Kata "Bible" dalam bahasa Inggris
berasal dari kata Yunani Biblos, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
menjadi Alkitab. Alkitab bukan sebuah
kitab biasa, Alkitab adalah kitab Allah. Ada dua bagian dalam Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama berisi riwayat dan panggilan Allah kepada bangsa Yahudi, dan
nubuat tentang Mesias yang dijanjikan, yang akan datang sebagai Juruselamat
dunia. Perjanjian Baru berisi berita tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus
dan bagaimana manusia dapat memperoleh keselamatan itu. Itulah sebabnya bagian
itu disebut Perjanjian Baru. Alkitab sering disebut Firman Allah, yaitu
perkataan Allah kepada manusia. Bagaimana kita tahu bahwa apa yang ditulis
dalam Alkitab adalah perkataan Allah? Sebab Alkitab adalah pernyataan dari
Allah. Pernyataan itu diberikan oleh Allah kepada manusia dengan cara yang luar
biasa. Horne mengatakan, "Pernyataan yaitu Allah memperkenalkan diri-Nya
kepada manusia, atau menyatakan kehendak-Nya kepada manusia yang sebenarnya
tidak dapat mengetahui dengan akal budi atau pikirannya sendiri."
Dalam Alkitab Tuhan Allah memberikan pernyataan yang genap dan
sempurna kepada manusia. Ia membuktikan kebenaran pernyataan itu dengan mujizat
(Yohanes 3:2) dan nubuat yang digenapi (Yesaya 46:9,10*; Yohanes 14:29*).
Pernyataan itu adalah pernyataan tentang diri-Nya sendiri yang digenapi dalam
Yesus Kristus. Ia adalah penggenapan dari semua pernyataan Allah Bapa (lihat
Ibrani 1:2,3; 1Timotius 3:16*; Kolose 2:2,3; 2Korintus 4:6; Yohanes 1:1,18; 14:9;
Matius 11:27*). "Agama Kristen timbul sebab Allah menyatakan diri kepada
manusia di dalam diri Yesus, tetapi pengajaran tentang Kekristenan terdapat di
dalam Alkitab yang harus diterima dan dipercayai di dalam hati dan pikiran
orang yang percaya" (McPherson).
Pernyataan yang demikian itu perlu sebab suara hati manusia tidak
cukup kuat untuk membawa dia kepada Allah. Selain itu pernyataan yang
direncanakan itu penting supaya dapat dijadikan suatu ukuran yang benar, yang
tepat dan yang pasti. Sejak dahulu Rasul Paulus telah memberitahukan bahwa akan
datang guru-guru sesat di dalam jemaat-jemaat yang tidak memperdulikan
anggota-anggota jemaat-Nya, oleh sebab itulah perlunya penyataan Allah yang
direncanakan. Tetapi bagaimana merencanakan penyataan itu? Penyataan itu
diilhamkan Allah kepada manusia dan ditulis di dalam Alkitab
Alkitab
Diilhamkan Oleh Allah
Diilhamkan artinya, "si penulis Alkitab itu digerakkan dan
dipimpin oleh Allah sehingga ia dapat menuliskan kebenaran-kebenaran yang
mungkin si penulis itu sudah mengetahuinya lebih dahulu, tetapi mungkin juga ia
belum mengetahuinya" (Pardington). "Bila dikatakan Alkitab diilhamkan
oleh Allah itu berarti Tuhan Allah menggerakkan serta memimpin pikiran
orang-orang yang menulis Alkitab itu, dengan demikian Alkitab itu adalah suatu
undang-undang yang tidak mungkin salah dan wajib dipercayai serta ditaati"
(Strong). "Diilhamkan artinya: Roh Kudus telah memimpin dan menggerakkan
hati para penulis Alkitab sehingga apa yang ditulis oleh mereka itu merupakan
penyataan dari kehendak Allah dan merupakan Firman Allah" (Wiley).
Diilhamkan artinya, "Roh Kudus bekerja di dalam akal budi orang-orang yang
menulis Alkitab itu sehingga pikiran mereka dibukakan dan mereka dapat
menuliskan kebenaran-kebenaran Allah dengan tepat" (Hannah). Perkataan
"diilhamkan oleh Allah" dalam bahasa Yunani berarti "dinafaskan
oleh Allah". (Lihat 2Timotius 3:16; 2Petrus 1:21*). Terjemahan Dr.
Shellabear dari 2Timotius 3:16* adalah sebagai berikut: "Adapun segenap
kitab (Alkitab) yang diilhamkan Allah yaitu berguna bagi pelajaran dan teguran,
dan membetulkan kelakuan orang dan mengajar dia dari hal kebenaran.
"Terjemahan Dr. Bode adalah sebagai berikut: "Adapun tiap-tiap kitab
yang diwahyukan Allah, berfaedah bagi pelajaran, bagi hal menyatakan yang
salah, bagi hal memperbaiki yang rusak dan bagi hal mengajarkan jalan yang
benar. "Kedua terjemahan itu tidak tepat sekali dengan bahasa aslinya,
yaitu bahasa Yunani. Bila keduanya diselidiki benar-benar, akan jelas sekali
perbedaannya dengan terjemahan yang sebenarnya. Dahulu dalam bahasa Inggrispun
ayat itu kurang tepat penterjemahannya. Kemudian, setelah dikeluarkan
terjemahan yang diperbaharui dari Amerika, maka ayat itu dibetulkan
penterjemahannya. Terjemahan yang tepat dengan bahasa aslinya menyatakan bahwa
segenap Alkitab diilhamkan oleh Allah.
Dalam terjemahan Perjanjian Baru yang berjudul "Injil,"
diterbitkan oleh percetakan Arnoldus, Ende, Flores-Cetakan IV, 1971-2Timotius
3:16* diterjemahkan dengan tepat sebagai berikut: "Segala yang tertulis
dalam buku-buku kudus diilhamkan oleh Allah dan berguna untuk mengajar,
meyakinkan para penentang, memberi nasihat-nasihat dan mendidik orang dalam
kebenaran. "Baca juga 2Timotius 3:16* dari BIS. Dalam terjemahan yang
mengatakan "yang diilhamkan" seakan-akan menimbulkan pemikiran bahwa
ada sebagian dari Alkitab yang tidak diilhamkan oleh Allah dan ada sebagian
yang diilhamkan oleh Allah. Ada sebagian pengajaran yang berfaedah dan ada
sebagian pengajaran yang tidak berfaedah. Sesungguhnya bukan demikian yang
dimaksud Rasul Paulus. "Orang-orang sesat dalam jemaat akan senang apabila
kita membaca terjemahan yang kurang tepat itu supaya di dalam pikiran kita
timbul pertanyaan-pertanyaan untuk menyelidiki dan menentukan mana yang
diilhamkan dan mana yang tidak. Dan dengan demikian seorang akan berkata bahwa
ayat itu tidak berfaedah bagi saya dan orang lain berkata bahwa ayat yang lain
lagi yang tidak berfaedah baginya, sehingga akhirnya segenap Alkitab itu
sia-sia sebab tidak ada yang berfaedah" (Evans). Bukan kita yang
menghakimi Alkitab, tetapi Alkitablah yang harus menghakimi kita.
Terjemahan yang sesuai dengan aslinya itu disahkan dan diakui oleh
Bishop Moberly, Bishop Wordsworth, Bishop Trench, Dean Burgon, Dr. Tregelles,
dan banyak para ahli bahasa Yunani yang lain. Jadi, pernyataan bahwa segenap
Alkitab itu diilhamkan oleh Allah merupakan satu hal yang pasti dan tidak perlu
diragukan lagi oleh manusia. Kita harus yakin seperti yang dikatakan oleh Rasul
Petrus, "Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia,
tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah"
(2Petrus 1:21*). Kita percaya bahwa para penulis Alkitab itu perkataannya
benar, Tuhan menjaga apa yang ditulis oleh mereka itu dari kesalahan, dan
perkataan-perkataan mereka itu asalnya dari Allah. Meskipun sifat para penulis
itu berlainan dan berbeda pula cara penulisan mereka, namun kita tahu bahwa
mereka itu digerakkan dan dipimpin oleh Roh Kudus sehingga perkataan-perkataan
mereka telah menjadi Firman Allah.
PERJANJIAN LAMA DAN PENULISNYA MENYATAKAN BAHWA ALKITAB DIILHAMI
DAN DIWAHYUKAN ALLAH
Dalam ayat-ayat berikut terdapat pernyataan dari Perjanjian Lama
bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah: Ulangan 34:10; Keluaran 4:10-17*; Bilangan
17:2,3; Ulangan 4:2; 6:1; 29:1; Yosua 1:1-8; 2Samuel 23:2*; Amsal 30:5,6;
Yesaya 5:24; 8:1; Yeremia 1:7-9; 7:27; 13:12; 30:1,2*; Yeremia 36:1-11,27-32;
Yehezkiel 2:7; 3:10,11; 24:2; Daniel 12:8,9*; Mikha 3:8; Habakuk 2:2; Zakharia
7:8-12*.
Perkataan, "Allah berfirman" atau "Firman
Allah" atau kata-kata lain yang menyatakan bahwa Allah berbicara
disebutkan 3808 kali di dalam Perjanjian Lama. Kata-kata itu ditulis untuk
menunjukkan bahwa benar-benar Allah yang berfirman dan banyak juga bukti yang
lain bahwa perkataan mereka sungguh-sungguh Firman Allah.
Perkataan Tuhan
Yesus tentang Perjanjian Lama
Tuhan Yesus mengakui dan mengesahkan bahwa Perjanjian Lama adalah
Firman Allah dan berasal dari Allah. Perkataan Tuhan Yesus itu telah menjadi
bukti yang cukup bagi kita. Tuhan Yesus mengakui Perjanjian Lama dalam
ayat-ayat berikut: Matius 5:18; Lukas 24:27,44*; Matius 12:39,40; Lukas 11:29;
Matius 8:17; Lukas 4:17,18* dll.
Kesaksian Para
Rasul
Rasul-rasul Tuhan Yesus mengakui dan mengesahkan Perjanjian Lama
dalam ayat-ayat berikut: Kisah 1:16; 2Timotius 3:15-17; Roma 16:26*; Ibrani
10:16,17; 2Petrus 3:2; Wahyu 22:6*.
PERJANJIAN BARU
DAN PENULISNYA MENYATAKAN BAHWA ALKITAB DIILHAMI DAN DIWAHYUKAN ALLAH
Para penulis Perjanjian Baru juga mengakui bahwa apa yang mereka
tulis itu diilhami oleh Allah. Hal itu dapat kita lihat dalam ayat-ayat:
2Petrus 1:20,21; 1Petrus 1:10,11; Kisah 1:16; 28:25; 1Korintus 2:13*; 1Korintus
14:37; 1Tesalonika 2:13; 2Petrus 3:1,2; Matius 10:20*; Lukas 12:12; 21:14,15;
Kisah 2:4*. Dari ayat-ayat itu mereka mengakui dan percaya bahwa
perkataan-perkataan mereka itu diilhamkan oleh Allah dan akal budi mereka
dipimpin oleh Roh Kudus.
Bukti dari Alkitab Sendiri dan bukti lain.
Bukti lain: ada buktinya bahwa segenap Perjanjian Baru diakui sah
oleh seluruh jemaat sejak sebelum tahun 200 S.M. Bagi kita yang sungguh-sungguh
percaya dan mentaati Alkitab, ada bukti yang tidak dapat disangkal yaitu kita
telah mendapat hidup kekal dan keselamatan bagi jiwa kita. Alkitab dapat
memberikan kepada kita keselamatan jiwa dan pengampunan dosa. Ini adalah bukti
di dalam batin kita dan tidak dapat disangkal oleh manusia. Dan bukti yang
terbesar ialah bahwa Tuhan Yesus Kristus dinyatakan dalam Alkitab. Ketika Tuhan
Yesus akan meninggalkan dunia ini Ia berkata, "Masih banyak hal yang harus
Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi
apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi
segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan
memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab
Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku" (Yohanes
16:12-14*). Di dalam kata-kata-Nya itu Ia berjanji akan memberitahukan
kebenaran-kebenaran yang lain kepada rasul-rasul-Nya yang kemudian ditulis oleh
mereka menjadi kitab-kitab di dalam Perjanjian Baru.
KEKANONAN DI
DALAM ALKITAB
Kita telah membahas bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah melalui
pekerjaan Roh Kudus di dalam hati dan pikiran penulisnya. Tetapi kita patut
mengetahui bagaimana kitab-kitab itu dapat dimasukkan menjadi bagian-bagian
dari Alkitab. Dalam bahasa Yunani dan Inggris hal ini disebut
"kanon". Arti sebenarnya dari kata "kanon" ialah "kayu
ukuran," yang mengukur kehidupan dan asas atau undang-undang kepercayaan.
Mula-mula kata "kanon" artinya daftar yaitu daftar kitab- kitab yang
disahkan oleh jemaat yang mula-mula. Kanon sebuah kitab artinya hak kitab-kitab
itu untuk dimasukkan di dalam Alkitab.
Diterima tidaknya sebuah kitab dimasukkan di dalam Alkitab
ditentukan oleh kesaksian jemaat yang mula-mula, bukan oleh karena kuasa jemaat
itu. Jemaat yang mula-mula tidak lebih berkuasa atau lebih mulia daripada
jemaat yang sekarang, akan tetapi kesaksian jemaat yang mula-mula lebih
autentik. "Jemaat yang mula-mula tidak menggunakan hak mereka untuk
menyelidiki isi Kitab Suci, tetapi jemaat yang mula-mula itu menyaksikan siapa
yang menulis kitab-kitab yang termasuk di dalam Kitab Suci itu" (Shedd).
"Kitab-kitab yang disahkan oleh jemaat yang mula-mula hanyalah kitab-kitab
yang ditulis oleh rasul-rasul atau disahkan oleh seorang rasul Yesus Kristus.
Oleh sebab itu Injil Markus dan Injil Lukas diterima dengan baik karena Injil
Markus disahkan oleh Rasul Petrus dan Injil Lukas disahkan oleh Paulus. Bila
masih diragukan siapa penulisnya, maka kekanonan itu dipakai disertai dengan
kesaksian jemaat yang memegang kitab tersebut" (Wiley).
Kita dapat membaca bahwa Yesus Kristus, Nabi yang terbesar, telah
mengesahkan segenap Perjanjian Lama di dalam Lukas 24:27,44* dan Yohanes 5:39*.
Yesus Kristus adalah KALAM/Firman Allah, dan Ia adalah Allah dan
manusia. Demikian juga Firman Allah itu adalah perkataan ilahi tetapi juga
perkataan dari manusia sebab ditulis oleh manusia. Bila kita membaca Alkitab,
kita akan merasakan "Keilahiannya" sebab alkitab itu diilhamkan Allah
dan merasakan "kemanusiaannya" sebab Alkitab itu ditulis oleh
manusia.
Kanon
Perjanjian Lama
Dahulu Perjanjian Lama dibagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Taurat;
2. Kitab Para Nabi; 3. Kitab Mazmur dan lain-lain. Asal mula Kekanonan
Perjanjian Lama masih belum dapat diketahui dengan pasti. Ada sedikit keterangan
mengenai hal itu di dalam Perjanjian Lama. Setelah Musa menulis Taurat, ia
memerintahkan agar menyimpan Taurat itu di samping tabut perjanjian Tuhan
(Ulangan 31:26*). Di dalam Taurat Musa itu dikatakan bahwa setiap raja bangsa
Israel diharuskan membaca dan mentaati kitab itu (Ulangan 13:18*). Yusak
mengadakan perjanjian dengan orang-orang Israel dan menuliskannya di dalam
Taurat (Yosua 24:26*). Samuel memberikan penjelasan bagaimana sepatutnya sikap
seorang raja kepada rakyatnya dan hal itu juga ditulis di dalam sebuah kitab
(1Samuel 10:25*). Pada waktu Yosafat menjadi raja, persembahan orang-orang
Yahudi disucikan dan iman-iman serta orang-orang Lewi mengajarkan Taurat Allah
kepada kaumnya (2Tawarikh 17:9*).
"Tahun yang penting yang berhubungan dengan kanon Perjanjian
Lama ialah 621 sebelum Masehi. Pada waktu itu Hilkia, imam besar, kebetulan
menemukan Kitab Taurat di dalam Kaabah pada waktu Yosia menjadi raja. Lihat
2Raja 22:8,10*. Lalu Raja Yosia memanggil orang banyak supaya mereka mendengar
dan belajar dari kitab itu (2Raja 23:1-3*). Mereka yakin bahwa itu adalah
Taurat Allah. Tahun yang penting berikutnya ialah kira-kira tahun 500-450 S.M.
Yaitu ketika Taurat dinyatakan dan diajarkan kepada orang-orang Israel. Masa
itu adalah masa Ezra dan Nehemia. Pada waktu itu Taurat Allah dibacakan kepada
orang-orang dan dibuat sebuah perjanjian oleh para pemimpin bangsa Israel
(Nehemia 8:1 dst). Kalau kita menyelidiki pasal Nehemia 8:1-10:39* maka akan
jelas bahwa Kitab Yosua disambung dengan Kitab Taurat. Dengan demikian kita
dapat mengatakan bahwa Taurat, atau bagian pertama dalam Perjanjian Lama
disahkan dan diteguhkan pada tahun 440 S.M. "(Wiley).
Bagian yang kedua dalam Perjanjian Lama ialah Kitab Nabi-Nabi. Di
antara kitab-kitab para nabi itu juga ada kitab yang berisi riwayat. Pada tahun
200 S.M. istilah "Kitab Nabi-Nabi" itu telah dikenal oleh umum, dan
kita dapat membuat kesimpulan bahwa tahun 200 S.M. adalah saat kekanonan Kitab
Nabi-Nabi.
Bagian yang ketiga ialah Kitab Mazmur dan Kitab yang lain-lain.
Kadang-kadang bagian ketiga itu disebut Kitab Mazmur, kadang-kadang disebut
juga "Kitab-Kitab Lain." Istilah itu biasa dipakai pada tahun 130
S.M. Dapat dikatakan bahwa kekanonan bagian ketiga ini disahkan dan diakui pada
tahun 100 S.M. "Sesudah orang-orang Israel kembali dari Babel menuju ke
Palestina dan menetapkan peraturan-peraturan untuk penyembahan kepada Allah,
pada waktu itu mereka mengumpulkan kitab-kitab yang mereka yakin kitab-kitab
itu diilhamkan Allah. Kitab-kitab itu sama dengan kitab-kitab yang dipakai
sebelum bangsa Israel ditawan di Babel, ditambah dengan kitab-kitab Zakharia,
Maleakhi, dan beberapa kitab nabi lain dan kitab-kitab yang berisi riwayat.
Kumpulan kitab-kitab itu diakui dan dianggap sempurna, tidak ditambahi dengan kitab-kitab
lain, dan kumpulan itu dinamakan Kitab Suci atau Kitab Taurat dan Nabi-Nabi,
atau Kitab Taurat dan Nabi-Nabi dan Mazmur" (Wakefield). Orang-orang
pandai bangsa Yahudi telah mengesahkan dan mengakui Perjanjian Lama yang kita
pakai sekarang ini. Yosephus, seorang Yahudi yang menulis riwayat tentang
bangsanya, mengakui Perjanjian Lama yang kita pakai sekarang ini demikian pula
Philo dan Alexandria. Sesudah kota Yerusalem hancur pada tahun 70 maka Yamnia
menjadi pusat pemerintahan dan agama Yahudi. Dalam tahun 90 orang-orang Yahudi
mengadakan perhimpunan (Majelis) besar untuk mengesahkan dan mengakui
Perjanjian Lama sebagaimana yang kita pakai sekarang. Sejak itu Perjanjian Lama
tidak dapat ditambah atau dikurangi isinya. Tuhan Yesus sendiri telah mengesahkan
Perjanjian Lama itu dan mengakuinya sama seperti Perjanjian Baru sebagai salah
satu bagian dalam Alkitab.
Kanon Perjanjian Baru
Kanon Perjanjian Baru juga tidak dapat dipastikan tahunnya karena
kekanonan itu terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Yang jelas adalah
kekanonan Perjanjian Baru berakhir pada tahun 397. Rupanya kekanonan yang
pertama ialah kekanonan dari daftar kitab-kitab yang sah yang dipakai oleh
beberapa jemaat yang mula-mula. 2Petrus 3:16* menunjukkan bahwa surat-surat
Rasul Paulus dikumpulkan dan disusun. Kemungkinan surat Paulus kepada jemaat di
Efesus adalah surat edaran yang dikirimkan kepada beberapa jemaat.
Jemaat-jemaat itu kemudian menyimpan surat-surat yang mereka terima itu lalu
surat-surat itu kemudian menjadi Perjanjian Baru. Di antara anggota-anggota
jemaat yang mula-mula itu ada beberapa orang yang telah membuat daftar kanon
dari kitab-kitab yang dianggap sah. Yang pertama dibuat oleh Origen pada tahun
210. Dalam daftarnya Kitab Yakobus dan Kitab Yudas tidak termasuk, akan tetapi
dalam pernyataannya yang lain ia mengesahkan kedua kitab itu. Kemudian pada
tahun 315 Eusebius mengemukakan daftar kanon yang dibuatnya.
Pada tahun 315 itu juga Athanasius sudah mengeluarkan daftar kanon
dari kitab-kitab Perjanjian Baru seperti yang kita miliki sekarang. Ada
daftar-daftar lain yang dikeluarkan oleh beberapa majelis jemaat.
Daftar kanon yang dibuat oleh Yerome (382), Ruffinua (390) dan
Agustine (394) adalah daftar yang sama dengan Perjanjian Baru yang kita miliki
sekarang. Dalam sidang Majelis besar yang diadakan di Carthago pada tahun 397,
Perjanjian Baru diakui dan disahkan. Demikian juga dalam sidang majelis besar
Trullan pada tahun 692. Dalam sidang-sidang itu mereka hanya mengesahkan apa
yang sudah lama diakui dan disahkan oleh jemaat-jemaat Tuhan. "Dengan
demikian jelas bahwa kekanonan Alkitab itu terjadi dalam jangka waktu yang
lama, tetapi pekerjaan itu merupakan hasil pimpinan Roh Kudus dalam
jemaat-jemaat. Pekerjaan itu bukan hanya mengumpulkan kitab-kitab yang benar,
tetapi juga menolak yang salah" (Bicknell).
Perlu diingat bahwa kanon Perjanjian Baru disahkan dan diakhiri
pada tahun 397.
Ada juga sebuah bukti lain yang mengemukakan bahwa Perjanjian Baru
sebagaimana yang sekarang ini telah diakui dan disahkan oleh jemaat sebelum
tahun 200.
Ada juga yang beranggapan bahwa kanon Perjanjian Lama dikumpulkan
oleh Ezra, setelah itu tidak ada penambahan kitab-kitab lagi dalam Perjanjian
Lama. Kekanonan Perjanjian Baru terjadi dalam jangka waktu yang agak lama, dan
dilaksanakan oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus di dalam jemaat. Kita yakin
bahwa Roh Kudus memimpin pekerjaan itu sehingga yang benar diterima dan yang
salah ditolak. Sebab ada beberapa kitab yang pada permulaannya lama sekali
diselidiki dan belum dapat diterima, tetapi akhirnya diakui kekanonannya, jadi
hal itu menyatakan bahwa kitab-kitab itu sangat penting bagi jemaat yang
mula-mula.
Apokripa
(Apocrypha): Kitab-kitab yang kekanonannya tidak diakui dalam Perjanjian Lama.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kanon Perjanjian Lama dianggap
sudah genap pada kira-kira tahun 100 S.M. Akan tetapi ada juga kitab-kitab
tulisan yang lain. Kitab-kitab itu sering dibaca akan tetapi tidak diakui
sebagai Alkitab oleh orang-orang Yahudi di Palestina. Dahulu orang-orang Yahudi
di Yunani dan Alexandria menganggap kitab-kitab itu hampir sama dengan Alkitab.
Kitab-kitab lain yang jumlahnya ada 14 itu disebut Apokripa.
Apokripa artinya "tersembunyi" atau "tertutup". Kitab-kitab
itu tidak pernah dianggap sah baik oleh Perhimpunan orang Yahudi maupun oleh
jemaat yang mula-mula. Jemaat yang mula-mula menerima kanon dari orang-orang
Yahudi yang di Palestina, bukan kanon dari orang-orang Yahudi di Alexandria.
Gereja Roma mengakui sah Apokripa itu dalam perhimpunan Trent pada tahun 1546.
Jemaat Protestan, sama seperti jemaat yang mula-mula, tetap menolak kitab-kitab
Apokripa itu dan tidak menganggapnya sebagai Alkitab. "Bukan manusia yang
menjadi hakim atas Alkitab tetapi Alkitablah yang menghakimi manusia"
(Pardington).
Yesus Kristus tidak pernah mengakui Apokripa. Dalam Perjanjian
Baru tidak ada kutipan-kutipan yang diambil dari kitab-kitab Apokripa itu.
Apokripa tidak diterima dalam kekanonan Perjanjian Lama.
Alkitab adalah
dasar kepercayaan kita.
Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, adalah dasar
kepercayaan orang Kristen. Perjanjian Baru menyatakan bahwa Perjanjian Baru itu
merupakan penggenapan dari Perjanjian Lama, hal itu dapat dilihat dalam Ibrani
1:2; Galatia 1:8,9; Wahyu 22:18*. Alkitab menjadi pedoman untuk kita dapat
menguji apakah suatu jemaat benar atau murtad kepada Allah.
Jemaat yang mempunyai asas kepercayaan dan perbuatan yang sesuai
dengan Alkitab adalah jemaat yang benar, tetapi jemaat yang asas kepercayaan
dan perbuatannya tidak sesuai dengan Alkitab, jemaat itu adalah jemaat yang
murtad. Hal ini dapat diketahui dari ayat-ayat: Ulangan 28:58,59*; Ulangan
32:46,47; Yosua 1:7,8; Yesaya 8:20; 34:16; Yohanes 5:39*; Lukas 16:29-31; Kisah
17:11; Yakobus 1:22-24*.
"Ada hubungan yang erat sekali antara Kristus dan Alkitab.
Keduanya disebut Perkataan Allah, dan keduanya adalah Perkataan Allah yang
Hidup (perkataan yang hidup daripada Allah). Yesus Kristus ialah Perkataan
Hidup yang tertulis. Siapa yang menolak Alkitab berarti ia menolak Kristus yang
telah mengaruniakan Alkitab, dan orang itu akan kena hukuman kelak. Lihat
Yohanes 1:1,14; 12:47,48; 1Tesalonika 2:13; Ibrani 4:12*; Roma 2:16*"
(Woods). "Alkitab merupakan cermin yang membayangkan Yesus Kristus, dan
memimpin orang kepada Yesus Kristus. Setiap orang menyelidiki Alkitab pasti
akan dipimpin oleh Roh Kudus kepada kebenaran yang ada di dalam Yesus
Kristus" (Strong).
Alkitab penting
sekali untuk kita.
Dalam Mazmur 19:8* kita membaca: "Taurat Tuhan itu sempurna,
menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang
yang tak berpengalaman. "Dalam ayat itu dinyatakan bahwa Alkitab itu
sempurna, menyegarkan jiwa bagi orang yang mempercayainya, teguh dan memberikan
hikmat kepada orang yang tak berpengalaman (bodoh). Seluruh Mazmur 119:1-176*
menyatakan pentingnya Alkitab. Demikian juga Lukas 11:28* mengatakan,
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Alkitab itu penting sebab hanya di dalam Alkitab orang dapat
mengetahui tentang keselamatan jiwanya. Alkitab adalah pemimpin yang sempurna
disertai dengan pertolongan Roh Kudus. Roh Kudus membuka pikiran kita dan
menjelaskan isi Alkitab kepada kita supaya kita menerima kebenaran itu (Lukas
24:32, 45; Kisah 16:14*). Alkitab dapat menjawab segala persoalan kita.
"Bagaimana sejak kecil engkau mengenal buku-buku kudus, sumber
kebijaksanaan untuk memperoleh keselamatan, berdasarkan kepercayaan akan
Kristus. Segala yang tertulis dalam buku-buku kudus diilhamkan oleh Allah dan
berguna untuk mengajar, meyakinkan para penentang, memberi nasihat-nasihat dan
mendidik orang dalam kebenaran, sampai setiap petugas Allah sungguh-sungguh
sanggup dan beralat lengkap, untuk melaksanakan segala pekerjaan yang baik."
(2Timotius 3:15-17*, terjemahan dalam "Injil" yang diterbitkan oleh
Percetakan Arnoldus, Ende, Flores).
Hubungan
Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru
Persoalan yang pertama-tama timbul dalam jemaat yang mula-mula
ialah apakah hubungan antara Taurat dengan jemaat Yesus Kristus. Kebanyakan
orang Yahudi yang sudah percaya tidak mau melepaskan undang-undang Taurat dan
orang-orang bukan Yahudi merasa tidak perlu mentaati semuanya. Persoalan ini
telah menjadi persoalan yang penting sehingga Rasul Paulus mengatakan bahwa
orang-orang bukan Yahudi tidak perlu menjadi orang Yahudi dahulu sebelum mereka
menjadi orang Kristen.
Surat Paulus kepada jemaat Galatia menyatakan bahwa Kekristenan
itu bebas dari Taurat. Pernyataan itu dilanjutkan dan lebih dijelaskan di dalam
surat Efesus. Hal itu telah menjadi perselisihan dalam jemaat sehingga diadakan
pertemuan istimewa untuk menyelesaikan hal itu. Pertemuan itu diadakan di
Yerusalem (Kisah 15:1-41*). Orang-orang Farisi yang sudah percaya mengatakan
bahwa orang-orang bukan Yahudi harus disunat. Petrus mengemukakan tentang hal-
hal yang terjadi di antara orang-orang bukan Yahudi di tempat ia telah
mengabarkan Injil. Yakobus membuat keputusan seperti yang tertulis dalam Kisah
15:19-21*.
Setelah itu jemaat-jemaat Kristen membuat kesimpulan seperti
berikut. Pertama, Perjanjian Lama tidak bertentangan dengan Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama mempersiapkan orang-orang untuk Kekristenan yang pada masa itu
masih belum ada. Kedua, janji-janji Allah kepada bangsa Yahudi bukan hanya
janji-janji berkat jasmani saja, tetapi juga merupakan janji-janji untuk berkat
rohani dan keselamatan jiwa. Janji-janji itu menerangkan pengharapan akan
Mesias yang digenapkan di dalam Yesus Kristus (Ibrani 1:1*). Ketiga, persoalan
tentang hubungan jemaat dengan Taurat diselesaikan dengan membedakan antara
undang-undang umum (sipil) dan undang-undang adat-istiadat dengan undang-undang
rohani. Kita dapat mengetahui bahwa Tuhan Yesus membedakan keduanya di dalam
ayat-ayat: Matius 5:38,39,43,44; Markus 2:21,22,28*. Dalam ayat-ayat itu Tuhan
Yesus mengakui diri-Nya lebih tinggi daripada Taurat. Dengan perkataan-Nya itu
juga Ia telah menyediakan orang-orang untuk kebenaran yang lebih lanjut yang
nanti akan dinyatakan oleh Roh Kudus (Kisah 15:28*).
Pendeknya, undang-undang adat-istiadat dan undang-undang umum
dalam Taurat itu hanya berlaku bagi Israel sebagai suatu bangsa. Dan oleh sebab
Injil itu untuk segenap dunia, maka undang-undang adat-istiadat tidak dapat
diterapkan kepada setiap orang Kristen. Lihatlah Galatia 3:24,25,28; 4:3-5;
Roma 3:21-28*. Undang-undang rohani dalam Taurat tidak dibatalkan oleh Tuhan
Yesus tetapi digenapkan dan disempurnakan di dalam Injil.
Sedikit
keterangan mengenai Alkitab.
Alkitab yang paling tua disalin langsung dari aslinya. Ada tiga
salinan yang paling tua, yaitu Kodex Sinaiticus, Kodex Alexandrinus, dan Kodex
Vatikkanus.
Kodex Sinaticus adalah salinan dalam bahasa Ibrani dan Bahasa
Yunani pada abad keempat (300-399). Dahulu kitab itu ada di Rusia, tetapi
setelah perang dunia kedua dijual kepada seorang Inggris dengan harga $500.000.
Kodex Alexandrinus adalah salinan dalam bahasa Ibrani dan Yunani pada abad ke 5
dan ada di Inggris. Kodex Vatikanus ialah salinan dalam bahasa Ibrani dan
Yunani pada abad ke-4, dan ada di Vatikan, Roma. Terjemahan-terjemahan dan
salinan kuno yang lain adalah:
- Septuaginta, yaitu terjemahan hanya Perjanjian Lama saja, dalam bahasa Gerika. Terjemahan itu dibuat di Alexandria (Mesir) kira-kira tahun 285 S.M.
- Samaritan Pentateuch, yaitu Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani tetapi memakai huruf Samaria.
- Siria, yaitu Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dalam bahasa Siria yang dibuat pada abad pertama atau kedua.
- Vulgata, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam bahasa Latin, diterjemahkan oleh Hieronymus kira-kira tahun 400. Kitab itu ada di Vatikan, Roma.
Terjemahan-terjemahan
dalam Bahasa Inggris
Sebelum abad keempat belas Alkitab hanya di dalam bahasa Latin
saja, jadi banyak orang yang tidak dapat membaca Alkitab. Setelah itu barulah
ada terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris. Terjemahan John Wycliffe, yang
hidup antara 1320-1384. Ia adalah seorang Inggris yang terpelajar. Ia
menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru kira-kira 1380. Sahabat-sahabatnya
meneruskan pekerjaannya setelah ia meninggal. Terjemahannya didasarkan pada
Vulgata. Terjemahan Willian Tyndale. Ia juga seorang Inggris yang terpelajar
dan seorang yang sangat mementingkan kebangunan rohani. Oleh sebab aniaya yang
berat ia terpaksa melarikan diri ke Eropa dan bekerja di sana. Perjanjian Baru
dan Taurat telah diselesaikannya pada tahun 1530. Ia telah mati sebagai sahid
sebelum Perjanjian Lama selesai. Terjemahan "Matthews’ Bible," pada
tahun 1537. Sebagian besar dikerjakan oleh John Rogers, sahabat Tyndale. Ia
telah menyelesaikan pekerjaan yang ditinggalkan oleh Tyndale. Terjemahan
"The Great Bible," pada tahun 1539. Terjemahan ini didasarkan pada
penterjemahan Matthews, Coverdale dan Tyndale. The Geneva Bible, pada tahun 1560. Terjemahan ini dikerjakan di
Geneva (Swiss) oleh para ahli yang melarikan diri dari Inggris karena tidak
tahan menghadapi aniaya yang terjadi pada zaman permaisuri Mary. Terjemahan ini
dipakai lama di Inggris. The Bishop’s Bible, 1568. Diterjemahkan di bawah pimpinan
Archbishop of Canterbury pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I. The Douay
Bible. Ini adalah terjemahan untuk orang-orang Roma Katolik. Penterjemahan itu
didasarkan pada terjemahan Vulgata dan pekerjaan itu diselesaikan pada tahun
1609-1610. King James atau "Authorised Version," pada tahun 1611.
Terjemahan ini sampai sekarang masih tetap disukai dan dipakai oleh orang-orang
yang berbahasa Inggris. Alkitab itu diterjemahkan oleh 47 orang ahli atas
perintah Raja James I dari Inggris. Penterjemahan ini didasarkan pada Bishop’s
Bible dan Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Revised Version, 1881-1884.
Diterjemahkan oleh beberapa orang Ahli dari Inggris dan Amerika. Terjemahan ini
didasarkan pada salinan yang tertua. The American Standard Version, 1900-1901. Terjemahan ini hampir
sama dengan Revised Version, hanya ada perubahan sedikit dibuat oleh ahli-ahli
dari Amerika. Penterjemahan ini dikerjakan oleh kira-kira 100 orang ahli dari
berbagai macam denominasi. Revised Standard Version 1949. Ini merupakan
terjemahan yang didasarkan pada salinan yang tertua, dan banyak pengetahuan
baru yang diperoleh dari bahasa-bahasa yang ada pada waktu Alkitab ditulis. Masih
ada lagi terjemahan-terjemahan yang lain dalam bahasa Inggris, misalnya: The
Living Bible, The New American Bible, Good News For Modern Man, The New
International Version dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar