BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kerjasama merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
organisasi. Dikatakan penting karena kerjasama merupakan salah satu indikator penentu tercapai atau
tidaknya tujuan sebuah organisasi itu.[1] Organisasi diartikan secara umum
merupakan sekumpulan individu atau kelompok yang mempunyai tujuan yang sama
serta mempunyai sistem di dalammnya guna mempermudah
pencapaian tujuan yang telah ditargetkan.
Sedangkan kerjasama pada hakikatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih
yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama.[2]
Dalam pengertian itu terkandung
tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerjasama, yaitu unsur dua fihak atau
lebih, unsur interaksi atau unsure tujuan bersama. Jika suatu unsur tersebut tidak termuat dalam
suatu objek yang dikaji, dapat dianggap bahwa objek itu
tidak terdapat kerjasama. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam sebuah organisi yang mencapai
tujuan yang telah ditetapkan merupakan tanggung jawab setiap elemen yang
terlibat di dalamnya, Dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
suatu kerjasama antar elemen.
Sedangkan keaktifan dalam
kegiatan atau aktifitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun nonfisik. Aktifitas tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik
semata, tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik sperti mental,
intelektual dan emosional.[3]
Dengan demikian juga halnya dalam sebuah organisasi perilaku dan
keterlibatan semua elemen dapat menunjukkan aktif atau tidak aktifnya semua elemen oraganisasi. Dalam gereja, keaktifan jemaat
dalam mengikuti ibadah merupakan salah satu indikasi jemaat yang bertumbuh.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh James W. Knox bahwa gereja Tuhan (Wahyu Pasal 2-3)yang sempat memperoleh pujian dari Allah karena
jemaat terlibat aktif untuk beribadah dan melakukan kehendak Tuhan.[4] Gereja adalam kosa katannya
didefenisikan sebagai sebuah lembaga Ilahi yang didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus yang dibangun atas dasar Yesus Kristus.
Kata gereja berasal dari istilah Portugis, Igreja dan diambil dari kata Yunani ekleseia yang berarti orang-orang yang dipanggil keluar dari
sekumpulan orang istimewa[5] Dan juga didefenisikan sebagai badan organisasi umat
Kristen yang sama kepercayaan ajaran dan tata cara ibadahnnya.[6] Artinya gereja merupakan sebuah
institusi sosial yang sekaligus merupakan sebuah organisasi.
Sehubungan dengan penjelasan ini,
maka gereja juga diartikan sebagai sebuah organisasi yang terstruktur, terdiri dari beberapa elemen
organisasi yang mempunyai tujuan. Pada dasarnya tujuan gereja adalah
menyampaikan kabar baik kepada seluruh dunia (Matius 28:19-20). Selain gereja
juga bertujuan untuk menagajarkan firman Allah, menyediakan tempat bagi orang percaya untuk bersekutu,
menjalankan Perjamuan Kudus, dan berdoa (Kisah Para Rasul 2:42). Artinya tujuan kehadiran gereja adalah
untuk menjadikan semua orang memuliakan
atau berbakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintahNya dan
menjauhi larangan-Nya.[7] Sedangkan dalam perjanjian lama “
Ibadah “merupakan terjemahan dari istilah Ibrani, yaitu צר׳ךה- ‘Avodah atau Abodah (kata serumpun dengan bahasa Arab
yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia ibadah).
Dari sudut bahasa: Abodah berasal
darai kata dasar צבד- “Abad mengabdi”.[8] Dari sudut makna isisnya maksud kata ‘Abodah’ dalam hukum Taurat dan kitab para nabi,
adalah penyembahan didalam bait Allah yang merupakan titik pusat ibadah dalam
arti umum, yaitu ketaatan dalam perintah Tuhan dan pengabdian kepada-Nya (Kel 12:25). Sedangkan dalam
Perjanjian Baru, disebut dalam istilah Yunani logike latreia. Kata λατρεια - latariea berarti pengabdian.[9] Kedua kata ini ditujukan kepada
pelayan budak belian atau upahan dalam melakukanpekerjaan bagi majikannya.
Dalam rangka menjalankan pelayanan ini, maka para budak harus dengan sikap hormat dan taat
yang ditujukan dalam posisi membungkuk atau tiarap (hasytakhawa-
bahasa Ibrani dan proskuneo-bahasa Yunani). Apabila hal ini ditujukan kepada Tuhan, maka akan lebih
ditujukan pada pengungkapan akan rasa hormat, takut yang dituangkan seluruhnya
dalam ketaatan dalam melakukan apapun yang diperintahkan oleh Allah yang dalam
terminology teologi disebut ibadah (ibadat).[10] Dengan demikian ibadah merupakan
sarana mengabdi kepada Allah yang telah memanggil setiap orang percaya keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib yang diwujud nyatakan adalam persekutuan
arang percaya dalam gereja.
Secara umum, orang Kristen yang
melakukan kegiatan ibadah di gereja pada setiap hari minggu. Hal ini diadopsi
oleh kebiasaan orang percaya pada jaman
para rasul. Orang Kristen pada abad pertama beribadah pada hari pertama dalam
minggu itu. Paulus mendapat Wahyu dari Allah beribadah bersama dengan para murid-murid
Yesus lainnya yang hari pertama. Untuk lebih jelasnnya dapat dilihat
dalam nats berikut: Pada hari pertama minggu itu ketika kami berkumpul untuk memecahkan roti, Paulus
berbicara …..”(Kisah Rasul 20:7). Disamping ia beribadah, dia jua memerintahkan
kepada orang Kristen di Galatia dan
Korintus agar mereka beribadah pada hari pertama dalam
minggu itu. “Pada hari pertama tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing
menyisihkan ….(1 Korintus 16:2). Selanjutnya bagaimana disaksikan oleh beberapa tokoh
yang penting dari abad-abad terdahulu mengenai ibadah jemaat Kristen
yang dilakukan pada hari Minggu yang terlihat dari keterangan
berikut:
Bukti dari “ Surat dan Plianus”
Philianus,seorang Gubernur Romawi
di propinsi Pontus dan Bitinia yang lahir pada tahun 62. Ia menulis surat
pada Kaisar Trayanus tentang kumpulan orang
Kristen. Sebagian isi suratnnya : “Mereka berkumpul untuk beribadah
kepada Kristus “sebagai Allah” setiap minggu suatu hari, pagi
dan sore. Pagi mereka mendengarkan Firman Allah dan menyanyi: sore mereka
mengdakan “Agave” (perjamuan kasih) dan perjamuan kudus.[11]
Buktidari Aplogetika Yustinus
Matir (100-165)
Kebiasaan Gereja Kristen yang
beribadah pada hari pertama atau hari Minggu terus berlangsung pada masa para
rasul sampai masa hidup Yustinus Martir (meninggal martir tahun 165). Ia
menulis hal tersebut dalam apologetika kepada Kaisar Romawi Antoni Pius.
Berikut sebagian isi apologetika dari Yustinus Martir
Dan pada hari mingu diadakan kumpulan semua orang yang diam di kota atau pedalaman, setiap kali
ditempat yang tetap;tempat itu akan diadakan pembacaan –pembacaan rasul-rasul
(injil-injil dan surat-surat)dan nabi-nabi(kitab-kitab PL)selama waktu menginjinkannya kemudian usai pembacannya, pemimpin kebaktian memeberikan
ajaran atau nasehat sehingga kami mengikuti segala hal yang indah ini. Maka
semua orang berdiri mengucapkan doa kami dan sebagaimana telah dikatakan di atas pemimpin kebaktian memepersembahkan doa dan
mengucap syukur sekuat-kuatnya dan jemaat mengakui dengan suara yang nyaring: Amin(Perjamuan Kudus).” Jadi hari
pertama minggu adalah adalah hari yang menurut kebiasaan, kami semua berkumpul
karena hari itulah hari pertama.[12]
Bukti dari surat Ignatius (Sekitar tahun 100 pada jemaat di Magnasia)
Dalam suratnya Ignatus mengambarkan
orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi sebagai orang yang telah memilki pengharapan yang baru, tidak lagi mengamati/memelihara
hari Sabat, tetapi hidup dengan memperhatikan hari Tuhan, dimana hidup kami
juga oleh-Nya dan kematian-Nya.[13] Sehingga
dari keterangan ini dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ritual kebaktian yang
merupakan pengabdian yang dilakukan oleh orang Kristen pada hari Minggu secara
turun temurun mulai dari jaman Para Rasul hingga saat ini. Oleh karena itu
ibadah merupakan hal yang mutlak yang dilakoni oleh jemaat Kristus sebagai
perwujudan kepercayaan kepada Tuhan sebagai pengikut Kritus.
Selanjutnya,
dalam 1 Timotius 4:8, Rasul Paulus mengingatkan kepada anaknnya, Timotius,
tentang pentingnya ibadah. Paulus. Paulus berkata bahwa selain merupakan bentuk
pengabdian dan ucapan syukur pada Allah, Ibadah mengandung janji tentang masa
yang akan datang. Paulus berpesan kepada Timotius sebagai pemimpin jemaat, agar
senentiasa mengingatkan dan memberi pengajaran kepada jemaat yang senentiasa
mengikuti ibadah. Dengan demikian penekanan kepada jemaat tentang perlunya
melakukan dan mengikuti ibadah yang merupakan tugas yang harus dilaksanakan
setiap pemimpin jemaat. Sehingga dengan keberadaan jemaat dalam mengikuti
ibadah turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan gereja. Sehubungan
dengan hal ini Peter Wagner menyatakan bahwa petumbuhan dan perkembangan
gereja, baik dari segi kuantitas maupun kualitas terdiri dari dua aspek:
Yang pertama adalah aspek ilahi, Allah mempunyai
tujuan di dunia, salah satu tujuan-Nya adalah keinginan supaya umat manusia
yang terpisah dari Allah oleh dosa dapt bersekutu kembali dengan Dia. Tuhan
menghendaki” supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang
berbalik (dari dosa ) dan bertobat”. Yesus berkata bahwa ia datang mencari dan
menyelamatkan yang hilang “(Lukkas 19:10). Yang kedua adalah aspek manusiawi,
Allah memilih untuk mengunakan manusia perantara. Pesan ahir yang diucapkan Yesus ketika berada di dunia ialah Amanat Agung, yaitu perintah untuk pergi memberitakan Injil (Matius 28;19-200. Yesus
menyatakan kepada murud-muridNya bahwa mereka akan menjadi
saksi-Nya di Yerusalem,Yudea, Samaria dan sampai ke ujung
bumi (Kisah Para Rasul 1:8).[14]
Dari pendapat diatas dicermati bahwa baik secara
aspek yang pertama maupun aspek yang kedua, dalam sebuah gereja diperlukan
sebuah usaha maupun
kerjasama antara semua pengurus gereja. Mulai dari
pemimpin Gereja atau gembala, hingga pada pelayanan yang ditetapkan untuk
mengurus gereja atau sering disebut istilah pengerja. Sejajar dengan pendapat
tersebut, Michael J. Antony menyatakan bahwa kerja sama gereja harus melibatkan
Pelayan gereja. Artinya kerjasama dalam gereja dimulai dari tanggapan pribadi
seorang pelayan Tuhan terhadap semua panggilan Tuhanatau satu jiwa untuk
menjadi kesempatan untuk menjadi rekan kerja Tuhan.[15]
Dengan demikian jelasah bahwa kerjasama di
gereja melibatkan pemimpin gereja dengan sesama pelayan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari proses pelayanan sebuah gereja. Begitu juga halnya
dengan sebuah Pos Pekabaran
Injil (PI), juga memerlukan kerjasama dan mengembangkan keberadaannya sebagai
bagian dari pertumbuhannya. Salah satunya adalah Pos PI GBI Medan Plaza.
Pos PI GBI Medan Plaza terletak di jalan Ngunban Surbakti Simpang Sempakata
Medan adalah merupakan pos perkabaran injil yang dilahirkan dngan sebuah
kerjasama gereja. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama yang terjadi pada
gereja Induk anatara pinpinan dengan hamba Tuhan yang terlibat dengan
pelayanan. Kerjasama tersebut terwujud dengan adannya. Berbagai departemen-departemen digereja
seperti: Departemen Pemuda dan Anak, Departemen Misi, Departemen Diakonia, dan
lain sebagainnya. Sebagai bagian dari Gereja yang berada dalam naungan Departemen
Misi, Pos PI juga menjalankan tugas dan tanggung jawabnnya sebagai gereja yang
mengalami kemandirian dari gereja Induk, hingga ahirnya diresmikan menjadi
gereja cabang. Oleh karena itu pelayanan pada semua warga gereja, kerjasama antar pelayan maupun pengerja yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas pertumbuhan pelayaan yang dihasiilkan.
Salah satunya adalah dengan menjadikan pelayanan yang ada didalamnya menjadi
tanggung jawab bersama.
Namun kenyataan, POS PI yang berdiri sejak
Thaun 2009mengalami perumbuhan jemaat yang berfluklutuasi. Jemaat yang dimaksudkan adalah orang yang percaya
dibabtis mendengar dan menerima pemberitaan firmn Tuhan dalam persekutuan orang
Kristen terdiri dari berbagai suku bangsa yang dipanggil dan dihimpun menjadi satu kuasa Firman dan Roh
Kudus. Kristus selalu mencari dan menghimpun semua orang yang
bercerai berai ….(Yoh11:52).[16]
Jemaat aktif mengikuti ibadah
tidak menetap. Kadang-kadang
banyak dan kadang-kadang sedikit. Setelah dilakukan observasi dengan menanyakan pendapat
beberapa jemaat, salah satu penyebab jermaat tidak tertarik untuk mengikuti
ibadah adalah kurangnya kerjasama antara pelayan gereja. Sebagai contoh, ketika
gembala sidang tidak memimpin
ibadah karena ada pelayan ditempat yang lain, maka jemaat melihat bahwa
keberadaan pengerja tidak mampu mengorganisir kegiatan ibadah. Kemudian, jika jemaat memberitahukan pergumulan kepada pengerja, tidak jarang
bahwa hal itu tidak mendapat respon dari Gembala Sidang kerena tidak diberitahukan
Pengerja. Oleh karena jemaat merasakan behwa keberadan gereja tidak lebih hanya
melaksanakan rutinitas ibadah saja.[17]
Akibatnya banyak diantara
jemat yang mengurungkan niatnya mengikuti ibadah, atau bahkan cenderung beribadah ditempat
lain.
Keadaaan di atas mengambarkan bahwa kerjasama juga dapat
memberikan dampak langsung dari kehidupan jemaat didalamnnya. Berdasarkan uraian
diatas terlihat bahwa kesenjangan antara harapan dengan kenyatan. Di satu sisi, gereja mengharapkan bahwa pertumbuhan gereja baik dari segi kualitas dan kuantitas
merupakan tujuan dari setiap gereja. Namun disi lain keadaan jemaat di Pos PI
GBI Medan Plaza menunjukkan bahwa dari segi kuantitas tidak seperti yang diharapkan. Selain
disebabkan oleh berbagai factor, keadaan diduga disebabkan
oleh factor kerja sama antara pemimpin gereja dengan para majelis. Atau dengan
kata lain antar gembala sidang dengan
pengerja. Oleh karena itu peneliti merasa bahwa keadaan ini merupakan hal yang
mendesak untuk dilakukan penelitian sehingga peneliti tertarik mengangkat persoalan
ini dengan sebuah judul penelitian: “Persepsi Jemaat Tentang Kerjasama Antar
Gembala Sidang Dengan Pengerja dan Hubungannnya Dengan Keaktifan Jemaat
Mengikuti Ibadah Minggu Di Pos PI GBI Sempakata Padang Bulan Tahun 2012’’.
[1]John R Schermenerhor Jr, Managemen
Terj. Parnawa, Ed ke 1 cet ke 3,(Yogyakarta:
Andi,200),halaman 9
[2] S. Pamuji, Kerjasama
Antara Daerah, (Jakarta:
Bina Aksara, 1985), halaman 12-13
[3] Depdikbud, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 2000), halaman 24-25
[4] James W.
Knox, The Book of Revelation(Florida: Deland BBC, 2008), halaman 50
[5] Ichwei G. Indra, Identitas
Babtis: Pengantar Kepada Doktrin & Teologi Babtis, (Semarang: Mikhael Ministry), halaman 175
[6] W.J.S.
Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: 1991), halaman 469
[7] Tim Penyusun
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), halaman 536
[8] Andar
Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), halaman
29-31
[9] Kevin J.
Corner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, Terj. Erna
M.K Letik. (Malang:Gandum Mas, 2004),halaman 61-62
[10] Kevin J.
Corner, Ibid,halaman 63
[11] G. Riamer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF,1995), halaman 23
[12] G Rimmer, Ibid, halaman 24
[13] G Rimmer, Ibid, halaman 25
[14] Peter
Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Strategi
Perkembangan Gereja, (Malang: Gandum
Mas, 1996), halaman23
[15] Michael J. Antony, Fundations of Ministri, (Illionis: Bridgepoint Book, 1992),halaman
350-353
[16] Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF,2005), halaman
332-334
[17] Paul Yonggi
Cho, Bukan Sekedar Jumlah-Terjemahan
(New York: Church Groth International, Tt), halaman 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar