan dari dosa atau tidak.
Orang Percaya Yang Benar Akan Didisiplin.
Jika ada seorang anak tidak mematuhi orang tuanya, persekutuan
mereka akan hancur, bukannya hubungan mereka. Disiplin yang tepat adalah
sesuatu yang bisa memulihkan ketaatan dan persekutuan anak tersebut dengan
orang tuanya. Selama proses ini, hubungan mereka TIDAK terputus. Anak yang
tidak taat adalah tetap anak dari orang tua tersebut.
Maka harus dicatat bahwa disiplin yang sangat keras dapat
mengikuti perbuatan dosa yang berat.
"Karena Tuhan mengajar orang yang dikasihiNya, dan Ia
menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, jika kamu harus menanggung
ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak … " (Ibr 12:6,7).
Jika anda dapat berbuat dosa tanpa dihukum, ini akan menjadi suatu
pertanyaan, apakah anda orang percaya yang benar atau tidak.
"Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus
diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak Gampang"(Ibr 12:8 niv)
a. Dosa Daud Dan Penghakiman. Raja Daud jatuh ke dalam dosa
perzinahan yang sangat berat, yang diikuti oleh dosa pembunuhan yang sangat
tidak berperi kemanusiaan (2Sam 11). Hal ini mendatangkan rangkaian penghakiman
yang menghantui Daud sepanjang sisa hidupnya.
Di antaranya penghakiman-penghakiman yang dialami Daud
(penghukuman) yang ada di dalam 2Sam 12 adalah hal-hal di bawah ini:
1) Perang dan Kematian. Karena Daud sudah membunuh orang yang
tidak bersalah (Uriah), pedang tidak akan dapat dipisahkan dari rumahnya.
Perang dan kematian akan menjadi seperti wabah sepanjang sisa hidupnya.
2) Kematian Anak. Anak yang dilahirkan dari perzinahannya dengan
Betsyeba akan mati.
3) Malapetaka Atas Keluarga Daud. Karena Daud telah melanggar
kesucian pernikahan Uria, maka malapetaka akan datang ke atas dan dari dalam
keluarganya sendiri. Istri dan anak-anak Daud akan terlibat dalam kejatuhan
moral yang paling parah, termasuk perkosaan, menikah di antara keluarga dan
perzinahan.
4) Anak Melawan Anak. Anak Daud yang bernama Absalom membunuh
saudaranya dari lain ibu yaitu Amnan, karena memperkosa adik kandung Absalom
yaitu Tamar.
5) Anak Melawan Ayah. Absalom hendak menggulingkan tahta Daud dan
menggantikannya. Lalu Daud mendapat malu yang tak terhingga karena Absalom
berhubungan sex dengan selir-selir Daud.
6) Dikutuk Oleh Bawahannya Sendiri. Daud dikutuk oleh para
bawahannya karena ia melarikan diri dari Absalom.
7) Kematian Anak Yang Paling Dikasihinya. Anak Daud yang bernama
Absalom pada akhirnya dibunuh oleh salah satu jenderal Daud yaitu Yoab.
8) Patah Hati. Hati Daud akan dihancurkan dan patah karena
malapetaka yang menimpa diri dan keluarganya.
"Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke anjang
pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan:
"Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah kalau aku mati menggantikan
engkau. Absalom, anakku, anakku!"
" … raja menyelubungi mukanya, dan dengan suara
nyaring merataplah raja "Anakku Absalom, Absalom anakku, anakku!" (2Sam 18:33 19:4).
Allah begitu mengasihi anak-anakNya sedemikian dalam sehingga Ia
tidak akan membiarkan mereka berbuat dosa tanpa dihukum. Dia tidak akan
memperingan/melepaskan kita dari rasa sakit sebagai konsekwensi dari dosa-dosa
kita.
" … jalan pengkhianat-pengkhianat mencelakakan
mereka" (Ams 13:15) "Jangan sesat!
Allah tidak membiarkan diriNya dipermalukan. Karena apa yang ditabur orang, itu
juga yang akan dituainya" (Gal 6:7).
Tetapi Allah tidak menghukum kita bersama dunia. " …
kasih setiaNya untuk selama-lamanya, dan kesetianNya tetap turun temurun"
(Mzm 100:5).
b. Tiga Tingkat Penghakiman. Ada 3 tingkatan penghakiman yang
berhubungan dengan dosa-dosa yang diperbuat orang percaya. Pada setiap hukuman
yang kemudian akan lebih berat daripada yang sebelumnya.
1) Menghakimi Diri Sendiri. "Kalau kita menguji diri kita
sendiri, hukuman tidak menimpa kita." (1Kor 11:31). Pada waktu seorang
percaya berbuat kesalahan, Roh Kudus ada di sana untuk menegur dan membuat dia
sadar bahwa ia harus membereskan kesalahan-kesalahannya. Bila dosa itu
ditujukan pada sesama, ia harus meminta ampun atau mengganti rugi. Pada waktu
ia telah melakukan hal itu, ia telah bebas.
2) Penghakiman Oleh Saudara Seiman. Kalau anda tidak berhasil
menghakimi diri sendiri, Tuhan akan mengirimkan seorang saudara seiman kepada
anda, seperti halnya Tuhan mengirim Natan kepada Daud, Daud menanggapinya
dengan bertobat. Doa Daud meminta belas kasihan dan pemulihan tercatat didalam
Mzm 51. hal itu mengakhiri persoalan.
3) Penghakiman Oleh Orang-orang Yang Tidak Percaya Atau Oleh
Setan. Jika kita gagal untuk menjawab campur tangan Tuhan ditingkat pertama
atau kedua penghakiman yang paling dahsyat akan mengikuti.
"Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan diantara kamu,
dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun diantara
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup
dengan isteri ayahnya" (1Kor 5:1).
Orang-orang Korintus tidak mau menghakimi atau mendisiplinkan
orang yang tidak bertobat ini, yang telah melakukan dosa tersebut. Paulus
memberikan perintah-perintah yang serius ini karena hal-hal yang telah
dilakukan oleh jemaat di Korintus.
"Bilamana kita berkumpul dengan roh, kamu bersama-sama dengan
aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, orang itu harus kita serahkan dalam nama
Tuhan Yesus kepada iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan
pada hari Tuhan" (1Kor 5:4,5).
Dosa adalah persoalan yang sangat serius bagi orang percaya.
4) Penghiburan Bagi Orang Percaya. Orang percaya yang tidak mau
berbuat dosa harus mengambil kekuatan dalam janji-janji yang ada dalam Rm 8.
"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya
itu? Jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita?"
"Ia yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang
menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan
segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?"
"Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
Allah yang membenarkan mereka?"
"Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang
telah mati? Bahkan lebih lagi; yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah
kanan Allah, yang menjadi pembela bagi kita?"
"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau bahaya, atau pedang?" (Rm 8:31-35).
Semua kebenaran-kebenaran yang indah ini memberi kita jaminan dan
harapan yang kuat. Ada kedamaian yang indah dalam Kristus. Allah ada di samping
kita berperang untuk keselamatan kita. Kristus dan Roh Kudus ikut serta dalam
doa syafaat dan merupakan wakil yang sah atas nama kita. Untuk membuktikan
keinginanNya yaitu agar kita diselamatkan, Allah memberikan AnakNya yang
tunggal bagi kita. Semuanya ini memberi kita suatu rasa aman dan penghiburan.
"Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak
menerima janji akan keputusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah,
supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang Allah yang tidak
akan berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk
menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita."
"Pengharapan itu
adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke
belakang tabir" (Ibr 6:17-19 niv).
Apakah Mungkin Terhilang Setelah Dibenarkan?
Banyak yang percaya pembenaran oleh kasih karunia lewat iman,
mempercayai ajaran tentang "keselamatan yang kekal". Mereka
menyimpulkan dari semua kebenaran-kebenaran yang indah yang disimpulkan di
atas, bahwa mereka tidak mungkin akan terhilang.
Jika seseorang ingin tetap selamat dan aman saya tidak percaya
bahwa ada suatu bahaya untuk menjadi terhilang. Allah telah berbuat terlalu
banyak untuk membuat kita tetap aman dan selamat. Yesus menekankan hal ini. " …
dan Aku memberikan hidup yang kekal pada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tanganKu".
"BapaKu yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari
siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa" (Yoh 10:28,29).
1. Peringatan-peringatan yang serius
Tapi kita memiliki peringatan-peringatan yang serius di Perjanjian
Baru yang kita abaikan karena keinginan kita sendiri. Teman saya seorang
presbiterian (Protestan) (saya telah menyebutkannya pada permulaan bagian ini
yaitu pada pedoman Pelatihan Para Pemimpin) percaya pada ajaran tentang
keselamatan yang kekal. Tapi ia juga mengatakan bahwa ada beberapa ayat yang
membuat dia bimbang, salah satunya adalah Rm 8:13: "Sebab, jika kamu
hidup menurut daging, kamu akan mati … "
Kata "mati" berasal dari akar yang sama dengan kata
dalam bahasa Yunani yang digunakan untuk menggambarkan akhir dari orang-orang
yang tidak percaya yang akan mengalami ‘kematian kedua suatu rujukan pada penghakiman
kekal. " … sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah
Dia, kamu akan mati dalam dosamu" (Yoh 8:24).
Suatu gaya hidup yang duniawi dapat membawa seseorang pada
penipuan. "Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama
masih dapat dikatakan "hari ini," supaya jangan ada di antara kamu
yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa" (Ibr 3:13). Dosa dan
kedagingan menghilangkan kesadaran dan menegarkan hati.
Karena penghakiman dan disiplin Allah tidak selalu datang dengan segera,
orang-orang yang hidup dalam daging ditipu untuk berpikir bahwa tidak ada
akibat yang timbul karena dosa. Ketidak percayaan mulai merangkak masuk.
Ketidak percayaan ini dinyatakan melalui ketidak-taatan pada hukum-hukum/
perintah-perintah Allah.
"Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan
mereka, mereka menyangkal Dia, mereka … durhaka (tidak
taat) … " (Tit 1:16).
2. Ketidakpercayaan membawa kita pada bahaya
Lalu apa yang membuat seseorang yang pernah diselamatkan itu
terhilang? Jawabannya adalah ketidak percayaan yang disebabkan oleh kedagingan
dan dosa.
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah,
ia harus percaya bahwa Allah ada, sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia
harus percaya … " (Ibr
11:6). Kembali menjadi tidak percayalah yang membawa seseorang dalam bahaya.
"Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang
kekal, tetapi barang siapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup,
melainkan murka Allah tetap ada di atasnya" (Yoh 3:36).
Perkataan "percaya" berarti untuk mempercayai dan tetap
(terus) percaya. Dalam bahasa Yunani digunakan untuk menerangkan keadaan waktu
yang sedang berlangsung. Setelah menjadi percaya, seseorang harus terus
percaya.
"Waspadalah, hai saudara-saudaraku, supaya di antara kamu
jangan terdapat seseorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena
ia murtad dari Allah yang hidup … " (Ibr 3:12). Perhatikan bahwa peringatan-peringatan ini
disampaikan pada "saudara-saudara". Hal ini menunjukkan bahwa mereka
yang diajak bicara adalah orang-orang percaya.
"Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari,
selama masih dikatakan "hari ini" supaya jangan ada di antara kamu
yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa."
"Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja
kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang
semula" (Ibr 3:13,14).
Saya kira ayat di atas telah mengatakan dengan jelas dan sudah
seharusnya menyelesaikan perdebatan tersebut. Jika kita terus percaya, kita
aman. Jika karena ketidak percayaan (hasil dari dosa dan ketidaktaatan) kita
terpisah dari Allah yang hidup, saya percaya bahwa kita dalam bahaya.
3. Dapatkah orang-orang percaya berbalik menjadi tidak percaya?
Saya bertanya kepada teman saya yang Presbiterian tadi dengan
pertanyaan ini: "Jika engkau mengenal seseorang yang telah menjadi percaya
tapi sekarang katakanlah bahwa mereka menjadi orang tidak percaya, apakah ada
harapan untuk selamat bagi mereka?"
Dia kemudian berpikir untuk sementara waktu, kemudian menjawab
dengan tenang: "Saya tidak akan pernah memberikan suatu harapan
keselamatan pada siapapun yang berkata bahwa dia tidak percaya. Tapi saya tidak
percaya bahwa ada kemungkinan bagi mereka yang sudah benar-benar percaya,
menjadi tidak percaya lalu kemudian terhilang".
Pembicaraan ini berhenti sampai di sini.
Saya percaya bahwa memang ada kemungkinan bahwa seseorang berbalik
pada ketidak-percayaannya dan terhilang, bahkan setelah ia menjadi orang yang
percaya.
Teman saya tadi tidak mempercayai hal ini. Ini bukanlah masalah
"kerja lawan iman," ini adalah masalah percaya (dimana denganNya kita
diselamatkan) atau tidak percaya (dimana kita dapat terhilang), mengapa Allah
memperingatkan kita tentang hal ini, jika memang ini tidak mungkin terjadi?
a. Umat Ibrani Yang Percaya Yang Kemudian Murtad. Dikatakan bahwa
banyak orang-orang Ibrani yang beriman pada abad-abad pertama, berbalik dari
Kristus, setelah percaya kepadaNya. Ada tekanan yang hebat dan aniaya atas orang-orang
Yahudi Kristen saat itu.
Mereka mengalami diskriminasi dalam pekerjaan. Mereka tidak dapat
memperoleh pekerjaan. Mereka didiskriminasi dalam pendidikan. Anak-anak mereka
tidak diijinkan masuk sekolah. Mereka kadang-kadang tidak diperkenankan berbelanja
dalam perdagangan setempat. Supaya diterima kembali ke dalam masyarakat Yahudi,
dikatakan bahwa orang-orang Kristen Yahudi tersebut harus menggambar tanda
salib di tanah, menuangkan darah atasnya dan kemudian menginjaknya dengan kaki
mereka. Ini menggambarkan bahwa mereka menolak darah dan salib Kristus.
Untuk hal yang demikian, kitab Ibrani menulis: "Karena itu
kita harus lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita
jangan hanyut terbawa arus."
"Sebab kalau firman dikatakan dengan perantara
malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidak taatan
mendapat balasan yang setimpal";
"bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan
keselamatan yang besar itu … " (Ibr 2:1,3).
"Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati
tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi."
"Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas
dia, yang menginjak- injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian
yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?" (Ibr 10:28,29).
Ini adalah kata-kata peringatan yang tegas!
"Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami
berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang
lebih baik, yang mengandung keselamatan" (Ibr 6:9).
"Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah
dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."
"Tetapi yang terutama:
kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak
sekali dosa" (1Ptr 4:7,8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar