Salam Untukmu
Mungkin kisah ini kurang menarik
untuk mennguraikan kisah ini padamu. Tetapi bagiku apa yang aku alami ini
sangat berarti untuk dikenang sehingga aku merasa begitu perlu untuk menuliskannya.
Semoga kamu mengerti dan Salam Untukmu.
Pertemuan yang tidak direncanakan
Aku tidak memilih untuk
mengenalmu. Mungkin begitulah kata-kata yang tepat untuk menterjemahkan apa
yang aku alami ketika itu. Pergaulan bersama-sama dengan teman sekolah aku
itulah yang membuat aku sering berada di sekitarmu. Karena bagaimanapun aku
tinggal di lingkungan dimana bersekolah. Karena alasan pindah kos, akhirnya aku
dekat dengan orang-orang dilingkungan dimana kamu dan keluargamu tinggal.
Hingga suatu saat setelah saja sudah menjadi bagian dari lingkungan itu,
akhirnya aku sering main ke rumahmu. Disitulah aku mulai melihatmu. Kalau tidak
salah waktu itu kamu terlihat masih belia karena usia dan pendidikanmu yang jauh
dariku.
Perasaan yang Aneh
Seiring berlalunya waktu, aku
melihatmu seolah-olah tumbuh dengan begitu cepat. Cepat, hingga aku melihatmu
dan merasakan bahwa engkau memiliki pesona. Karena seringnya aku mampir ke
rumahmu, diam-diam aku melihatmu serta menilaimu. Ternyata engkau sangat
cantik. Sedap untuk dilihat. Bagaimana tidak, engkau dengan segala pesonamu,
tumbuh secara bersamaan. Perawakan putih, wajah ayu dan penampilan bersih
membuat aku diam-diam mengagumimu. Tetapi yang lebih membuat aku untuk menaruh
harap padamu adalah sifatmu yang rajin, baik dalam pekerjaan rumah maupun dalam
urusan sekolah. Jujur, aku jatuh hati ketika itu. Tetapi aku berpikir bahwa itu
tidak mungkin terjadi, karena saudaramu adalah teman seperilaku aku. Dan apa daya, perasaan tidak bisa dibohongi.
Dan parahnya perasaan aku mulai aneh terhadapmu. Aku semakin sering untuk
memikirkanmu. Menyebut namamu dalam semua ceritaku. Termasuk dalam setiap puisi
yang kutuliskan dalam setiap buku catatan dan buku pelajaranku. Yang hingga
sekarang masih ada kusimpan di lemari bukuku. Singkatnya aku sering merasakan
ketertarikan kepadamu dalam setiap hayalku. Tetapi aku masih berusaha mengubur
perasaan itu karena merasakan minder dan takut kalau perasaan ini bertepuk
sebelah tangan. Apalagi aku membayangkan teman-temanku yang jauh lebih
meyakinkan dibanding dengan aku, yang mungkin peluang mereka untuk merebut
hatimu jauh lebih besar dan kapasitas mereka jauh lebih banyak dariku. Meski
masih dengan cara yang konyol masih kucoba-coba untuk menunjukkannya kepadamu,
seperti memberikan papan namamu yang kubuat langsung dengan tangan ini. Entah
kamu masih menyimpannya atau tidak. Akhirnya aku coba untuk hanya memendamnya.
Kuberanikan Diriku Mengatakannya
Mungkin, dan bahkan pastinya, kamu
tidak pernah tau bagaimana rasanya aku berjuang menahan perasaan ini. Dan aku
belajar kepada orang-orang bagaimana
caranya untuk mengungkapkan perasaan suka terhadap perempuan. Meski tidak
meyakinkan, tetapi setidaknya aku punya semangat bahwa ukuran menyukai bukan
terletak pada siapa dan bagaimana kita. Ternyata perasaan itu adalah hak semua
orang dan layak untuk diungkapkan. Hingga dan setelah pengumuman lulus dari
SMA, meski aku masih di daerahmu, tetapi aku memutuskan akan segera pergi
meninggalkan kotamu. Sehingga aku berpikir bahwa apapun hasilnya, perasaan ini harus
aku katakan langsung kepadamu.
Sikap yang Aneh
Akhirnya suatu malam [dengan
sangat menyesal aku sudah lupa tanggal berapa], saat itu aku beranjak menuju
rumahmu setelah meyakinkan bahwa hanya kamu sendiri yang ada di sana. Bersama
dengan anak kecil, aku datang dengan kesederhanaan dan ketikdakmengertianku.
Perasaaan kikuk mulai menyertaiku. Kupanggil kamu untuk datang dan duduk serta
bercerita, atau tepatnya berada di sampingku. Anehnya yang jadi pikiranku
sampai beberapa waktu yang lalu aku mengetahui apa alasannya, kamupun mau. Mau
untuk ada di sisiku. Lalu aku mulai berbasa-basi, serta mencoba untuk
mencandaimu. Tetapi sikapku mulai aneh dan kamusku mulai habis. Aku tidak
mengerti bagaimana mengungkapkannya setelah di dekatmu. Akhirnya aku hanya
bertanya: “Apakah kamu sudah punya Pacar?”, kamu hanya berkata bahwa Ayahmu
melarangmu untuk melakukannya karena dia menginginkanmu untuk sekolah dulu.
Terus aku melanjutkan pertanyaanku: “Kalau ayahmu tidak melarangmu, apakah kamu
mau pacaran denganku?”. Tetapi belum sempat kamu menjawab, dan mungkin aku
yakin kamu tidak menjawabnya, aku beranikan diri untuk menciummu. Kita diam
sejenak. Keringat membasahi tubuhku karena aku merasakan ketakutan. Takut engkau
marah dan membenciku. Untung saja, tidak berapa lama ayahmu datang entah dari
mana. Yang membuat kita bubar dan mengakhiri pertemuaan sesaat itu. Tidak
berapa lama setelah itu aku meninggalkan kotamu, dan pergi entah kemana.
Dapat Kabar Pertama Ketika Kamu Sudah SMA
Aku hanya menyimpan kenangan
malam itu. Kenangan yang begitu aneh namun terasa indah. Suatu hari setelah aku
kembali ke kampung halaman aku. Karena jujur waktu aku meninggalkan kenanganku
di kotamu aku justru pergi merantau karena ketidakadaan biaya untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi. Tetapi ketika di kampung, tiba-tiba saudaraku
yang katanya kebetulan satu sekolah denganmu di SMA memberikan kabar kalau kamu
masih menanyakan kabarku, dan dimana keberadaanku. Ketika mendengarnya, entah
bagaimana lagi perasaanku. Tetapi waktu itu aku tidak dapat berbuat apa-apa
apalagi bermaksud untuk menemuimu. Keadaanku tidak mengijinkanku. Aku hanya
memberikan salam kepadanya untuk di sampaikan kepadamu. Dan itulah bentuk
komunikasi kita, setelah itu aku tidak pernah lagi mendengar kabarmu.
Dapat Nomor Kontakmu
Tahun 2005 awal, tiga tahun
setelah tamat SMA, aku berangkat ke Medan dan berencana untuk kuliah setelah
berjuang meminta kesediaan orang tua menyekolahkanku. Setahun, tepatnya di
akhir 2005 aku pulang kampung. Di sana, aku menyempatkan diri untuk singgah ke
kotamu. Tanpa sengaja kami berkumpul bersama-sama dengan beberapa teman-teman
ketika SMA dulu. Salah satu di antaranya adalah termasuk saudaramu. Di
tengah-tengah obrolan itu aku memberanikan diri untuk menanyakan kabarmu dan
menanyakan kontakmu. Dan dia memberikannya. Betapa senang dan bercampur
sedihnya perasaanku. Karena kamu ternyata sudah tidak di kotamu karena kuliah
di kota yang sangat jauh. Pikiranku, mungkin kamu sudah memiliki pacar di
Kampusmu.
Tetapi ketika aku kembali ke
kampung aku coba melakukan crosscheck untuk memastikan apakah nomormu bisa
dihubungi atau tidak. Ternyata benar bahwa kita bisa berkomunikasi. Hingga
bebarapa saat saat menikmati suasana Tahun Baru di kampung, kita terus
berkomunikasi. Tetapi tidak lama setelah itu, aku tidak tahu tiba-tiba kamu
menelponku dan memintaku untuk tidak menghubungimu lagi. Sampai sekarang aku
tidak tau alasannya. Dan kamupun mengganti nomor kontakmu.
Kamu Menghubungiku
Tahun 2007 awal, waktu itu aku
sedang belajar di asrama karena aku memang tinggal di asrama. Tiba-tiba ada
panggilan masuk ke Hpku. Kuangkat dan kutanyakan dari siapa, ternyata itu
suaramu. Suara yang masih jelas kuingat. Kamu menanyakan kabarku. Hatiku
kembali berbunga-bunga. Entah apa-apa yang kita bicarakan sesudah itu. Dan kau
berjanji untuk tidak mengganti nomor kontakmu. Dalam komunikasi itu aku
menanyakan tentang bagaimana status kita. Dan kamu bilang bahwa tidak ada yang
lain di hidupmu. Kita resmi Pacaran lagi walau hanya melalui Hp. Tetapi
anehnya, beberapa lama setelah itu, nomormu tidak bisa lagi dihubungi.
Aku Pacaran dengan yang Lain
Tahun 2007 pertengahan, aku
memutuskan untuk pindah kampus karena alasan yang tidak bisa kuterima di kampus
yang pertama. Di kampus baru, tepatnya bulan November [Empat bulan setelah aku
berada di kampusku]aku pacaran dengan seorang wanita. Aku menjalaninya karena
tidak pernah lagi berhubungan denganmu. Hari-hariku kulalui bersamanya. Tetapi
di tahun 2008, kamu menghubungiku lagi. Di sini aku bingung, tetapi kuakui
perasaanku juga senang. Betapa tidak, kamu tidak mungkin begitu saja lupa dari
ingatanku. Tetapi aku tidak menceritakan apakah aku sudah pacaran atau tidak.
Justru aku berbohong, karena di suatu sisi, aku tidak mungkin begitu saja
memutuskannya. Di sisi lain aku masih sayang samamu. Pikiranku selalu diliputi
kebingungan. Aku hanya menjaga semua perasaan yang sedang bersamaku ketika itu.
Tetapi kebohongan, tetap saja kebohongan. Pada Akhir 2008 aku pulang kampung.
Dan kamupun ada di kotamu karena suasana liburnya bersamaan dengan liburanku.
Kita berjanji untuk bertemu.
Aku harus Melakukan Apa?
Malam itu aku datang untuk
menemuimu. Saat pertama kali aku betemu denganmu setelah 6 Tahun berlalu sejak
tahun 2002. Awalnya suasananya indah. Apalagi ketika berhadapan dengan orang
tuamu. Aku mengajakmu dari mereka untuk berjalan bersamaku menikmati malam. Dan
benar saja, kita menikmatinya walau sesaat sampai akhirnya kamu meninggalkan
kotamu dan pergi untuk kuliah lagi. Setelah kita masing-masing ada di tempat
kita kuliah, dan setelah melewati kenangan malam itu, pacarku tiba-tiba
menghubungimu dan menceritakan bagaimana hubungan kami. Saya mengerti betapa
terkejutnya kamu mendengarkan penuturan itu. Karena baru saja kita melewati
pertemuan yang begitu indah tiba-tiba kamu mendengar bahwa aku sudah pacaran.
Aku diam tidak bisa berkata apa-apa. Yang ada dipikiranku hanya pasrah. Pasrah
ditinggalkan keduanya. Dan benar kamipun sempat putus setelah itu. Sedangkan
kamu sudah tidak bisa lagi dihubungi.
Ceritanya Berlanjut di Tahun 2009
Lama setelah peristiwa itu, kita
bisa berkomunikasi lagi. Entah bagaimana kejadiannya aku lupa. Namun yang
jelas, kita hanya ngobrol dengan keadaan masing-masing. Tetapi perasaan yang
ada tidak bisa dibohongi. Kamu ngotot dan berkata biarkan saja aku dengan
keadaanku. Memang waktu itu hubungan aku dengan pacarku tidak berjalan mulus.
Putus – nyambung dan putus serta nyambung lagi. Bahkan aku sempat lagi pacaran
dengan yang lain. Hubungan itu berlanjut hingga tahun 2010. Tetapi suasananya
sudah tidak seperti dulu lagi. Hubungan kita entah apa lagi namanya. Sejak
tahun 2011 sampai awal tahun ini, kita sudah tidak pernah lagi berkomunikasi.
Dan kaupun sudah pacaran dengan yang lain.
Aku Menikah
Tepatnya tanggal 22 di Bulan
Pebruari Tahun 2012 aku menikah. Pernikahanku dilaksanakan di kampung
halamanku. Ternyata berita itu sampai ke telingamu. Dan karenanya kamu
memutuskan persahabatan kita di jejaring sosial. Kamu memblokirku dari
kontakmu.
Cinta Pertama Tak Kunjung Lenyap
Suatu sore, tepatnya 2 bulan yang
lalu orang tuamu menghubungiku suatu saat dan menanyakan bagaimana kabarku. Kubilang
bahwa aku sudah punya anak. Lalu percakapan berlanjut tanpa ada masalah. Ketika
itu aku menanyakan kabarmu, dia bilang bahwa kamu ada bersamanya. Aku
memutuskan untuk bicara denganmu, serta meminta nomor kontakmu dan kamu
memberinya. Dua bulan ini kita sudah berkomunikasi. Mungkin sudah dengan
keadaan masing-masing. Tetapi aku masih merasakan sisa perasaan sebagaimana
yang pernah terjadi dulu. Mungkin tidak bisa lagi dipungkiri bahwa inilah hidup
kita saat ini. Yang harus diterima serta dijalani. Tetapi sekedar meyakinkamu,
aku hanya bilang bahwa “cinta pertama tak kunjung lenyap” itu benar adanya.
Kamu ada dan sampai kapanpun selalu ada dihatiku. Terlepas dari aku yang salah,
namun kamu tetap menjadi salah satu bagian yang terbaik dalam hidupku. Kini
hari-hari kita entah seperti apa rasanya. Saat bicara denganmu entah apa yang
ada dipikiranmu atau sebaliknya. Bagiku, entah ini salah atau tidak, suasana
ini seolah-olah mengembalikan kita kepada suasana malam itu. Entahlah! Ini
hanya ceritaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar