Rabu, 04 Desember 2013

Kontribusi Strategi Pembelajaran Kontekstual Dan Motivasi Belajar Serta Hubungannya Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMK Medan Putri, Semester I T.P 2012-2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapa direalisasikan secara maksimal. Salah satu yang di hadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar, masalah yang dihadapi seorang siswa cukup kompleks. Artinya dalam belajar dipengaruhi oleh macam-macam hal yang saling berkaitan. Proses belajar yang dilakukan seseorang pasti akan menunjukan suatu gejala/proses dan hasil belajar yang berbeda-beda. Perbedaan ini bersumber pada kenyataan bahwa manusia berbeda kemampuan dalam memahami sesuatu. Jadi sukses seseorang dalam belajar merupakan gabungan dari kesanggupannya berdasarkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memahami sesuatu, pelajaran yang selaras, strategi dan metode belajar mengajar serta model pembelajaran yang baik.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Gagne yang dikutip dalam Zachri, yaitu sesungguhnya banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebu di bedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.[1]  Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang meliputi: bakat, minat, motivasi, sikap, gaya belajar, dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang meliputi : metode dalam mengajar, alat evaluasi, lingkungan belajar, media pengajaran, model pembelajaran dan lain-lain. Dalam sistem pendidikan , seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik.[2]
Hal ini juga berari bahwa dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal, guru dituntut untuk memilih strategi, model dan metode mengajar yang paling sesuai dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran dan penerapan model pembelajaran yang mampu merangsang minat belajar siswa. Menurut Hoy (2000), proses pembelajaran berakar di dalam kelas. Guru mengelola pengajaran dan pembelajaran, serta peningkatan harus melibatkan usaha-usaha guru dalam proses.[3]
Hasil belajar PAK merupakan yang tidak terpisahkan dari motivasi belajar siswa. Motivasi belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam memberi materi pelajaran dan penguasan strategi pembelajaran di kelas. Sebagai seorang guru PAK selalu mengharapkan anak didiknya berprestasi. Pre[4]stasi belajar PAK adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di seekolah yang dinyatakan dalam  bentuk skor yang di peroleh dari hasil ujian tes.
Adapun yang diamati oleh peneliti adalah sekolah SMK  Medan  Putri kelas  XI   T.P 2012—2013. Berdasarkan dari nilai yang diperoleh  dari guru PAK SMK Medan Putri kelas X dapat dilihat dari table berikut :
Tahun
KKM
Kelas
Jumlah
Siswa
(Rata2)
Semester  Ganjil
% Prestasi
Jumlah   X
(Rata2)
Semester Genap
2009/2010
70
XITR
23
70.2
65%
23
67,2
2010/2011
70
XITR
20
65.3
68%
23
72,2
2011/2012
70
XITR
25
72.5
70%
25
75,5

Berdasarkan dari hasil prestasi anak didik antara  tahun 2009 sampai dengan 2012 dari kelas XI TKR SMK Medan Putri  masih ada naik turun nilai yang dicapai. Misalnya pada tahun 2009/2010 nila rata-rata kelas XI TKR pada semester ganjil adalah 70,2 pada semester genapnya nilai rata-ratanya 67,2. Pada tahun ajaran 2010/2011 untuk nilai kelas XI TKR naik dari semester ganjil ke semester genap yaitu dari 65,3, menjadi 72,2.
Berarti upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak hanya pada persiapan yang matang dan tepat, tetapi juga ditentukan kualitad proses berkaitan dengan penggunaan metode yang bervariasi, kesediaan media yang tepat dan evaluasi pengajaran yang baik. Guru yang merancang kegiatan mengajar dan melaksanakannya sebagai suatu stimulasi bagi peserta didik sehingga mereka melakukan suatu kegiatan dengan mendengarkan penjelasan guru, mencatat dan memahami materi pelajaran yang pada gilirannya akan tertcipta suatu perubahan tingkah laku pada diri peserta didik. Namun kenyataannya pelaksanaan memilih model pembelajaran masih berpola pada paradigma pembelajaran yang teacher centered, dan belum pada student centered yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidikan saat ini cenderung pada pencapaian target meteri kurikulum, lebih mementingkan pada penghapalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran didalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam model pembelajaran secara tradisional, untuk keberhasilan  pembelajaran, guru berusaha melakukan transfer pengetahuan kepada siswa.
Dalam transfer pengetahuan ini siswa harus berkonsentrasi  harus berkonsentrasi dalam mendengarkan penjelasan dan uraian guru sehingga aktifitas belajar  yang tercipta seperti yang dikemukakan Anita Lie adalah D3CH ( duduk, diam, dengar, catat dan hapal).[5]  Dengan kata lain, dalam menyampaikan materi, biasanya tenaga pengajar menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif dan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal.
Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Sehubungan dengan adanya kesenjangan harapan dan kenyataan maka penelitian persepsi siswa terhadap strategi pembelajaran konteksual dan motivasi belajar serta hubungannya dengan hasil belajar sangat penting dilakukan.


[1] Abdul L. Zachri, Prinsip desain instuksional, ( Jakarta :  Pustaka Teknologi Pendidikan IKIP, 1989 ), hal. 30
[2] UU N0 2 Tentang Sistem Pendidikan ( Jakarta : Depdikbud; 1989), hal.  3
[3] Syafarudin, Manajemen Pembelajaran, ( Jakarta ;Quantum Teaching ), hal. 156
[4] E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidkan Agama Kristen, ( Jakarta : BPK Gunung Mulia , 1993 ), hal. 180
[5] Anita Lie, Memperaktekkan Cooperatif Learning di ruang- ruang Kelas, (Jakarta; Grasindo 2002 ) hal. 20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar