Jika mau melihat hubungan parpadanan
(perjanjian) antara Panjaitan & Sinambela maka ada 3 hal yg harus
kita ketahui lebih dahulu:
- Marga Panjaitan, dalam hal ini adalah anak dari Raja Panjaitan yaitu Raja Situngo, dan Anak dari Raja Situngo itu sendiri yaitu Raja SiJorat Paraliman (yg sampai saat ini sementara tarombonya masih controversial bagi “sebahagian” Marga Panjaitan)
- Marga Sinambela, dalam hal ini Raja Bonanionan Sinambela, yaitu putra ke tiga sekaligus si bungsu dari Raja Sinambela. Raja Bonanionan menikah dengan boru Pasaribu. Lahirlah Raja Si Singamangaraja I bergelar Raja Manghuntal
- Si Raja Uti, cucu si Raja Batak yg merupakan anak sulung dari Guru Tatea Bulan.
Pada
prinsipnya Panjaitan tidak pernah merasa marpadan dengan Sinambela
tetapi Panjaitan menyatakan bahwa Sinambela itu memang Anggi Doli dari
Panjaitan 1 ibu (boru Pasaribu) lain bapak. Pihak Sinambela yg sering
menyatakan marpadan. Bagi Panjaitan marpadan itu merupakan ikatan yg
terjadi karena adanya sebuah perjanjian, itu sebabnya Panjaitan tdk
pernah menyatakan marpadan melainkan memang mengganggap Sinambela itu
sebagai adiknya jadi tidak perlu adanya sebuah perjanjian (hubungannya
lebih dekat). Itu yang saya ketahui, kalau salah mohon dikoreksi karena
orangtua saya dari dulu selalu mengatakan Sinambela itu adik dari
Panjaitan.
Ada 2 versi yang menyatakan Panjaitan marpadan dengan Sinambela, baik itu cerita dari Pihak Panjaitan maupun pihak Sinambela.
Versi pertama, menyatakan bahwa Panjaitan & Sinambela adalah Kakak beradik 1 ibu lain bapak.
Versi kedua, versi kuda putih
Sisingamangaraja, parpadanan terjadi karena Panjaitan berhasil menangkap
kuda putih Sisingamangaraja.
Tapi menurut yang saya tau &
berdasarkan hasil survey yg saya lakukan baik dari Pihak Panjaitan
maupun Sinambela, dapat saya simpulkan bahwa kedua hal tersebut di atasa
benar adanya, tapi merupakan 2 hal yang berbeda.
Baiklah sekarang kita simak rangkuman dari kedua versi tsb menjadi suatu rangkaian certita yang berkaitan & berhubungan.
Oke sekarang kita mulai cerita ini dari sekilas Kisah tentang ”Si Raja Uti” .
Si Raja Uti.
Menurut cerita yg banyak ditulis, asal
mula leluhur orang Batak adalah dari Pusuk Buhit, Sekitar abad XII
Siraja Batak singgah di wilayah Toba Samosir. Siraja Batak memiliki anak
yang bernama Guru Tatea Bulan (Iontungan) dan Raja Isumbaon (Sumba).
Guru Tatea Bulan mempunyai lima orang anak, yakni:
- Raja Uti
- Saribu Raja
- Limbong Mulana
- Sagala Raja
- Malau Raja.
Menurut legenda dan keyakinan suku Batak,
Raja Uti (anak Sulung dari Guru Tatea Bulan) adalah yang memiliki
kesaktian dibanding saudara2nya. Ia terlahir sebagai manusia yang cacat
tidak memiliki kaki & tangan sehingga ia tdk bisa duduk. Ia juga
terlahir kembar dengan saudara perempuannya Si Boru pareme. Karena
kesaktiannya & kondisi fisiknya sehingga banyaklah gelar yg melekat
pada dirinya. Misalnya Raja Biak-biak, Raja Gumelenggeleng. Raja Nasiak
Bagi, Raja Miok-miok, Raja Hatorusan. Konon katanya ia mempunyai sayap,
Raja Uti sendiri artinya raja yang takkan pernah mati, raja yang takkan
pernah tua. Sebagai Anak sulung ia meminta ijin kepada ibunya untuk
pergi ke Pusuk Buhit demi memohon kepada Mula Jadi Nabolon agar boleh
dia dijadikan raja diantara saudara-saudaranya. tapi ia dianggap remeh
oleh saudara-saudaraku krn cacatnya. Singkat cerita Mulajadi Nabolon
mengabulkan permintaannya & iapun berubah menjadi manusia yang
sempurna yang memiliki kaki dan tangan bertumbuh normal. Dan iapun
memperoleh kesaktiannya & akhirnya menjadi seorang pertapa yg sakti.
Cerita si Raja Uti penting kita ketahui
karena ia adalah Tulang (paman) dari Sisingamangaraja I (sinambela)
& Raja Sijorat Paraliman (Panjaitan). Kemudian kita masuk ke
penjelasan kedua tentang Sinambela.
Raja Sinambela
Raja Sinambela mempunyai 3 orang anak yaitu:
- Raja Pareme Sinambela
- Tuan Nabolas Sinambela
- Raja Bonanionan Sinambela
Anak ke 3 nya yaitu Raja Bonanionan
Sinambela, menikah dengan boru Pasaribu. Dari hasil perkawinannya
lahirlah Sisingamaraja I yang sangat istimewa & mempunyai kelebihan
luar biasa. Pada saat lahir giginya sudah tumbuh & di lidahnya
tumbuh bulu (berbulu). Sesuai dengan amanat yang diterimanya dari Op.
MulaJadi Nabolon anak itu diberi nama Sisingamangaraja & setelah
dewasa iapun mengambil tanda-tanda kerajaan dari Raja Uti, berupa: Piso
gaja Dompak, Pungga Haomasan, Lage Haomasan, Hujur Siringis, Podang
Halasan, Tabu-tabu Sitarapullang.
Raja Panjaitan
PANJAITAN (Toga Panjaitan) mempunyai anak
1 orang yaitu “Raja Situngo Panjaitan”. Salah seorang anak Raja Situngo
yaitu “Raja Sijorat Paraliman” (supaya tidak terjadi perdebatan
sipersingkat saja tarombonya).
Raja Situngo terkenal kesaktiannya &
seorang pengembara, dari cerita Raja Situngo inilah banyak cerita
Parpadanan Panjaitan dengan marga lain baik itu karena hubungan darah
(Sinambela, Sibuea) maupun karena perjanjian tertentu (Simanullang).
Suatu ketika di pengembaraannya Raja
Situngo Panjaitan bertemu dengan seorang perempuan yang sedang berada di
Pusara suaminya Raja Sinambela yang baru meninggal. Raja Situngo merasa
iba dengan perempuan tsb, singkat cerita Raja Situngo pun membawa
pulang perempuan tsb ke kampung perempuan itu (Sinambela) & kemudian
mengawininya. Dari hasil perkawinannya lahirlah seorang anak (??),
untuk mencegah hal2 yg tidak diinginkan maka disepakatilah bahwa antara
Panjaitan & Sinambela tidak boleh ada perkawinan karena mereka
adalah saudara 1 ibu lain ayah.
Pada suatu ketika Raja Sisingamangaraja
Sinambela dan Raja Panjaitan bersepakat menemui Tulangnya (pamannya)
Raja Uti Borbor/ Pasaribu untuk mencari ilmu dan kerajaan. Maka
berangkatlah keduanya (mereka 1 ibu lain ayah) ke rumah tulangnya,
ttp mereka hanya menemui istri tulangnya (Nantulangnya) di rumah.
Merekapun menyampaikan maksud & tujuannya kepada nantulangnya yaitu
untuk meminta berkat dari tulangnya Raja Uti & meminta ilmu.
Sepulangnya mereka nantulangnyapun menyampaikan pesan tsb ke Raja Uti.
Lalu Raja Uti pun menguji kedua keponakannya untuk menangkap kuda
putihnya yang lepas. Keduanyapun menggunakan kekuatan dan keahliannya
masing-masing mencoba menangkap kuda putih Raja Uti. Ternyata yang
berhasil menangkap kuda putih RajaUti adalah Raja Panjaitan (Sijorat
Paraliman) dengan menggunakan perangkapnya (Jorat). Setelah itu
merekapun melaporkan hasil ujian mereka ke tulangnya Raja Uti, tetapi
mereka tidak menemukan tulangnya di rumah. Mereka hanya menemukan
nantulangnya. Ujian demi ujianpun diberikan oleh Raja Uti kepada kedua
keponakannya itu tapi tetap saja melalui perantara istrinya (nantulang
mereka).
Suatu ketika mereka diundang makan oleh
Raja Uti ke rumahnya, tetapi Raja Panjaitan meminta kepada nantulangnya
agar nantulangnya menyediakan singkong yang direbus dengan potongan
cukup panjang. Dengan sedikit heran, Nantulangnyapun menyediakan
permintaan keponakannya itu. Tiba saatnya makan, istri Raja Uti telah
menyediakan semua makanan termasuk singkong permintaan keponakannya Raja
Panjaitan, tetapi Raja Uti tidak muncul juga. Lalu merekapun
dipersilahkan makan, kemudian Raja Panjaitanpun mengambil singkong yang
direbus tadi. Karena panjangnya maka Raja Panjaitan pun mendongak ke
atas untuk memasukkan ke mulutnya. Lalu terlihat lah oleh si Raja
Panjaitan tulamngnya si Raja Uti sedang duduk memperhatikan mereka di
tingkap-tingkap atas rumah. Berkatalah si Raja Panjaitan “Ternyata
Tulang ada di situ, mari kita makan bersama”. Maka turunlah si Raja Uti
makan bersama-sama dengan mereka. Akhirnya merekapun diberkati oleh
tulangnya si Raja Uti setelah melalui beberapa ujian yang diberikannya.
Kedua keponakannya inipun diberikan ilmu & kesaktian oleh si Raja
Uti. Lalu Si Raja Panjaitan pun di beri gelar Si Raja Sijorat Paraliman,
karena telah berhasil memperangkap atau menjerat tulangnya si Raja Uti.
Keduanya menjadi raja di wilayahnya masing-masing, meskipun demikian
apabila salah 1 dari mereka berada di bukan wilayahnya maka iapun raja
di situ. Misalnya Si Jorat Paraliman Panjaitan sedang berada di wilayah
Sinambela (Sisingamangaraja 1) maka iapun dihormati sebagai raja di
situ & sebaliknya jika Sisingamangaraja 1 (Sinambela) sedang berada
di wilayah Si Jorat Paraliman maka iapun dihormati sebagai raja di situ.
Sisingamangaraja berkuasa di wilayah Timur, sedangkan Si Jorat
Paraliman di wilayah Barat.
Demikianlah kisah tentang hubungan
persaudaraan Marga Panjaitan & Marga Sinambela yang sampai saat ini
masih terjaga dengan baik. Ada juga sebagian orang meremehkan tentang
hal ini tapi akibat yang mereka tanggung sangatlah besar apabila
dilanggar, karena antara Panjaitan & Sinambela bukanlah hanya
sekedar suatu perjanjian tapi memang mempunyai hubungan darah, itu
sebabnya Panjaitan selalu menyebut Sinambela Anggi Doli (bukan
marpadan), bahkan banyak bukti yang menyatakan apabila terjadi
perkawinan antara Panjaitan & Sinambela selalu ada saja permasalah
yg di alami keluarga tersebut atau bahasa gampangnya musibah yang
diterima oleh mereka.Boleh percaya boleh tidak tapi nyata.
Kebenaran cerita ini tidaklah mutlak,
karena kebenaran hanyalah milik Tuhan. Apabila ada hal -hal yang tidak
sesuai mohon dikoreksi atau ada cerita versi lain mohon diinformasikan.
Horas!
Sumber:
http://isranpanjaitan.wordpress.com
situasinya dulu Ny.sinambela sedang meratapi Almarhum pak Sinambela di pusara(beranak 3),lalu menikah dgn Panjaitan berarti klo seandainya pny ada anak dr hasil pernikahan tsb anak2 Sinambela pny adik baru...(dr Panjaitan MK nya 1 ibu lain bapa)lalu knp Panjaitan panggil adik ke sinambela? apakah panggilan abang-adik ini berlaku utk panjaitan yg 1 ibu atau berlaku utk panjaitan dr ibu2 nya yg lain??
BalasHapusKalo misalnya ibu saya Boru panjaitan, dan ketemu perempuan Boru Sinambela, itu pariban saya atau gimana pak ??
BalasHapusJadi knp simanullang all mengakui klo padan mereka Panjaitan..sementara dikampung sya simanullang dan Panjaitan bisa menikah bgaimn pulak itu??? Apakah padan itu bisa saling menikahi???
BalasHapusSelagi percya SM Tuhan hdp kita bhgia..klw kita percaya SM adat berarti Tuhan kita Ompu mula jadi na bolon..AU pe Panjaitan , istri Boru Sinambela..butima
HapusNamanya juga turi-turian...banyak hal yg bica dipercaya dan tidak dipercaya...tapi saya membaca turiturian Panjaitan ini..memiliki banyak ketidakjelasan alur ceritanya..sehingga sulit diterima ligika...apalagi dikaitkan dengn versi turiturian lainnya...sepertinya ada yg disembunyikan dalam cerita tsb..
BalasHapusSaya cm percaya sama yesus sang pencipta, karena apa yg telah di persatukan allah tidak bs di cerai beraikan manusia..
BalasHapusJadi klw sudah dikasih Tuhan jodoh sipanjaitan dengan Boru Sinambela ? Bagaimanakah..apakah kita harus mengingkari Jodoh yg dikasih Tuhan itu ? Menurut sy itu cerita nenek moyang dlu..BKN berarti kita melupakan silsilah dan adat..jadi kesimpulan nya Selagi percaya PD Tuhan kita hdp akan bhgia..selagi percaya SM adat nenek moyang berarti Tuhan kalian Ompu mula jadi na bolon..trimsd
BalasHapusIt lh
HapusGk bisa sebetul ny adat sejalan dengan agama