Jumat, 17 Mei 2013

First Love Lies Deep

Salam Untukmu
Mungkin kisah ini kurang menarik untuk mennguraikan kisah ini padamu. Tetapi bagiku apa yang aku alami ini sangat berarti untuk dikenang sehingga aku merasa begitu perlu untuk menuliskannya. Semoga kamu mengerti dan Salam Untukmu.

Pertemuan yang tidak direncanakan
Aku tidak memilih untuk mengenalmu. Mungkin begitulah kata-kata yang tepat untuk menterjemahkan apa yang aku alami ketika itu. Pergaulan bersama-sama dengan teman sekolah aku itulah yang membuat aku sering berada di sekitarmu. Karena bagaimanapun aku tinggal di lingkungan dimana bersekolah. Karena alasan pindah kos, akhirnya aku dekat dengan orang-orang dilingkungan dimana kamu dan keluargamu tinggal. Hingga suatu saat setelah saja sudah menjadi bagian dari lingkungan itu, akhirnya aku sering main ke rumahmu. Disitulah aku mulai melihatmu. Kalau tidak salah waktu itu kamu terlihat masih belia karena usia dan pendidikanmu yang jauh dariku.

Perasaan yang Aneh
Seiring berlalunya waktu, aku melihatmu seolah-olah tumbuh dengan begitu cepat. Cepat, hingga aku melihatmu dan merasakan bahwa engkau memiliki pesona. Karena seringnya aku mampir ke rumahmu, diam-diam aku melihatmu serta menilaimu. Ternyata engkau sangat cantik. Sedap untuk dilihat. Bagaimana tidak, engkau dengan segala pesonamu, tumbuh secara bersamaan. Perawakan putih, wajah ayu dan penampilan bersih membuat aku diam-diam mengagumimu. Tetapi yang lebih membuat aku untuk menaruh harap padamu adalah sifatmu yang rajin, baik dalam pekerjaan rumah maupun dalam urusan sekolah. Jujur, aku jatuh hati ketika itu. Tetapi aku berpikir bahwa itu tidak mungkin terjadi, karena saudaramu adalah teman seperilaku aku.  Dan apa daya, perasaan tidak bisa dibohongi. Dan parahnya perasaan aku mulai aneh terhadapmu. Aku semakin sering untuk memikirkanmu. Menyebut namamu dalam semua ceritaku. Termasuk dalam setiap puisi yang kutuliskan dalam setiap buku catatan dan buku pelajaranku. Yang hingga sekarang masih ada kusimpan di lemari bukuku. Singkatnya aku sering merasakan ketertarikan kepadamu dalam setiap hayalku. Tetapi aku masih berusaha mengubur perasaan itu karena merasakan minder dan takut kalau perasaan ini bertepuk sebelah tangan. Apalagi aku membayangkan teman-temanku yang jauh lebih meyakinkan dibanding dengan aku, yang mungkin peluang mereka untuk merebut hatimu jauh lebih besar dan kapasitas mereka jauh lebih banyak dariku. Meski masih dengan cara yang konyol masih kucoba-coba untuk menunjukkannya kepadamu, seperti memberikan papan namamu yang kubuat langsung dengan tangan ini. Entah kamu masih menyimpannya atau tidak. Akhirnya aku coba untuk hanya memendamnya.

Kuberanikan Diriku Mengatakannya
Mungkin, dan bahkan pastinya, kamu tidak pernah tau bagaimana rasanya aku berjuang menahan perasaan ini. Dan aku belajar kepada orang-orang  bagaimana caranya untuk mengungkapkan perasaan suka terhadap perempuan. Meski tidak meyakinkan, tetapi setidaknya aku punya semangat bahwa ukuran menyukai bukan terletak pada siapa dan bagaimana kita. Ternyata perasaan itu adalah hak semua orang dan layak untuk diungkapkan. Hingga dan setelah pengumuman lulus dari SMA, meski aku masih di daerahmu, tetapi aku memutuskan akan segera pergi meninggalkan kotamu. Sehingga aku berpikir bahwa apapun hasilnya, perasaan ini harus aku katakan langsung kepadamu.

Sikap yang Aneh
Akhirnya suatu malam [dengan sangat menyesal aku sudah lupa tanggal berapa], saat itu aku beranjak menuju rumahmu setelah meyakinkan bahwa hanya kamu sendiri yang ada di sana. Bersama dengan anak kecil, aku datang dengan kesederhanaan dan ketikdakmengertianku. Perasaaan kikuk mulai menyertaiku. Kupanggil kamu untuk datang dan duduk serta bercerita, atau tepatnya berada di sampingku. Anehnya yang jadi pikiranku sampai beberapa waktu yang lalu aku mengetahui apa alasannya, kamupun mau. Mau untuk ada di sisiku. Lalu aku mulai berbasa-basi, serta mencoba untuk mencandaimu. Tetapi sikapku mulai aneh dan kamusku mulai habis. Aku tidak mengerti bagaimana mengungkapkannya setelah di dekatmu. Akhirnya aku hanya bertanya: “Apakah kamu sudah punya Pacar?”, kamu hanya berkata bahwa Ayahmu melarangmu untuk melakukannya karena dia menginginkanmu untuk sekolah dulu. Terus aku melanjutkan pertanyaanku: “Kalau ayahmu tidak melarangmu, apakah kamu mau pacaran denganku?”. Tetapi belum sempat kamu menjawab, dan mungkin aku yakin kamu tidak menjawabnya, aku beranikan diri untuk menciummu. Kita diam sejenak. Keringat membasahi tubuhku karena aku merasakan ketakutan. Takut engkau marah dan membenciku. Untung saja, tidak berapa lama ayahmu datang entah dari mana. Yang membuat kita bubar dan mengakhiri pertemuaan sesaat itu. Tidak berapa lama setelah itu aku meninggalkan kotamu, dan pergi entah kemana.

Dapat Kabar Pertama Ketika Kamu Sudah SMA
Aku hanya menyimpan kenangan malam itu. Kenangan yang begitu aneh namun terasa indah. Suatu hari setelah aku kembali ke kampung halaman aku. Karena jujur waktu aku meninggalkan kenanganku di kotamu aku justru pergi merantau karena ketidakadaan biaya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tetapi ketika di kampung, tiba-tiba saudaraku yang katanya kebetulan satu sekolah denganmu di SMA memberikan kabar kalau kamu masih menanyakan kabarku, dan dimana keberadaanku. Ketika mendengarnya, entah bagaimana lagi perasaanku. Tetapi waktu itu aku tidak dapat berbuat apa-apa apalagi bermaksud untuk menemuimu. Keadaanku tidak mengijinkanku. Aku hanya memberikan salam kepadanya untuk di sampaikan kepadamu. Dan itulah bentuk komunikasi kita, setelah itu aku tidak pernah lagi mendengar kabarmu.

Dapat Nomor Kontakmu
Tahun 2005 awal, tiga tahun setelah tamat SMA, aku berangkat ke Medan dan berencana untuk kuliah setelah berjuang meminta kesediaan orang tua menyekolahkanku. Setahun, tepatnya di akhir 2005 aku pulang kampung. Di sana, aku menyempatkan diri untuk singgah ke kotamu. Tanpa sengaja kami berkumpul bersama-sama dengan beberapa teman-teman ketika SMA dulu. Salah satu di antaranya adalah termasuk saudaramu. Di tengah-tengah obrolan itu aku memberanikan diri untuk menanyakan kabarmu dan menanyakan kontakmu. Dan dia memberikannya. Betapa senang dan bercampur sedihnya perasaanku. Karena kamu ternyata sudah tidak di kotamu karena kuliah di kota yang sangat jauh. Pikiranku, mungkin kamu sudah memiliki pacar di Kampusmu.
Tetapi ketika aku kembali ke kampung aku coba melakukan crosscheck untuk memastikan apakah nomormu bisa dihubungi atau tidak. Ternyata benar bahwa kita bisa berkomunikasi. Hingga bebarapa saat saat menikmati suasana Tahun Baru di kampung, kita terus berkomunikasi. Tetapi tidak lama setelah itu, aku tidak tahu tiba-tiba kamu menelponku dan memintaku untuk tidak menghubungimu lagi. Sampai sekarang aku tidak tau alasannya. Dan kamupun mengganti nomor kontakmu.

Kamu Menghubungiku
Tahun 2007 awal, waktu itu aku sedang belajar di asrama karena aku memang tinggal di asrama. Tiba-tiba ada panggilan masuk ke Hpku. Kuangkat dan kutanyakan dari siapa, ternyata itu suaramu. Suara yang masih jelas kuingat. Kamu menanyakan kabarku. Hatiku kembali berbunga-bunga. Entah apa-apa yang kita bicarakan sesudah itu. Dan kau berjanji untuk tidak mengganti nomor kontakmu. Dalam komunikasi itu aku menanyakan tentang bagaimana status kita. Dan kamu bilang bahwa tidak ada yang lain di hidupmu. Kita resmi Pacaran lagi walau hanya melalui Hp. Tetapi anehnya, beberapa lama setelah itu, nomormu tidak bisa lagi dihubungi.

Aku Pacaran dengan yang Lain
Tahun 2007 pertengahan, aku memutuskan untuk pindah kampus karena alasan yang tidak bisa kuterima di kampus yang pertama. Di kampus baru, tepatnya bulan November [Empat bulan setelah aku berada di kampusku]aku pacaran dengan seorang wanita. Aku menjalaninya karena tidak pernah lagi berhubungan denganmu. Hari-hariku kulalui bersamanya. Tetapi di tahun 2008, kamu menghubungiku lagi. Di sini aku bingung, tetapi kuakui perasaanku juga senang. Betapa tidak, kamu tidak mungkin begitu saja lupa dari ingatanku. Tetapi aku tidak menceritakan apakah aku sudah pacaran atau tidak. Justru aku berbohong, karena di suatu sisi, aku tidak mungkin begitu saja memutuskannya. Di sisi lain aku masih sayang samamu. Pikiranku selalu diliputi kebingungan. Aku hanya menjaga semua perasaan yang sedang bersamaku ketika itu. Tetapi kebohongan, tetap saja kebohongan. Pada Akhir 2008 aku pulang kampung. Dan kamupun ada di kotamu karena suasana liburnya bersamaan dengan liburanku. Kita berjanji untuk bertemu.

Aku harus Melakukan Apa?
Malam itu aku datang untuk menemuimu. Saat pertama kali aku betemu denganmu setelah 6 Tahun berlalu sejak tahun 2002. Awalnya suasananya indah. Apalagi ketika berhadapan dengan orang tuamu. Aku mengajakmu dari mereka untuk berjalan bersamaku menikmati malam. Dan benar saja, kita menikmatinya walau sesaat sampai akhirnya kamu meninggalkan kotamu dan pergi untuk kuliah lagi. Setelah kita masing-masing ada di tempat kita kuliah, dan setelah melewati kenangan malam itu, pacarku tiba-tiba menghubungimu dan menceritakan bagaimana hubungan kami. Saya mengerti betapa terkejutnya kamu mendengarkan penuturan itu. Karena baru saja kita melewati pertemuan yang begitu indah tiba-tiba kamu mendengar bahwa aku sudah pacaran. Aku diam tidak bisa berkata apa-apa. Yang ada dipikiranku hanya pasrah. Pasrah ditinggalkan keduanya. Dan benar kamipun sempat putus setelah itu. Sedangkan kamu sudah tidak bisa lagi dihubungi.

Ceritanya Berlanjut di Tahun 2009
Lama setelah peristiwa itu, kita bisa berkomunikasi lagi. Entah bagaimana kejadiannya aku lupa. Namun yang jelas, kita hanya ngobrol dengan keadaan masing-masing. Tetapi perasaan yang ada tidak bisa dibohongi. Kamu ngotot dan berkata biarkan saja aku dengan keadaanku. Memang waktu itu hubungan aku dengan pacarku tidak berjalan mulus. Putus – nyambung dan putus serta nyambung lagi. Bahkan aku sempat lagi pacaran dengan yang lain. Hubungan itu berlanjut hingga tahun 2010. Tetapi suasananya sudah tidak seperti dulu lagi. Hubungan kita entah apa lagi namanya. Sejak tahun 2011 sampai awal tahun ini, kita sudah tidak pernah lagi berkomunikasi. Dan kaupun sudah pacaran dengan yang lain.

Aku Menikah
Tepatnya tanggal 22 di Bulan Pebruari Tahun 2012 aku menikah. Pernikahanku dilaksanakan di kampung halamanku. Ternyata berita itu sampai ke telingamu. Dan karenanya kamu memutuskan persahabatan kita di jejaring sosial. Kamu memblokirku dari kontakmu.

Cinta Pertama Tak Kunjung Lenyap
Suatu sore, tepatnya 2 bulan yang lalu orang tuamu menghubungiku suatu saat dan menanyakan bagaimana kabarku. Kubilang bahwa aku sudah punya anak. Lalu percakapan berlanjut tanpa ada masalah. Ketika itu aku menanyakan kabarmu, dia bilang bahwa kamu ada bersamanya. Aku memutuskan untuk bicara denganmu, serta meminta nomor kontakmu dan kamu memberinya. Dua bulan ini kita sudah berkomunikasi. Mungkin sudah dengan keadaan masing-masing. Tetapi aku masih merasakan sisa perasaan sebagaimana yang pernah terjadi dulu. Mungkin tidak bisa lagi dipungkiri bahwa inilah hidup kita saat ini. Yang harus diterima serta dijalani. Tetapi sekedar meyakinkamu, aku hanya bilang bahwa “cinta pertama tak kunjung lenyap” itu benar adanya. Kamu ada dan sampai kapanpun selalu ada dihatiku. Terlepas dari aku yang salah, namun kamu tetap menjadi salah satu bagian yang terbaik dalam hidupku. Kini hari-hari kita entah seperti apa rasanya. Saat bicara denganmu entah apa yang ada dipikiranmu atau sebaliknya. Bagiku, entah ini salah atau tidak, suasana ini seolah-olah mengembalikan kita kepada suasana malam itu. Entahlah! Ini hanya ceritaku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar