Berikut ini penulis dalam hal ini akan mencoba menganalisa bagaimana
fungsi Rasul dalam Gereja masa kini, melalui kenyataan, nats membuktikan bahwa
Rasul masih relevan di dalam pelayanan gereja sampai sekarang ini. Dan
panggilan Rasul merupakan panggilan Bapa yang disampaikan melalui Yesus kepada
orang-orang percaya. Itulah suara Tuhan yang berbicara di dalam Roh kita dan
berkata: “Mari, ikutlah Aku“. Ini merupakan panggilan supaya gereja Tuhan
segera berangkat dan pergi mendatangi bangsa-bangsa, suatu panggilan yang
disampaikan Rasul-Rasul. Panggilan itu merupakan suatu undangan, namun sekaligus
juga perintah, supaya kita juga bisa serupa dengan Yesus dan mempunyai
kerinduan yang sama terhadap umat manusia seperti yang dimiliki-Nya.
Panggilan Rasul ini akan semakin
menggelinding dengan semakin didengungkannya panggilan kepada umat dan warga
gereja untuk melayani dalam Kerajaan Allah. Seperti suatu pasukan tentara,
perhimpunan Rasul-rasul baru ini semuanya akan menjatuhkan jala-jala mereka
(melepaskan pekerjaan mereka) dan langsung berangkat untuk menaati perintah
Tuhan alam semesta. Begitu mendengar panggilan, mereka akan langsung terjun
untuk bertempur melawan musuh dan merebut daerah kekuasaan dalam serangan
terbesar disepanjang sejarah: penginjilan diseluruh bumi sebelum Tuhan Yesus
datang untuk kedua kalinya.
Apakah benar para Rasul harus
tetap berfungsi, jawabannya hanya dapat ditemukan dengan mempelajari Alkitab.
Adalah jelas bahwa kedua belas Rasul mempunyai suatu jabatan yang unik dan
berwenang dalam kerajaan Allah. Begitu juga dengan keberadaan Rasul-rasul yang
lain di luar kedua belas murid itu sudah cukup jelas dalam Perjanjian Baru.
Paulus adalah salah satu diantaranya, dan seperti yang sudah kita lihat,
Alkitab memuat suatu daftar nama-nama lain yang juga disebut sebagai Rasul.
Peter Wagner mendapati bukti
Alkitabiah yang cukup kuat menunjukkan bahwa karunia Rasul masih berlanjut.
Kedua belas Rasul yang mula-mula mempunyai tempat yang unik dalam sejarah
kekristenan dan mereka juga akan dikenang selama-lamanya di kota Yerusalem baru
mendatang (Wahyu 21:14), tetapi bukan hanya saja yang menjadi Rasul.
1 Korintus 15 mengatakan
bahwa sesudah dibangkitkan dari kubur, Yesus menampakkan diri kepada kedua
belas murid dan kemudian juga kepada semua Rasul, dan hal itu menunjukkan bahwa
jumlah Rasul-Nya lebih dari dua belas orang ( I Korintus 15:5,7).
Untuk Memperlengkapi Orang-orang Kudus/Jemaat (ayat 12)
“Karunia-karunia yang
dianugerahkan Allah kepada gereja untuk memperlengkapi orang-orang yang percaya
kepada-Nya atau orang-orang kudus bagi pekerja pelayanan dan pembangunan tubuh
Kristus, sehingga dapat melayani“. Maksudnya, melayani merupakan tugas semua
orang kudus–bukan hanya sekelompok pemimpin saja. Para pemimpin diangkat dengan
tugas memperlengkapi orang-orang percaya untuk melaksanakan pelayanan ini. Sebagian
besar gereja masa kini tidak melaksanakan gagasan Perjanjian Baru ini. sudah
merupakan kebiasaan untuk membiarkan gembala sidang melaksanakan seluruh
pelayanan. Kadang-kadang gembala itu merasa lebih mudah melakukan sendiri semua
pelayanan dari pada melatih orang lain untuk melakukannya. Tujuan gereja
bukanlah membuat orang menjadi bangsawan. Tujuan gereja ialah agar warganya
mencapai kepenuhan di dalam Kristus dan dapat melahirkan Rasul, dalam arti
bahwa setiap warga gereja, baik pria maupun wanita harus dapat mencerminkan
Kristus di dalam dirinya.
Secara harfiah
orang-orang kudus berarti “mereka yang suci”. Tapi ini bisa jadi sebutan yang
menyesatkan kalau diartikan melulu mengenai kesalehan pribadi. Arti “kesucian”
ialah pengabdian kepada Allah dan kegunaan dalam pekerjaan-Nya. Artinya mereka
yang setia kepada panggilan sebagai umat Allah yang melayani Dia dalam Kristus
Yesus, yaitu dalam persekutuan dengan Dia atau dalam persekutuan gereja. Dalam
bahasa Yunani “kudus” adalah kata sifat dan terjadi dalam Kristus Yesus.
Kata katartismon (dari καταρτιζω – katartizô=mengatur, memulihkan, mempersiapkan,
memperlengkapi) yang hanya terdapat di sini saja sebenarnya berarti pemulihan,
persiapan, perlengkapan. Kata ini dapat dibandingkan dengan kata 'katartisis'
(IIKorintus 13:9) = beres, sempurna (Bode), bertambah sempurna. Katartismon
dipakai juga dalam dunia kedokteran untuk pekerjaan memulihkan (menghubungkan)
anggota-anggota tubuh yang sakit (patah).
Untuk memperlengkapi
(pros ton katartismon) orang-orang kudus = anggota-anggota jemaat. Rasul-rasul,
Nabi-nabi, pemberita-pemberita lnjil, gembala dan pengajar-pengajar diberikan
Kristus kepada jemaat, bukan untuk memerintah atau memegang kuasa, tetapi untuk
melayani. Dalam jemaat tidak ada tempat untuk pemerintahan (dalam arti
Yuridis). Di situ tidak ada tuan: semua anggota adalah pelayan, hamba. Mereka
semua dipanggil untuk melayani: melayani Kristus, Tuhan mereka, dan melayani
satu sama lain (Yohanes 13:14-15; 1 Korintus 12:7).
Pelayanan mereka di sini ialah memperlengkapi anggota-anggota jemaat. Dan
pelayanan ini bukan hanya merupakan tanggung jawab para pemimpin jemaat saja
tetapi pelayanan adalah merupakan tugas semua orang kudus
Anggota-anggota jemaat,
seperti yang kita lihat dalam ayat 7, juga mendapat kasih karunia dari Kristus,
masing-masing menurut ukuran pemberian-Nya. Tugas Rasul-rasul, Nabi-nabi,
Pemberita-pemberita Injil, Gembala-gembala dan Pengajar-pengajar ialah
mengatur, mempersiapkan, memperlengkapi, sehingga mereka dapat melakukan
pelayanan (ergon diakonias) mereka dengan baik. Weber menjelaskan hal
ini sebagai berikut:
Fungsi yang sebenarnya
dari pejabat-pejabat itu bukanlah "pekerjaan- pelayanan".
Pelayanan tidak dapat diserahkan oleh jemaat kepada
"pemangku-pemangku-jabatan". Fungsi khusus dari mereka yang menerima
karunia-karunia rohani ialah memperlengkapi orang-orang kudus. Bukan mereka
yang harus memberikan bantuan kepada pejabat-pejabat, tetapi sebaliknya,
pejabat-pejabatlah yang harus memberikan bantuan kepada mereka, sehingga mereka
dapat tiba pada "relasi pelayanan" antara jemaat dan dunia.
Selanjutnya Barth
juga menjelaskan:
Pelayanan bukanlah salah
satu fungsi dari jemaat yang hidup di dunia. Pelayanan adalah satu-satunya
fungsi jernaat, Segala sesuatu yang ia lakukan - pemberitaannya, kesaksiannya,
pengajarannya, penggembalaannya, ibadahnya, dan lain-lain -- adalah pelayanan,
diakonia. Ia hidup karena dan seberapa jauh ia melayani... Menjadi orang
Kristen (orang kudus) dalam jemaat berarti: melayani di dalam dan bersama-sama
dengan jemaat. Bukan semua anggota jemaat mendapat karuma yang sarna, tetapi
mereka semua dipanggil untuk melayani, masing-masing ditempatnya sendiri dan
dengan tugasnya sendiri. Jemaat hanya dapat bidup sebagai tubuh Yesus Kristus,
Kepalanya. Demikian pula anggota-anggota jemaat hanya dapat hidup sebagai suatu
persekutuan, sebagai communio sanctorum, di mana tiap-tiap anggota
mempunyai tempat dan tugasnya sendiri dan tidak dapat diganti oleh anggota
lain. Dalam penunaian tugasnya tidak boleh ada anggota yang (sengaja atau tidak
sengaja) dilupakan. Pelayanan jemaat bukanlah hak atau prerogatif dari satu
atau dua orang saja. Semua anggota jemaat dipanggil untuk melayani. Dalam
Kristus, Tuhan mereka, mereka mendapat bagian dalam pelayanannya itu. Prinsipal
jemaat tidak beres - "sakit" - kalau dalam pelayanannya ia melupakan
salah seorang dari anggota-anggotanya. Mereka sama penting, sama dibutuhkan.
Tujuan pekerjaan
pelayanan anggota-anggota jemaat ialah pembangunan tubuh Kristus (ioikodomê tou
somatos khristou). Yang sebenarnya membangun ialah Kristus sendiri. Ia
membangun oleh pelayanan yang mereka lakukan dalam persekutuan dengan Dia.
Demikianlah relasi antara pelayanan Rasul-rasul, Nabi-nabi, Pemberita-pemberita
Injil, Gembala-gembala dan Pengajar-pengajar pada satu pihak dan pelayanan
anggota-anggota jemaat pada pihak lain. "Paulus merumuskannya di sini
dengan-jelas, tanpa memberikan petunjuk-petunjuk yang mengikat, sebab segala
sesuatu hanya dapat berjalan dengan baik, kalau relasi antara mereka dan Tuhan
mereka juga baik".
Jadi memperlengkapi
adalah pengertian bahwa orang lain dipersiap kan atau dilatih untuk melakukan
suatu pekerjaan, maka Rasul yang dimaksudkan dalam Kitab Efesus 4 adalah orang
yang memperlengkapi gereja untuk melakukan tugas-tugas Kerasulan. Lebih khusus
lagi, ia diharapkan untuk mengajar, memperbaiki dan menasehati Rasul yang
sedang dalam pelatihan (Rasul Junior) dan orang percaya-Nya.
Bagi Orang Percaya
Dalam bagian ini Paulus
menasehatkan anggota-anggota jemaat, supaya mereka memelihara kesatuan jemaat.
Nasehat ini diberikan dan didasarkan secara prinsip dan dihuhungkan dengan suatu
pembicaraan yang prinsip pula, yaitu tentang pembangunan jemaat oleh pelayanan
anggota-anggotanya sebagai orang-orang yang mendapat karunia (Yunani, χαρισμα – Kharisma) dari Tuhan, masing-masing menurut
"kadar pekerjaannya" (ayat 16). Nasehat itu Paulus mulai seperti
berikut: "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang hukuman karena
Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang dipanggil berpadanan dengan
panggilan itu" (ayat 1). "ουν - oun" ( = jadi, sebab itu)
: bukan saja sebagai konklusi dari apa yang Paulus katakan dalam bagian
(bagian-bagian) yang sudah, tetapi juga sebagai permulaan dari nasehat-nasehat
yang akan menyusul. Aku menasihatkan kalian (Yunani, παρακαλεω - PARAKALEÔ). Yang Paulus maksudkan dengan
"kalian" di sini ialah anggota-anggota jemaat Efesus, yang pada
permulaan surat ini ia sebut "orang-orang kudus dan orang-orang
percaya" (Efesus 1:1), yang Tuhan Allah berkati dengan berkat rohani di
dalam sorga (Efesus 1:3), yang dalam Kristus mereka dipilih menjadi anak-Nya
(1:4-5), yang diterangkan mata hatinya (1:18), yang dibangkitkan bersarna-sama
dengan Kristus dan tempatkan dengan Dia di dalam sorga, sekalipun mereka berada
di bumi (2:6), yang oleh darah Kristus telah dipersatukan dengan orang-orang
Kristen- Yahudi dengan jalan merobohkan tembok yang memisahkan mereka
(2:13-14), sehingga mereka juga beroleh jalan masuk kepada Bapa dan menjadi
sewarga dengan orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (2:18-19),
yang oleh pemberitaan Injil, yang dipercayakan kepada Paulus, turut menjadi
ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji-janji yang diberikan
dalam Kristus Yesus (3:6), dan lain-lain. Seperti orang-orang yang demikianlah
Paulus, yang menyebut dirinya "orang hukuman karena Tuhan" maksudnya,
dipenjarakan demi kepentingan Tuhan ("ο δεσμιος εν κυριω - ho desmios en
kuriô), menasihati mereka.
Bagi Pembangunan Tubuh Kristus
Hal yang patut
diperhatikan bahwa dalam melengkapi tubuh Kristus, Kristus sendiri yang
memberikan segala sesuatu agar orang-orang kudus sesuai dengan rencana-Nya.
Tubuh Kristus dilimpahkan pemberian dari Yesus Kristus yang adalah kepala
kepada orang orang kudus yakni tubuh-Nya dengan karunia-karunia kerasulan,
kenabian, pemberita Injil serta Gembala dan Pengajar agar yang dihasilkan
adalah pembangunan tubuh Kristus yang menjadi harapan-Nya terwujud
yakni mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus, (Efesus 4:13) dilimpahkan dalam pemberian mengandung pengertian adanya
pelipatan dari apa yang diberikan Tuhan. Apakah pelipatan yang diberikan Tuhan
kepada umat-Nya di Efesus dibandingkan dengan yang diberikan Tuhan pada
Perjanjian Lama?
Dalam Perjanjian Lama
seseorang yang diberikan karunia untuk membangun umat-Nya, mereka diurapi
Tuhan. Dalam Perjanjian Lama mengenal 3 jabatan yang disertai dengan pengurapan
dari Tuhan. Jabatan itu adalah jabatan : Nabi, Raja dan Imam. Tiga jabatan yang
mengharuskan seseorang sebelum memangku jabatan diurapi di Perjanjian Lama, dan
dalam Perjanjian Baru memunculkan karunia jabatan Rasul, Nabi, Pemberita Injil,
gembala dan pengajar. Dari jabatan Perjanjian Lama masuk Perjanjian Baru maka
yang masih berperan adalah jabatan kenabian, sedangkan peran Imam tidaklah
muncul karena semua orang percaya diberikan karunia menjadi imamat Allah (I
Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:) Karunia jabatan raja telah hilang
karena Allah sendiri melalui Yesus Firman yang menjadi manusia telah ambil
jabatan Raja Kekal Perkasa sehingga semua umat-Nya mendapat kesempatan yang
lebih luas untuk menikmati Kerajaan dan Kemuliaan-Nya dan menggenapkan nubuat
hadirnya Raja yang sesungguhnya. (Yesaya 9:5 Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada
di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasehat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Sehingga ITesalonika 2:12 dan
meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang
memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.) Sungguh luar biasa,
Karunia raja langsung dikerjakan oleh Kristus, Allah Kekal sang Firman yang
telah menjadi manusia dan bangkit dengan segala hikmat-Nya dan kuasa-Nya dengan
sempurna melepaskan kita dari kuasa dosa. Sangat melimpah karunia Tuhan
sehingga semua umat-Nya menjadi imam-imam bagi Allah yang kudus. (Wahyu 5:10
Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam
bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.”)
Tujuan pelayanan gereja
adalah membangun tubuh Kristus sampai tercapai kesatuan iman, pengetahuan yang
benar tentang Kristus, kedewasaan penuh, serta keserupaan dengan Kristus,
sehingga kita tidak terombang-ambing oleh ajaran sesat (4:12-14). Tubuh Kristus
atau gereja adalah kesatuan dari orang-orang percaya (anggota-anggota tubuh
Kristus). Oleh karena itu, sasaran pelayanan gereja seharusnya tidak hanya
berfokus kepada sekelompok orang dalam gereja, tetapi kepada seluruh anggota
gereja, bahkan kepada orang-orang percaya secara umum.
Karena tujuan pelayanan
di atas merupakan sesuatu yang ideal sehingga harus diusahakan terus-menerus,
pelayanan gereja harus terus dikembangkan. Kita tidak akan pernah selesai
melakukan pelayanan. Sekalipun demikian, kita harus selalu mengingat bahwa
pelayanan itu selalu bermanfaat bagi sang pelayan itu sendiri. Saat kita
melayani, iman kita akan bertumbuh, pengenalan kita akan Kristus akan semakin
meningkat, kerohanian kita akan semakin dewasa, karakter kita akan semakin
terbentuk menjadi serupa dengan Kristus, dan pemahaman kita akan ajaran Kristen
akan terus diasah sehingga kita akan semakin tidak mudah terombang-ambing oleh
ajaran sesat.
Di samping bermanfaat
bagi para pelayan sebagai individu, pelayanan juga bermanfaat bagi kebersamaan
tubuh Kristus. Karena pelayanan harus dilakukan dengan kerja sama antara
pelayan, maka pelayanan itu bersifat mempersatukan (4:16). Bila kita semua
sibuk melayani, kita tidak memiliki banyak kesempatan untuk mencari kesalahan
orang lain dan berbagai masalah yang mengancam kesatuan tidak akan
dipermasalahkan.
Mencapai Kesatuan Iman (ayat 13a)
Dalam pencapai kesatuan iman Paulus mengungkapkan beberapa hal:
Pertama Kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Kedua
"pisteôs" (dalam bentuk genitif) dan "epignôseôs"
menerangkan, apakah yang dimaksudkan dengan kesatuan (henotes) itu, yaitu
kesatuan dalam iman dan dalam pengetahuan yang benar tentang Anak Allah.
Kesatuan itulah yang harus mereka capai. Dan kalau hal itu telah terjadi, maka
terlaksanalah pekerjaan pcmbangunan tubuh Kristus yang dipercayakan kepada
mereka. Ayat (13) ini membawa kita kembali kepada "mia pistis" (satu
iman) dari ayat 5. Di situ dikatakan, bahwa kesatuan adalah pekerjaan (ciptaan)
Roh Kudus dan bahwa kesatuan itu harus mereka jaga (pelihara, lindungi) oleh
ikatan damai sejahtera. Penjagaan (pemeliharaan, perlindungan) itu, menurut
Paulus dalam ayat ini, berlangsung, kalau mereka semua sebagai anggota dari
satu tubuh berada di jalan yang menuju kepada kesatuan iman dan pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah.
Dalam surat Efesus
"ho huios tau theou" hanya terdapat di tempat ini ungkapan itu
menyatakan hubungan yang khusus antara Kristus dan Allah, yaitu sebagai
Bapa-Nya ( Roma 8:3,32; 2 Korintus 1:19; Galatia
4:4; Kolose 1:13). "Ungkapan ini erat berhubungan dengan
"pengetahuan": dalam pasal-pasal yang mengandung pengakuan dari surat
ini terdapat garis-garis-pokok untuk pemikiran kristologis dari jemaat di
kemudian hari. Paulus rupanya menyadari hal itu".
Kedua, juga berhubungan
dengan preposisi "eis" dan dikuasai oleh "katantaô"
kedewasaan penuh. Maksud Paulus ialah hendak mengatakan, bahwa dengan mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah.
Tentang ungkapan ”eis
andra teleion”, penafsir-penafsir tidak mempunyai pendapat yang sama. Umumnya
orang (a.1. Grosheide) menganggapnya sebagai suatu kiasan sama seperti (Efesus
2:15). Tetapi tentang isinya, mereka, seperti yang dikatakan tadi, berbeda
pendapat. Ada yang menafsirkannya sebagai berikut: sampai mereka semua
bertumbuh menjadi orang (laki-laki) yang penuh/sempurna (Klapper, Rendtorff),
bukan secara individual, tetapi secara kolektif (a.l. van Leeuwen, Harnach).
Ada pula (a.l, Schlier) yang mempunyai pendapat lain. Menurut mereka, yang
dimaksudkan di sini dengan aner teleios ialah Kristus sebagai
"Kepala" tubuh-Nya. Hal itu mereka dasarkan atas ay. 15 (yang
merupakan ungkapan-parallel dengan ayat 13 ini), "... kita bertumbuh di
dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala". Mereka
katakan, dalam nas kita tidak dikatakan, bahwa kita, anggota-anggota tubuh
Kristus, bertumbuh menjadi "orang/laki-laki sempurna seperti yang a.l. van
Leeuwen, Harnach di katakan oleh Klapper, baik sebagai individu, maupun secara
bersama-sama, tetapi bahwa kita, dalam gerak menuju kepada kesatuan iman dan
pengetahuan yang benar, tiba kepada Kristus, yang adalah Kepala.
Ketiga, juga dihubungkan
dengan preposisi "eis" dan dikuasai oleh ketataan, semua seperti
pertama dan kedua, tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Kata "hêlikia" mempunyai dua arti. Pertama: umur, usia, waktu-hidup
(bandingkan Matius 6:27; Lukas 2:25; 12:25; Yohanes 9:21, 33; Ibrani 11:11).
Kedua: besar-badan, tinggi-badan (bandingkan. a.l. Lukas 19:3). Apa yang
Paulus presis maksudkan dengan ungkapan di atas, tidak dapat kita katakan
dengan pasti. Tafsiran ahli-ahli tentang ungkapan itu tidak sama. Yang pasti
ialah, bahwa kepenuhan Kristus di sini sama dengan kepenuhan Kristus dalam 1:23
karya Allah yang mencakupi segala sesuatu dan yang memenuhi segala sesuatu,
juga jemaat. "Pertumbuhan jemaat adalah pertumbuhan karya Allah, dan semakin
subur jemaat hidup, semakin tampak karya Allah yang besar itu."
Pembangunan jemaat,
seperti yang nyata dari uraian di atas, penting. Sungguhpun demikian,
pembangunan itu bukanlah maksud/tujuan yang akhir dari perlengkapan
anggota-anggota jemaat. Pembangunan itu tidak berlangsung untuk dirinya
sendiri, tetapi untuk dunia, dan untuk semesta alam. Hal itu kita baca dalam
ayat 14. dimana Paulus katakan: sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, olen permainan palsu
manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. "Hina" (sehingga)
tidak bergantung pada "mekhri" (sampai) dari ayat 13, tetapi dari
"oikodomê" (pembangunan) yang merupakan pikiran-inti dari ayat 11 dan
12: sehingga kita bukan lagi anak-anak.
"Kesatuan
iman", yang dimaksudkan dengan iman disini ialah tubuh yang dikuasai
kebenaran. Ketika kita berpegang pada hal ini, kita pada gilirannya
dipersatukan dengan yang lain. “kesatuan Roh” seperti dalam ayat 3 dimiliki
masa kini, tapi kesatuan iman adalah sasaran pengharapan untuk diperoleh pada
masa datang. Pekerjaan para pelayan yang merupakan karunia-karunia Kristus
(ayat 11) dimaksudkan untuk membangun gereja sampai keadaannya yang terakhir
tercapai. Tujuan itu ditunjukkan dengan perkataan kedewasaan penuh (Yunani :
aner teleios; lelaki tulen) dan akan dicapai apabila orang Kristen maju dalam
pengertian yang bersatu tentang kekayaan yang menjadi milik mereka dalam
Kristus.
"Mekhri"
(sampai): menyatakan sasaran yang dituju. Perlengkapan dan pembangunan itu
harus mereka kerjakan begitu lama, sampai mereka semua telah mencapai kesatuan
iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. "hoi pantes"
(kita semua, semua bersama-sama. Roma 11:2; 1 Korintus 10:17) disini mendapat
tekanan. Tubuh Kristus dan pembangunannya prinsipal mencakupi semua anggota
jemaat. Karena itu tidak boleh ada di antaranya yang dilampaui atau yang
dilupakan. Mereka semua, sebagai suatu persekutuan, harus diperlengkapi,
dibangun. "katantaô eis" artinya menuju kepada atau mencapai suatu
maksud/tujuan yang tertentu ( Kisah Para Rasul 13:50 ; 16:1 ; 18:19,24 )
Mempertahankan kesatuan
iman (Efesus 4:13) harus dilandaskan pada kasih aktif yang berusaha
untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan membereskan perbedaan pendapat
melalui kesetiaan dan ketaatan kepada Kristus dan Firman-Nya. Ini berarti bahwa
mempertahankan dan membicarakan kebenaran Perjanjian Baru dalam kasih harus
mendahului kesetiaan kepada berbagai lembaga, tradisi, dan tokoh Kristen atau
gereja yang tampak. Setiap usaha untuk mempertahankan persatuan atau kesatuan
tidak boleh meniadakan Firman Allah atau dilandaskan pada pengurangan tuntutan
kebenaran Alkitabiah (Efesus 4:14). Kesetiaan kepada Alkitab mungkin berarti
pemisahan dari sebagian gereja yang tampak tidak setia lagi kepada Kristus dan
doktrin Rasuli Kemudian Roh Kudus akan memulai pembentukan sebuah gereja baru
yang setia kepada Kristus dan kebenaran Perjanjian Baru yang asli.
Dengan ungkapan
"melakukan kebenaran dalam kasih", Paulus bukan saja mau mengatakan,
bahwa pekerjaan (pengrealisasian, pemberitaan) itu harus berlangsung dengan
kasih, tetapi juga bahwa kebenaran (injil) yang diberitakan itu harus tampak di
dalamnya. Sekalipun demikian itu bukanlah maksud/tujuan terakhir dari panggilan
dan perlengkapan anggota-anggota jemaat. jikalau kita boleh menyebutnya
demikian hanya merupakan keterangan atau presupposisi saja dari maksud/tujuan
itu, yaitu: kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia.
Mencapai Pengetahuan yang benar Tentang Anak Allah (ayat 13b)
Kesatuan orang-orang
percaya di dalam Kristus cenderung menghasilkan kesatuan iman dan pengetahuan.
Kata “dan” dalam ayat 13 berfungsi untuk menghubungkan, paling baik dimengerti
sebagai penjelasan. Dengan demikian unsur pokok dalam kesatuan iman ialah
pengertian yang lebih dalam (Yunani: epignosis: pengetahuan yang benar) akan
Kristus sendiri sebagai penjelmaan kekayaan Allah (Kolose. 2:3 dan Efesus.
1:18). Dia melengkapi kebutuhan-kebutuhan gereja selaku kepalanya. Dengan
mempedulikan umat-Nya Kristus mendorong pertumbuhan mereka dan menjamin bahwa
mereka berkembang. Perkembangan ini diukur dengan nilai kepenuhan Kristus.
Tersedialah kasih karunia dan sarana lain yang diserahkan-Nya kepada gereja
untuk memantu perkembangan hingga gereja mencapai tujuan yang direncanakan-Nya.
Memang tujuan ini adalah satu gereja yang sepenuhnya menjelmakan kepenuhan
Kristus.
Mencapai Kedewasaan Penuh dan tingkat pertumbuhan (ayat 13c)
Terjemahan ini agak
bebas, sebab memanglah teks Yunani sukar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Ungkapan "kedewasaan penuh" menterjemahkan teks Yunani
yang secara harafiah diterjemahkan sebagai berikut: orang sempurna. Yang
dimaksudkan bukanlah orang Kristen yang secara pribadi sudah sampai ke tingkat
kesempurnaan. "Orang sempurna" itu kiranya mempunyai arti kolektif,
sehingga yang dimaksudkan Kristus sendiri yang sebagai "Manusia Baru"
merupakan pra-lambang semua orang yang sudah "lahir kembali", Efesus 2:15, entah seluruh Kristus, yaitu Kepala, Efesus 4:15; 1:22; Kolose 1:18, beserta anggota-anggota Efesus 4:16; 5:30, yang merupakan Tubuh Kristus,
1 Korintus 12:12Dalam Efesus 4:13-15 Paulus mendefinisikan orang yang
"dewasa" rohaninya sebagai mereka yang memiliki kepenuhan Kristus.
- Menjadi dewasa rohani berarti bukan menjadi anak-anak yang mudah goyah, mudah tertipu oleh ajaran palsu dari orang lain dan mudah terpengaruh oleh pameran keahlian yang licik. Orang tetap menjadi anak-anak apabila pengertian dan pengabdian mereka kepada kebenaran Alkitabiah tidak memadai ( Efesus 4:14-15).
- Menjadi dewasa secara rohani meliputi "berpegang kepada kebenaran di dalam kasih" (versi Inggris NIV -- "berbicara kebenaran di dalam kasih"), (Efesus 4:15). Kebenaran Injil sebagaimana terdapat dalam Perjanjian Baru harus dipegang di dalam kasih, diberitakan dengan kasih dan dipertahankan dalam roh kasih. Kasih itu pertama-tama ditujukan kepada "Kristus" (Efesus 4:15), kemudian kepada gereja (Efesus 4:16) dan kepada satu sama lain (Efesus 4:32; 1 Korintus 16:14).
Kedewasaan penuh, bukan
acuan kepada orang percaya secara individu, melainkan orang percaya secara
keseluruhan; yaitu tubuh yang Kepalanya adalah Kristus. Di dalam Perjanjian
Baru sangat jelas bahwa Allah menghendaki agar setiap orang percaya memiliki
kedewasaan rohani. Ia menghendaki kita bertumbuh. Paulus berkata dalam Efesus
4:14, “Kita tidak ditentukan untuk tetap menjadi anak-anak, yang
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, tetapi kita ditentukan
untuk mengutarakan kebenaran dalam kasih, dan bertumbuh dalam segala ke arah
Dia, yang adalah Kepala.”
Beberapa hal yang perlu
diketahui tentang pertumbuhan adalah:
- Pertumbuhan rohani tidak terjadi begitu saja setelah kita diselamatkan, sekalipun kita menghadiri kebaktian-kebaktian secara teratur, dan pertumbuhan rohani juga tidak terjadi otomatis dengan berlalunya waktu.
- Pertumbuhan rohani itu diupayakan. Pertumbuhan meminta komitmen dan usaha untuk bertumbuh. Setiap orang harus ingin bertumbuh, memutuskan bertumbuh, serta berusaha untuk bertumbuh. Kemuridan dimulai dengan sebuah keputusan. Menjadi seperti Kristus merupakan hasil dari komitmen yang kita buat. Pertumbuhan rohani yang menuju kepada kedewasaan dimulai dengan komitmen yang digambarkan dalam Roma 6:13 “Tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang yang sudah dipindahkan dari kematian kepada hidup. Serahkanlah dirimu seluruhnya kepada Allah supaya dipakai (dijadikan alat dalam tangan Allah – FAYH) untuk melakukan kehendak Allah.”
- Pertumbuhan rohani adalah suatu proses yang memerlukan waktu. Ia menggunakan proses perubahan setahap demi setahap untuk mengembangkan kita menjadi serupa dengan Kristus. Tidak ada jalan pintas menuju kedewasaan. Pertumbuhan rohani merupakan perjalanan yang akan bertahan seumur hidup.
- Kedewasaan rohani dipertunjukkan lebih banyak melalui perilaku dari pada oleh kepercayaan. Kehidupan Kristen bukan hanya oleh kepercayaan, kehidupan ini meliputi kelakuan dan karakter. Kepercayaan harus disokong oleh perilaku. Perbuatan kita harus sesuai dengan kepercayaan kita. Hal ini dapat kita lihat dalam Yakobus 2:18 “Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
- Yang memperlihatkan kedewasaan rohani seseorang adalah buahnya, bukan pengetahuannya.
- Orang Kristen membutuhkan hubungan dengan orang lain untuk dapat bertumbuh. Kita tidak dapat bertumbuh dalam keterpisahan dari orang lain, kita bertumbuh dalam konteks persekutuan. Dalam Ibrani 10:24 “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” Allah menginginkan agar kita bertumbuh dalam sebuah keluarga.
- Kita membutuhkan berbagai pengalaman rohani dengan Allah untuk menghasilkan kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani yang sesungguhnya meliputi hati yang menyembah dan memuji Allah, membina dan menikmati hubungan kasih, menggunakan karunia-karunia serta talenta-talenta kita, dan melayani orang lain serta berbagi iman kita dengan orang yang terhilang
Tidak diombang-ambingkan oleh pengajaran Palsu (ayat 14)
Ayat 14: Sehingga kita
bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran,
oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.
That we henceforth be no
more children, tossed to and fro, and carried about with every wind of
doctrine, by the sleight of men, and cunning craftiness, whereby they lie in wait
to deceive;
ινα μηκετι ωμεν νηπιοι
κλυδωνιζομενοι και περιφερομενοι παντι ανεμω της διδασκαλιας εν τη κυβεια των
ανθρωπων εν πανουργια προς τηνμεθοδειαν της πλανης. Transliter
interlinear, hina {sehingga} mêketi {bukan lagi} ômen {kita adalah} nêpioi {kanak-kanak}
kludônizomenoi {yang diombang-ambingkan oleh ombak} kai {dan} peripheromenoi
{dibawa kesana-kemari} panti {oleh setiap} anemô {arus} tês didaskalias {dari
ajaran} en {dengan} tê kubeia {bermain judi (kepandaiannya menipu)} tôn
anthrôpôn {manusia} en {dengan} panourgia {kelicikan} pros {dengan} tên
methodeian {tipu-muslihat} tês planês {yang menyesatkan}
νηπιος - nêpios = infans, anak-kecil yang tidak dapat
berkata-kata, anak-kecil yang belum dewasa dalam arti yuridis (IKorintus 3:1;
13:11; Galatia 4:1,3). Arti kiasan: lemah, juga tentang pikiran, bodohlbebal,
tidak berpengalaman (Roma 2:20; Ibrani 5:13). Dari konteksnya nyata, bahwa yang
di maksudkan di sini dengan nepios ialah arti yang akhir ini"
lemah,bodoh/bebal, bersifat sebagai anak-kecil.
Dengan kalimat negatif
ini - yang diikuti sebentar oleh suatu kalimat positif-Paulus seolah-olah
menyuruh anggota-anggota jemaat untuk membandingkan situasi mereka sekarang
dengan situasi mereka dahulu, supaya dari perbedaan itu mereka berusaha
mengatasi bahaya-bahaya yang sedang mengancam mereka. Ia katakan, bahwa mereka
hukan lagi anak-anak-kecil, yang dapat dibodohi oleh orang-orang lain, seperti
yang waktu mereka belum percaya dan dibaptis (Ibrani 5:11.). Benar mereka
adalah anak-anak, tetapi anak-anak Allah dan Bapa Tuhan mereka, Yesus Kristus,
dan karena itu anak-anak yang dewasa. Sebagai anak-anak yang dewasa, demikian
Paulus, mereka tidak boleh (memberikan diri mereka) diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa angin pengajaran.
Kludônizesthai = diempaskan oleh kludôn (ombak, gelombang) dan peripheresthai = diseret berkeliling, diseret ke sana ke mari.
Kedua kiasan ini oleh LAI digabungkan menjadi satu dan diterjemahkan dengan
"diombang-ambingkan". Apa yang Paulus maksudkan di sini dengan
"rupa-rupa" angin pengajaran" tidaklah begitu jelas. Mungkin
sarna dengan apa yang ia sebut dalam surat Kolose "ajaran-ajaran
manusia" ("didaskalias tôn anthrôpôn", Kolose 2:22) dan yang ia
jelaskan sebagai "filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran manusia
dan roh-roh dunia" (2:8), jadi: ajaran kafir, ajaran bidat. Ajaran itu
membahayakan pembangunan jemaat. Karena itu Paulus menasihati mereka, supaya
mereka waspada dan, seperti yang telah kita dengar tadi, jangan (memberikan
diri mereka) diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan
palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.
Kubeia = permainan-judi. Kubeia dimainkan dengan pessoi di atas suatu pesson
pentagrammon, artinya: disuatu papan yang dibagi oleh 5 X 5 baris atau 36 kotak
persegi-empat. Dalam tangan pemain-pemain yang tidak jujur ("palsu"),
permainan ini adalah suatu alat yang baik untuk menipu. Panourgia = kelicikan, tipu-daya (1 Korintus. 3:19; 2
Korintus. 4:2; 11 :3; juga 12:6), adalah ciri permainan orang-orang yang tidak
jujur, Maksud/tujuannya ialah, menurut nas kita, untuk menyesatkan.
Methodeia (Efesus 6:11) dalam Perjanjian Baru selalu dipakai
untuk metode atau cara yang buruk: menipu, memperdayakan. Planê (adalah lawan dari alêtheia = kebenaran, 2 Tesalonika. 2:11; 1 Yohanes. 4:6, dan kawan
dari dolos = tipudaya, ITesalonika. 2:3) sesat. tên methodeian tês
planes = metode atau cara yang menyesatkan. Tetapi
bukan secara negatif saja mereka harus berusaha mengatasi bahaya-bahaya itu.
Juga secara positif, dengan melakukan kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh
di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala (ayat 15).
Teguh berpegang pada kebenaran (ayat 15a)
Ayat 15: Tetapi dengan
teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala
hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. But speaking the truth in love,
may grow up into him in all things, which
is the head, even Christ:
αληθευοντες δε εν αγαπη
αυξησωμεν εις αυτον τα παντα ος εστιν η κεφαλη ο χριστος. Transliter interlinear, alêtheuontes {berpeganglah pada kebenaran} de
{tetapi} en {dalam} agapê {kasih} auxêsômen {kita bertumbuh} eis {di dalam}
auton {Dia} ta panta {(dalam) segala hal} hos {yaitu} estin {adalah} hê kephalê
{kepala} ho khristos {yaitu Kristus}.
De (tetapi), menyatakan
perbedaan dengan waktu dahulu. Ganti keragu-raguan dan ketidak-pastian sebagai
ciri dari ketidak-dewasaan, mereka harus melakukan kebenaran di dalam kasih.
alêtheuontes = berpegang kepada kebenaran, yaitu pengrealisasian
firman kebenaran atau pemberitaan kebenaran Injil (Galatia 2:5, 14; Kolose 1
:5) atau pemberitaan Kristus, menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus (Efesus
4:12). Karena dalam ayat 14 dikatakan "diombang-ambingkan oleh rupa-rupa
angin pengajaran", maka ada penafsir (a.l. Bisping, Gros-heide, Huby,
Percy, Staab, Von Soden) yang mau menterjemahkan alêtheuô dengan arti "berpegang kepada kebenaran",
"memelihara kebenaran", dan lain-lain. Tetapi ada pula (a.1. von
Leeuwen, Schlier) yang tidak menyetujuinya. Menurut mereka, alêtheuô berarti: memberitakan kebenaran.
Bertumbuh kearah Kristus (ayat 15b)
Penafsir-penafsir
umumnya menganggap auxêsômen (auxanô = bertumbuh) sebagai intransit dari ta panta (segala
sesuatu) sebagai adverb (konsep-terjemahan LAI dan terjemahan Bode). Schlier
tidak setuju dengan anggapan itu. Sebab, menurut dia, kalau benar apa yang
dikatakan oleh penafsir-penafsir itu, maka maksud/tujuan karunia yang diberikan
oleh Kristus kepada anggota-anggota jemaat adalah sama saja dengan apa yang
telah dikatakan dalam ayat 12. Kalau demikian, katanya, maka dengan singkat
dapat disimpulkan jalan-pikiran itu sebagai berikut:
Kristus memberikan
karunia-Nya untuk membangunkan tubuh-Nya, supaya dengan jalan itu kita, sebagai
anggota-anggota jemaat yang telah dewasa, bertumbuh di dalam segala hal ke arah
Dia, berarti, demikian Schlier, bahwa ayat 14. hanya ulangan saja dari ayat 12
., dan pertumbuhan dalam ayat 16. pun juga demikian. Dengan perkataan lain:
dengan "mencapai manusia sempurna" (ayat 13), kita juga mencapai Dia,
yaitu Kristus yang dikatakan dalam ayat 15. Kalau demikian, katanya (Schlier)
sebagai kesimpulan, ayat 15 adalah suatu
tautologia. Hal ini tidak dapat ia terima. Ia sendiri, menerjemahkan ayat
15 sebagai berikut: "(dengan) mengatakan kebenaran di dalam kasih dan
dengan jalan demikian membiarkan semesta alam bertumbuh ke arah Dia, yang
adalah kepala, yaitu Kristus". Terjemahan ini ia dasarkan atas hal-hal
yang berikut. Pertama: dalam ayat 13 maksud/tujuan telah tercapai, lebih daripada
maksud/tujuan itu tubuh tidak dapat bertumbuh (auxanô) lagi. Dengan perkataan lain, yang bertumbuh dalam ayat
15 bukanlah tubuh, tetapi hal lain. Kedua: dalam surat Efesus dan Kolose kata
ta panta -- yang diterjemahkan oleh LAI dengan "segala hal" dan oleh
Bode dengan "segala sesuatu" - tidak dipakai sebagai adverb, tetapi
sebagai istilah untuk semesta alam. Jadi, demikian Schlier, besar kemungkinannya,
bahwa ta panta dalam ayat 15 ini juga berarti: kosmos, semesta alam. Kalau
benar dugaan ini, katanya, maka mae in (auxanô harus dianggap sebagai transit (IKorintus. 3:6 . dan 2
Korintus. 9:10), sehingga maksud ungkapan dalam ayat 15 itu kira-kira seperti
berikut: seluruh alam dibiarkan bertumbuh kearah Dia, yang adalah kepala, yaitu
Kristus. Hal ini, menurut dia, sesuai dengan 1:22, di mana dikatakan, bahwa
kepada jemaat diberikan Kristus sebagai "Kepala dari segala yang
ada".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar