Rabu, 04 Desember 2013

Persepsi Jemaat Tentang Kerjasama Antara Gembala Sidang Dengan Pengerja Dan Hubungannya Dengan Keaktifan Jemaat Mengikuti Ibadah Minggu di Pos PI GBI Sempakata Padang Bulan Medan Tahun 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kerjasama merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Dikatakan penting karena kerjasama merupakan salah satu indikator penentu tercapai atau tidaknya tujuan sebuah organisasi itu.[1] Organisasi diartikan secara umum merupakan sekumpulan individu atau kelompok yang mempunyai tujuan yang sama serta mempunyai sistem di dalammnya guna mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditargetkan. Sedangkan kerjasama pada hakikatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama.[2]
Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerjasama, yaitu unsur dua fihak atau lebih, unsur interaksi atau unsure tujuan bersama. Jika suatu unsur tersebut tidak termuat dalam suatu objek yang dikaji, dapat dianggap bahwa objek itu tidak terdapat kerjasama. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam sebuah organisi yang mencapai tujuan yang telah ditetapkan merupakan tanggung jawab setiap elemen yang terlibat di dalamnya, Dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu kerjasama antar elemen.
Sedangkan keaktifan dalam kegiatan atau aktifitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik. Aktifitas tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik sperti mental, intelektual dan emosional.[3]
Dengan demikian juga halnya dalam sebuah organisasi perilaku dan keterlibatan semua elemen dapat menunjukkan aktif atau tidak aktifnya semua elemen oraganisasi. Dalam gereja, keaktifan jemaat dalam mengikuti ibadah merupakan salah satu indikasi jemaat yang bertumbuh. Sebagaimana yang diungkapkan oleh James W. Knox bahwa gereja Tuhan  (Wahyu Pasal 2-3)yang sempat memperoleh pujian dari Allah karena jemaat terlibat aktif untuk beribadah dan melakukan kehendak Tuhan.[4] Gereja adalam kosa katannya didefenisikan sebagai sebuah lembaga Ilahi yang didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus yang dibangun atas dasar Yesus Kristus. Kata gereja berasal dari istilah Portugis, Igreja dan diambil dari kata Yunani  ekleseia yang berarti orang-orang yang dipanggil keluar dari sekumpulan orang  istimewa[5] Dan juga didefenisikan sebagai badan organisasi umat Kristen yang sama kepercayaan ajaran dan tata cara ibadahnnya.[6] Artinya gereja merupakan sebuah institusi sosial yang sekaligus merupakan sebuah organisasi.
Sehubungan dengan penjelasan ini, maka gereja juga diartikan sebagai sebuah organisasi yang terstruktur, terdiri dari beberapa elemen organisasi yang mempunyai tujuan. Pada dasarnya tujuan gereja adalah menyampaikan kabar baik kepada seluruh dunia (Matius 28:19-20). Selain gereja juga bertujuan untuk menagajarkan firman Allah, menyediakan tempat bagi orang percaya untuk bersekutu, menjalankan Perjamuan Kudus, dan berdoa (Kisah Para Rasul 2:42). Artinya tujuan kehadiran gereja adalah untuk menjadikan semua orang  memuliakan atau berbakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya.[7] Sedangkan dalam perjanjian lama “ Ibadah “merupakan terjemahan dari istilah Ibrani, yaitu צר׳ךה- ‘Avodah atau Abodah (kata serumpun dengan bahasa Arab yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia ibadah).
Dari sudut bahasa: Abodah berasal darai kata dasar צבד- “Abad mengabdi”.[8] Dari sudut makna isisnya maksud kata Abodah dalam hukum Taurat dan kitab para nabi, adalah penyembahan didalam bait Allah yang merupakan titik pusat ibadah dalam arti umum, yaitu ketaatan dalam perintah Tuhan dan pengabdian kepada-Nya (Kel 12:25). Sedangkan dalam Perjanjian Baru, disebut dalam istilah Yunani logike latreia. Kata λατρεια - latariea berarti pengabdian.[9] Kedua kata ini ditujukan kepada pelayan budak belian atau upahan dalam melakukanpekerjaan bagi majikannya. Dalam rangka menjalankan pelayanan ini, maka para budak harus dengan sikap hormat dan taat yang ditujukan dalam posisi membungkuk atau tiarap (hasytakhawa- bahasa Ibrani dan proskuneo-bahasa Yunani). Apabila hal ini ditujukan kepada Tuhan, maka akan lebih ditujukan pada pengungkapan akan rasa hormat, takut yang dituangkan seluruhnya dalam ketaatan dalam melakukan apapun yang diperintahkan oleh Allah yang dalam terminology teologi disebut ibadah (ibadat).[10] Dengan demikian ibadah merupakan sarana mengabdi kepada Allah yang telah memanggil setiap orang  percaya keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib yang diwujud nyatakan adalam persekutuan arang percaya dalam gereja.
Secara umum, orang Kristen yang melakukan kegiatan ibadah di gereja pada setiap hari minggu. Hal ini diadopsi oleh kebiasaan orang  percaya pada jaman para rasul. Orang Kristen pada abad pertama beribadah pada hari pertama dalam minggu itu. Paulus mendapat Wahyu dari Allah beribadah bersama dengan para murid-murid Yesus lainnya yang hari pertama. Untuk lebih jelasnnya dapat dilihat dalam nats berikut: Pada hari pertama minggu itu ketika kami  berkumpul untuk memecahkan roti, Paulus berbicara …..”(Kisah Rasul 20:7). Disamping ia beribadah, dia jua memerintahkan kepada orang  Kristen di Galatia dan Korintus agar mereka beribadah pada hari pertama dalam minggu itu. “Pada hari pertama tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing menyisihkan ….(1 Korintus 16:2). Selanjutnya bagaimana disaksikan oleh beberapa tokoh yang penting dari abad-abad terdahulu mengenai ibadah jemaat Kristen yang dilakukan pada hari Minggu yang terlihat dari keterangan berikut:

Bukti dari “ Surat dan Plianus”
Philianus,seorang Gubernur Romawi di propinsi Pontus dan Bitinia yang lahir pada tahun 62. Ia menulis surat pada Kaisar Trayanus tentang kumpulan orang  Kristen. Sebagian isi suratnnya : “Mereka berkumpul untuk beribadah kepada Kristussebagai Allah” setiap minggu suatu hari, pagi dan sore. Pagi mereka mendengarkan Firman Allah dan menyanyi: sore mereka mengdakan “Agave” (perjamuan kasih) dan perjamuan kudus.[11]

Buktidari Aplogetika Yustinus Matir (100-165)
Kebiasaan Gereja Kristen yang beribadah pada hari pertama atau hari Minggu terus berlangsung pada masa para rasul sampai masa hidup Yustinus Martir (meninggal martir tahun 165). Ia menulis hal tersebut dalam apologetika kepada Kaisar Romawi Antoni Pius. Berikut sebagian isi apologetika dari Yustinus Martir
Dan pada hari mingu diadakan kumpulan semua orang  yang diam di kota atau pedalaman, setiap kali ditempat yang tetap;tempat itu akan diadakan pembacaan –pembacaan rasul-rasul (injil-injil dan surat-surat)dan nabi-nabi(kitab-kitab PL)selama waktu menginjinkannya kemudian usai pembacannya, pemimpin kebaktian memeberikan ajaran atau nasehat sehingga kami mengikuti segala hal yang indah ini. Maka semua orang berdiri mengucapkan doa kami dan sebagaimana telah dikatakan di atas pemimpin kebaktian memepersembahkan doa dan mengucap syukur sekuat-kuatnya dan jemaat mengakui dengan suara yang nyaring: Amin(Perjamuan Kudus).” Jadi hari pertama minggu adalah adalah hari yang menurut kebiasaan, kami semua berkumpul karena hari itulah hari pertama.[12]

Bukti dari surat Ignatius (Sekitar tahun 100 pada jemaat di Magnasia)
Dalam suratnya Ignatus mengambarkan orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi sebagai orang  yang telah memilki pengharapan yang baru, tidak lagi mengamati/memelihara hari Sabat, tetapi hidup dengan memperhatikan hari Tuhan, dimana hidup kami juga oleh-Nya dan kematian-Nya.[13] Sehingga dari keterangan ini dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ritual kebaktian yang merupakan pengabdian yang dilakukan oleh orang Kristen pada hari Minggu secara turun temurun mulai dari jaman Para Rasul hingga saat ini. Oleh karena itu ibadah merupakan hal yang mutlak yang dilakoni oleh jemaat Kristus sebagai perwujudan kepercayaan kepada Tuhan sebagai pengikut Kritus.
Selanjutnya, dalam 1 Timotius 4:8, Rasul Paulus mengingatkan kepada anaknnya, Timotius, tentang pentingnya ibadah. Paulus. Paulus berkata bahwa selain merupakan bentuk pengabdian dan ucapan syukur pada Allah, Ibadah mengandung janji tentang masa yang akan datang. Paulus berpesan kepada Timotius sebagai pemimpin jemaat, agar senentiasa mengingatkan dan memberi pengajaran kepada jemaat yang senentiasa mengikuti ibadah. Dengan demikian penekanan kepada jemaat tentang perlunya melakukan dan mengikuti ibadah yang merupakan tugas yang harus dilaksanakan setiap pemimpin jemaat. Sehingga dengan keberadaan jemaat dalam mengikuti ibadah turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan gereja. Sehubungan dengan hal ini Peter Wagner menyatakan bahwa petumbuhan dan perkembangan gereja, baik dari segi kuantitas maupun kualitas terdiri dari dua aspek:
Yang pertama adalah aspek ilahi, Allah mempunyai tujuan di dunia, salah satu tujuan-Nya adalah keinginan supaya umat manusia yang terpisah dari Allah oleh dosa dapt bersekutu kembali dengan Dia. Tuhan menghendaki” supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik (dari dosa ) dan bertobat”. Yesus berkata bahwa ia datang mencari dan menyelamatkan yang hilang “(Lukkas 19:10). Yang kedua adalah aspek manusiawi, Allah memilih untuk mengunakan manusia perantara. Pesan ahir yang diucapkan Yesus ketika berada di dunia ialah Amanat  Agung, yaitu perintah untuk pergi memberitakan Injil (Matius 28;19-200. Yesus menyatakan kepada murud-muridNya bahwa mereka akan menjadi saksi-Nya di Yerusalem,Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8).[14]

Dari pendapat diatas dicermati bahwa baik secara aspek yang pertama maupun aspek yang kedua, dalam sebuah gereja diperlukan sebuah usaha maupun kerjasama antara semua pengurus gereja. Mulai dari pemimpin Gereja atau gembala, hingga pada pelayanan yang ditetapkan untuk mengurus gereja atau sering disebut istilah pengerja. Sejajar dengan pendapat tersebut, Michael J. Antony menyatakan bahwa kerja sama gereja harus melibatkan Pelayan gereja. Artinya kerjasama dalam gereja dimulai dari tanggapan pribadi seorang pelayan Tuhan terhadap semua panggilan Tuhanatau satu jiwa untuk menjadi kesempatan untuk menjadi rekan kerja Tuhan.[15]
Dengan demikian jelasah bahwa kerjasama di gereja melibatkan pemimpin gereja dengan sesama pelayan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pelayanan sebuah gereja. Begitu juga halnya dengan sebuah Pos Pekabaran Injil (PI), juga memerlukan kerjasama dan mengembangkan keberadaannya sebagai bagian dari pertumbuhannya. Salah satunya adalah Pos PI GBI Medan Plaza.
Pos PI GBI Medan Plaza terletak di jalan Ngunban Surbakti Simpang Sempakata Medan adalah merupakan pos perkabaran injil yang dilahirkan dngan sebuah kerjasama gereja. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama yang terjadi pada gereja Induk anatara pinpinan dengan hamba Tuhan yang terlibat dengan pelayanan. Kerjasama tersebut terwujud dengan adannya. Berbagai departemen-departemen digereja seperti: Departemen Pemuda dan Anak, Departemen Misi, Departemen Diakonia, dan lain sebagainnya. Sebagai bagian dari Gereja yang berada dalam naungan Departemen Misi, Pos PI juga menjalankan tugas dan tanggung jawabnnya sebagai gereja yang mengalami kemandirian dari gereja Induk, hingga ahirnya diresmikan menjadi gereja cabang. Oleh karena itu pelayanan pada semua warga gereja, kerjasama antar pelayan maupun pengerja yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas pertumbuhan pelayaan yang dihasiilkan. Salah satunya adalah dengan menjadikan pelayanan yang ada didalamnya menjadi tanggung jawab bersama.
Namun kenyataan, POS PI yang berdiri sejak Thaun 2009mengalami perumbuhan jemaat yang berfluklutuasi. Jemaat yang dimaksudkan adalah orang yang percaya dibabtis mendengar dan menerima pemberitaan firmn Tuhan dalam persekutuan orang Kristen terdiri dari berbagai suku bangsa yang dipanggil dan dihimpun menjadi satu kuasa Firman dan Roh Kudus. Kristus selalu mencari dan menghimpun semua orang  yang bercerai berai ….(Yoh11:52).[16] Jemaat aktif mengikuti ibadah tidak menetap. Kadang-kadang banyak dan kadang-kadang sedikit. Setelah dilakukan observasi dengan menanyakan pendapat beberapa jemaat, salah satu penyebab jermaat tidak tertarik untuk mengikuti ibadah adalah kurangnya kerjasama antara pelayan gereja. Sebagai contoh, ketika gembala sidang tidak memimpin ibadah karena ada pelayan ditempat yang lain, maka jemaat melihat bahwa keberadaan pengerja tidak mampu mengorganisir kegiatan ibadah. Kemudian, jika jemaat memberitahukan pergumulan kepada pengerja, tidak jarang bahwa hal itu tidak mendapat respon dari Gembala Sidang kerena tidak diberitahukan Pengerja. Oleh karena jemaat merasakan behwa keberadan gereja tidak lebih hanya melaksanakan rutinitas ibadah saja.[17] Akibatnya banyak diantara jemat yang mengurungkan niatnya mengikuti ibadah, atau bahkan cenderung beribadah ditempat lain.  
Keadaaan di atas mengambarkan bahwa kerjasama juga dapat memberikan dampak langsung dari kehidupan jemaat didalamnnya.  Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa kesenjangan antara harapan dengan kenyatan. Di satu sisi, gereja mengharapkan bahwa pertumbuhan gereja baik dari segi kualitas dan kuantitas merupakan tujuan dari setiap gereja. Namun disi lain keadaan jemaat di Pos PI GBI Medan Plaza menunjukkan bahwa dari segi kuantitas tidak seperti yang diharapkan. Selain disebabkan oleh berbagai factor, keadaan diduga disebabkan oleh factor kerja sama antara pemimpin gereja dengan para majelis. Atau dengan kata lain antar gembala sidang dengan pengerja. Oleh karena itu peneliti merasa bahwa keadaan ini merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan penelitian sehingga peneliti tertarik mengangkat persoalan ini dengan sebuah judul penelitian: Persepsi Jemaat Tentang Kerjasama Antar Gembala Sidang Dengan Pengerja dan Hubungannnya Dengan Keaktifan Jemaat Mengikuti Ibadah Minggu Di Pos PI GBI Sempakata Padang Bulan Tahun 2012’’.



[1]John R Schermenerhor Jr, Managemen Terj. Parnawa, Ed ke 1 cet ke 3,(Yogyakarta: Andi,200),halaman 9
[2] S. Pamuji, Kerjasama Antara Daerah, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), halaman 12-13
[3] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2000), halaman 24-25
[4] James W. Knox, The Book of Revelation(Florida: Deland BBC, 2008), halaman 50
[5] Ichwei G. Indra, Identitas Babtis: Pengantar Kepada Doktrin & Teologi Babtis, (Semarang: Mikhael Ministry), halaman 175
[6] W.J.S. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: 1991), halaman 469
[7] Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan  Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), halaman 536
[8] Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), halaman 29-31
[9] Kevin J. Corner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, Terj. Erna M.K Letik. (Malang:Gandum Mas, 2004),halaman 61-62
[10] Kevin J. Corner, Ibid,halaman 63
[11] G. Riamer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1995), halaman 23
[12] G Rimmer, Ibid, halaman 24
[13] G Rimmer, Ibid, halaman 25
[14] Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Strategi Perkembangan  Gereja, (Malang: Gandum Mas, 1996), halaman23
[15] Michael  J. Antony, Fundations of Ministri, (Illionis: Bridgepoint Book, 1992),halaman 350-353
[16] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF,2005), halaman 332-334
[17] Paul Yonggi Cho, Bukan Sekedar Jumlah-Terjemahan (New York: Church Groth International, Tt), halaman 14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar