Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas secara umum adalah penciptaan kondisi yang
memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Sedangkan pengertian pengelolaan kelas (classroom management)
berdasarkan pendekatannya menurut weber (1977) diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu:
- Berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru memang mempunyai hak kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru misalnya kepala sekolah, dan lain-lain.
- Berdasarkan pendekatan permisif (permissive approach), pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa dalam melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Fungsi guru adalah menciptakan kondisi siswa agar merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
- Berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelas adalah upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.
Tidak ada pendekatan-pendekatan yang paling baik, tetapi
pendekatan-pendekatan ini akan menjadi pendekatan paling baik pada saat
situasi yang tepat.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
- Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
- Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
- Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170)
pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan
kelas adalah:
- Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
- Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
- Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan
tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.
Komponen Katerampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu:
- Preventif, keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
- Represif, keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Pada keterampilan preventif, berkaitan dengan kemampuan guru didalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan hal tersebut yaitu:
a. Menunjukkan sikap tanggap
Keterampilan ini menggambarkan tingkah laku guru yang telah
memperhatikan siswanya sehingga siswa merasa bahwa guru hadir bersama
mereka. Cara yang dilakukan dalam menunjukkan sikap tanggap ini dengan
cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan,
memberikan reaksi terhadap gangguan atau ketakacuhan siswa.
b. Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi
perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang
sama. Cara yang digunakan dalam membagi perhatian yaitu melalui visual
dan verbal.
c. Memusatkan perhatian kelompok
Seorang guru harus mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas
yang diberikan sehingga siswa tetap terlibat dalam kegiatan belajar.
Cara yang dilakukan yaitu dengan menyiagakan siswa atau memusatkan pada
suatu topic dan menuntut tanggung jawab siswa untuk memperagakan alat
atau melaporkan hasil diskusi.
d. Memberikan petunjuk yang jelas
Petunjuk yang jelas sangat diperlukan oleh siswa sehingga siswa tidak
mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas atau perintah.
e. menegur
Siswa yang telah mengganggu proses pembelajaran dapat diberi teguran.
Teguran harus tegas dan jelas namun menghindari perkataan kasar atau
menghina. Namun teguran ini dapat disepakati bentuknya saat membuat
aturan-aturan tertentu antara siswa dan guru. Guru harus lebih
berhati-hati dalam menasehati siswa terhadap kelas maupun perorangan.
f. memberikan penguatan
segala tingkah laku hendaknya diberi penguatan baik itu penguatan
positif maupun negatif dan teguran pada perilaku siswa yang telah
menyimpang.
Pada keterampilan represif, berkaitan dengan respon guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kodisi belajar yang
optimal. Strategi yang dapat dilakukan yaitu:
a. modifikasi tingkah laku
Guru harus menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah
atau kesulitan dan memodivikasi tingkah laku tersebut dengan
mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b. pengelolaan kelompok
Guru dapat menggunakan alternatif lain dalam mengatasi masalah
pengelolaan kelas antara lain dengan menerapkan pendekatan pemecahan
masalah kelompok. Ada dua jenis keterampilan yang diperlukan yaitu
memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.
c. menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Kadang-kadang perilaku siswa yang mengganggu kegiatan di kelas akan
menyebabkan proses pembelajaran yang kurang optimal maka seorang guru
harus mampu meningkatkan kesadaran siswa akan tindakannya dengan cara
memindahkan benda-benda yang bersifat mengganggu, menghilangkan
ketegangan dengan humor, memindahkan penyebab gangguan, pengekangan
fisik, dan pengasingan
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu
diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim
kelas yang menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang
optimal. Guru yang bersikap hangat dan akrab serta secara ajek
menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, kegiatan-kegiatan, atau
siswanya akan lebih mudah melaksanakan komponen-komponen keterampilan
pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang. Selain itu perhatian dan minat
siswa akan tetap terpelihara. Diusahakan, saat guru memberi tantangan,
soal dimulai dari yang mudah dan semua siswa bisa menjawab sebagai
motivasi untuk menjawab selanjutnya.
3. Bervariasi
Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar
merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta
pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan
tingkah laku positif siswa. Jika terdapat banyak variasi maka kejenuhan
akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya
dalam tugas dan tidak akan menunggu temannya.
4. Keluwesan
Selama proses belajar mengajar, terdapat kemungkinan munculnya
ganggua-gangguan dari siswa. Untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan
keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah strategi mengajarnya
mengajarnya dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan mengajar
yang lain.
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Cara guru memelihara suasana yang positif diantaranya adalah dengan:
a. Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar.
b. Menyadari akan kemungkinan kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa.
6. Penanaman disiplin diri
Siswa dapat mengembangkan diri sendiri merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk mencapai tujuan ini guru harus selalu mendorong
siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih
berhasil jika guru sendiri menjadi contoh atau teladan tentang
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Dalam mengelola kelas, kita telah dihadapkan pada siswa yang bersifat
individual atau kelompok, sehingga kita perlu berhati-hati dalam
menanganinya. Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat,
teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:
a. Pendekatan Alodifikasi Perilaku
Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan
dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam
batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini
memanfaatkan hasil penelitian tentang bagaimana tingkah laku manusia
terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan
teknik-teknik yang dapat digunakan dalam membina siswa, yaitu:
1) Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu
stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu
tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan
penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya guru ingin agar siswa berani mengeluarkan pendapat,
guru selalu menunjuk langsung siswa yang tidak berani mengeluarkan
pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak menyenangkan).
Bila suatu saat siswa berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu
ditunjuk guru maka guru mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara
menunjuk langsung (penguatan negatif). Pengurangan itu semakin meningkat
sejalan dengan semakin seringnya,siswa mengeluarkan pendapat tanpa
ditunjuk guru hingga akhirnya ditiadakan bila siswa telah terbiasa
mengeluarkan pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negatif:
a) Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
b) Sasaranya jelas
c) Pemberian penguatan dengan segera
d) Penyajian stimulus yang bervariasi
e) Keantusiasan.
2) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku siswa dengan cara
menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang
semula dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh, seorang siswa
yang selalu mengomentari penjelasan guru saat guru sedang menerangkan,
misalnya, mungkin karena setiap kali siswa mengomentari penjelasan guru,
guru selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa
guru tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal
guru sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk
mengurangi artau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu
teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan
menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa
guru tidak berkebertaan terhadap kebiasan siswa tersebut. Contoh lain
yaitu pada siswa yang sering menjawab maka guru berkata “Yang sudah
menjawab tolong berikan kesempatan pada yang lain ya…!”
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:
a) Untuk mengurangi kekecewaan siswa sebagai akibat ditiadakannya
pengukuh yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan
teknik lain, khususnya teknik penguatan positif, bila ternyata ada
hal-hal yang dilakukan oleh siswa.
b) Bila guru sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku
siswa, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal,
sebaiknya digunakan teknik lain agar siswa tidak terlalu larut dalam
tingkah laku yang hendak dihapus tersebut.
c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah
laku siswa yang menyimpang bila menggunakan teknik penghapusan.
Sementara penghapusan berlangsung dan siswa melakukan tindakan yang
sangat mengganggu kelancaran proses pembelajaran, misal menyebabkan
siswa sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak
dilanjutkan pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.
d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada
siswa, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.Untuk
itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada guru
tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada guru yang tetap
memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus
tingkah laku siswa yang menyimpang tersebut.
3) Hukuman.
Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang tidak dikehendaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:
a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara guru
dengan siswa atau minimal disepakati oleh siswa dan lebih baik dikatakan
pada awal pertemuan. Dengan demikian siswa lebih ikhlas bila dihukum.
b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi
sehingga siswa memiliki kesan yang kuat tentang kaitan antara
pelanggaran dan hukuman.
c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama
teknik penguatan positif, bila ada haI-hal positif pada diri siswa.
d) Setelah menghukum siswa, guru hendaknya bersikap wajar seperti
semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian
hukuman dapat pulih kembali.
e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan bervariasi agar siswa tidak menjadi jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.
b. Pendekatan Sosial Emosional
Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan
anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien
mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan
siswa dan antarsiswa. Selanjutnya guru dipandang memegang peranan
penting dalam menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita
dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama dapat berlangsung
dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan
keluarnya. Demikian halnya dengan proses pembelajaran di sekolah, bila
hubungan antara guru dengan siswa baik, maka proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi
dengan mudah.
Berikut ini adalah sikap-sikap yang diperlukan oleh guru dalam mengatasi kenakalan siswa:
1) Sikap umum,
Yaitu terbuka, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, empati,
membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis
(melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingannya).
2) Sikap khusus.
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku siswa
yang biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi empat macam yaitu:
a) Siswa yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu
berusaha memakai berbagai cara untuk menarik perhatian guru. la mungkin
tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda
teman disebelahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga
bertanya terus dan sebagainya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan
saja.
b) Siswa yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha
mengalahkan orang lain. Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan
melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali
dan tidak mau melaksanakan kewajibannya. Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan tugas untuk memimpin yang membutuhkan keberanian atau
kekuatan fisik.
c) Siswa yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu
melakukan tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun
psikis. Hal ini sebaiknya diserahkan pada psikolog dan guru hanya
membantu pelaksanaanya di kelas.
d) Siswa yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu
mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas. Karena biasanya ia
yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan
disalahkan langsung melainkan berikan dorongan dan bimbingan.
c.Pendekatan Proses kelompok
Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan
anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien
berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena
itu, peranan guru dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan
kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja
secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para siswa biasanya
masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang
sangat berbeda. Tugas guru adalah memadu kepentingan-kepentingan
perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk
kerumunan tersebut menjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan
mampu bekerja sama secara produktif. Untuk mengikat kerumunan siswa
menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah
unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah
tujuan, aturan, dan pemimpin.
1) Tujuan Kelompok.
Siswa biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas
guru yang pertama adalah mengarahkan para siswa ke tujuan kelas,
khususnya indikator. Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk
mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh
sebab itu, guru perlu merumuskan tujuan yang realistis serta
mengkomunikasikannya secara jelas kepada siswa.
2) Aturan.
Aturan yang mampu mengikat siswa menjadi kelompok yang padu adalah
aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan siswa atau minimal
disetujui oleh siswa. Bila ada siswa yang tidak menyetujui aturan dalam
kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.
3) Pemimpin.
Seorang guru dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok siswa
di kelas saat mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus
dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan
kelompok. Selain itu dalam menciptakan dan memelihara suasana kerja
kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu
mendorong dan memeratakan partisipasi, mengurangi ketegangan,
memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan antarpribadi atau
antarkelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi.
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Secara umum peran guru dalam mengelola kelas yaitu:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
Menurut Darmadi (2010:6-7) ada beberapa peran guru dalam pengelolaan kelas yaitu:
a) memelihara lingkungan fisik kelas
b) mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial siswa dalam kelas
c) mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien.
Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang dapat
menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efesien dan efektif.
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan
prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala
tersebut yaitu:
a) guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa
b) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan kesenyapan atau pembicaraan terhenti tiba-tiba
c) menghindari ketidaktepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan atau guru harus tepat waktu
d) guru harus dapat mengelola waktu karena berkaitan dengan disiplin diri siswa.
e) memberikan penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele.
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan aturan kelas (class routine)
Kita mengetahui bahwa kebiasaan tiap siswa berbeda. Seorang guru
tidak boleh menyalahkan atau membenci siswa karena kebiasaan mereka
karena kebiasaan baik dan buruk diperoleh dari pengalaman di jenjang
pendidikan sebelumnya dan lingkungan siswa berada. Sehingga untuk
membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan melalui pemberian aturan
saat proses pembelajaran terutama pada awal pertemuan pembelajaran
sehingga terjadi kesepakatan antara siswa dan guru.
2. Memulai kegiatan tepat waktu (getting started)
Dalam memulai suatu materi pembelajaran diperlukan ketepatan waktu
bagi guru maupun siswa (masalah keterlambatan telah diatur pada saat
menetapkan aturan kelas) sehingga pembelajaran efektif dan tidak ada
waktu yang terbuang banyak.
3. Mengatur pelajaran (managing the lesson)
Proses pembelajaran yang efektif, guru harus mengatur dan menjaga
agar proses kegiatan berjalan lancer dan tidak mengalami gangguan atau
hambatan. Guru harus mengoptimalkan keikutsertaan siswa, kesempatan
melakukan, penggunaan peralatan, serta mengorganisir pembagian kelompok,
tidak terlalu banyak ceramah sehingga siswa tidak jenuh.
4. Mengelompokkan siswa (grouping the student)
Pada saat meembahas materi tertentu, diperlukan juga siswa harus
berkelompok agar mereka dapat bekerja sama dan tidak individualis.
Kadang-kadang diperlukan adanya ketua kelompok sehingga ketua tersebut
dapat memanage dirinya sendiri dan teman-temannya.
5. Mengakhiri pelajaran (ending the lesson)
Pada akhir pelajaran diharapkan siswa memiliki kesan yang baik selama
kegiatan berlangsung sehingga siswa selalu mengingat hal-hal yang
berupa pengalaman selama kegiatan. Maka dari itu, seorang guru harus
membuat klimaks naik pada saat pertemuan sehingga siswa berharap adanya
kegiatan lanjut yang lebih menarik pada pertemuan berikutnya.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Pengelolaan Kelas
Setiap keterampilan pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ini
akan muncul jika seorang guru mampu membawa suasana dan terampil dalam
mengelola kelas. Namun kekuarangan atau kejelekan pengelolaan kelas ini
akan muncul atau guru merasa kewalahan bila belum memahami langkah
memahami keterampilan ini.
a. Kekurangan
- Susah diterapkan
- Biasanya hanya diterapkan pada tingkat SMP ke atas
- Perlu menjaga wibawa dan cara bergaul guru
- Senantiasa fokus pada kelas dan segala permasalahannya
b. Kelebihan
- Sangat efektif dalam pembelajaran
- Siswa menjadi sangat nyaman bila ini sukses dilakukan
- Menjadi pembelajaran yang nyaman
- Siswa menjadi cepat menanggapi setiap pembelajaran yang ada
- Guru menjadi enak dalam melanjutkan materi selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar