Lester L. Grabbe
=========================================================================
Sebuah terjemahan dari
Buku:
“The Oxford Handbook of
Biblical Studies, Edited J.W. Rogerson & Ludith M Lieu, Oxford University
Press,2006, hlm. 381-391”
=========================================================================
Topik mengenai Ahli Taurat dan Sinagoge
dapat
diperlakukan secara terpisah, karena
hal ini merupakan interpretasi mengenai
apakah keduanya saling berkaitan satu sama lain. Meskipun
demikian, teori-teori modern
tak jarang melihat bahwa Ahli Taurat
dan Sinagoge merupakan lembaga 'awam',
yang berhubungan dengan imam dan kuil.
Sebelum mempertimbangkan pertanyaan
tentang hubungan keduanya, topik
ini akan dibahas secara terpisah.
A H L I T A U R A T
Para juru tulis adalah
tulang punggung dalam pemerintahan kuno Helenistik
Timur Dekat. Sebagai orang yang mampu membaca dan menulis, mereka terlatih dalam pencatatan dan penyusunan dokumen,
dan mereka juga diperlukan dalam setiap urusan sosial masyarakat. Meskipun keberadaan
serta profesionalisme mereka tidak
selalu diakui, tetapi sebagai penulis dan orang yang menguasai aksara mereka mampu
produksi tulisan sebagaimana yang dibahas dalam tulisan-tulisan ilmiah pada Alkitab.
Alkitab Ibrani mengasumsikan bahwa
para juru tulis (ahli taurat) telah
digunakan dalam administrasi kerajaan
Israel dan Yehuda: Ahli Taurat Daud (2
Samuel 8: 17,
20: 25; 1 Tawarikh
18: 16; 24: 6),
juru tulis Salomo (1 Rajaraja 4: 3), seorang penulis kerajaan
di zaman Yoas (2 Rajaraja 12: 11;
2 Tawarikh 24: 11),
Sebna, seorang panitera (2 Rajaraja 18: 18,
37; 19: 2);
Safan, seorang juru tulis (2 Rajaraja 22: 3,
8-10, 12, 2 Tawarikh
34: 15, 18,
20), para komandan tentara (2 Rajaraja 25: 19;
Yeremia 52: 25).
Yeremia juga memiliki sejumlah catatan tentang pekerjaan seorang penulis.
Gemarya bin Safan, seorang juru tulis di rumah
ibadat (36: 10), dan juga
seorang juru tulis di istana raja (36: 12);
Elisama, seorang juru tulis (36: 12, 20, 21), Barukh memainkan
peran penting (36: 26, 32); ketika Yeremia
dipenjarakan di rumah panitera Yonatan (37: 15,
20).
Lewi sebagai penulis juga disebutkan dalam sejumlah ayat pada kitab Tawarikh meskipun tidak sejajar
dengan kasus yang terdapat pada Kitab Raja-raja (banyak
yang berpendapat bahwa ayat-ayat ini
harus mewakili waktu penanggalan pada periode Persia dan juga mencerminkan situasi saat itu). Seorang Ahli Taurat juga dikatakan tinggal pada Yabes (1 Tawarikh 2: 55);
Semaya ben Natanael
Lewi adalah juru
tulis (1 Tawarikh 24: 6), kaum-Izharites
dan Hebron bertindak
sebagai administrator penulisan
(1 Tawarikh 26:
29-32), Yeiel, seorang Ahli Taurat juga mengerahkan tentara di bawah pemerintahan Uzia (2 Tawarikh 26:
11); beberapa orang
panitera dan Penjaga Pintu dari Suku Lewi (2 Tawarikh 34: 13);
Zadok juga ditunjuk untuk menjadi juru
tulis dengan Nehemia (Nehemia
13: 13), namanya mungkin menyarankan bahwa ia adalah seorang imam, namun menurut keterangan lain meskipun Nehemia
diidentifikasi sebagai imam orang Lewi ia juga kerap dikatakan
menjadi juru tulis.
Hal ini menjadi perdebatan bagaimana informasi dari
Alkitab Ibrani dapat diandalkan. Namun, kami juga memiliki informasi awal yang bersifat kontemporer
setidaknya pada jaman Persia. Sepuluh
segel dari para kolektor dijual
di pasar barang
antik dengan nama
'untuk Yeremai
juru tulis'”. Meski ini tidak
memberitahu kita banyak informasi, tapi
kami memiliki sejumlah data
berharga dari komunitas Yahudi di Elephantine, Mesir. Sejumlah salinan dokumen menyebutkan tentang para juru tulis. “Para juru tulis
provinsi' namanya disejajarkan dengan hakim dan pejabat lainnya dalam sebuah
surat kepada Arsames, gubernur Mesir; kami juga memiliki catatan tentang ‘juru tulis
dalam perbendaharaan’. Seorang pribadi, yang gajinya belum dibayar mengeluh
kepada 'pejabat', yang pada akhirnya memilih untuk mengeluhkannya kepada para
juru tulis.
Menjadi penulis akan menjadi pekerjaan penting bagi
pemerintah provinsi dan juga Bait Allah. Juru tulis akan bekerja di berbagai
tingkatan. Namun, pada jenjang pemerintahan tinggi, mereka disarankan untuk
mendukung gubernur dan kantor utama pemerintah provinsi, untuk mengelola
perbendaharaan tentang perihal catatan pembayaran dan bahkan daftar pembayar
pajak tetap, untuk gudang penyimpanan untuk pajak dan perpuluhan, dan juga mereka terus menghitung jumlah daftar
inventaris yang masuk serta angggaran yang harus disetujui. Sebagaimana kita
juga tahu tentang seorang penulis pada tempat peribadatan misalnya, mereka
disebut dalam Keputusan Antiochus III sekitar 200 sM. Para juru tulis yang ditempatkan di rumah-rumah
ibadat akan memiliki tugas serupa sebagai tukang catat, tetapi di samping itu
mereka juga memiliki tanggung jawab menyalin tulisan-tulisan suci, manual, buku
instruksi, daftar peraturan, silsilah imam, dan sejenisnya yang berkaitan
dengan administrasi kuil. Beberapa ahli Taurat disertai dengan jabatan tinggi,
sedangkan yang lain memiliki tugas yang biasa. Namun
demikian, juru tulis kantor
-apakah tinggi atau rendah
diperlukan individu yang
terlatih dan
lebih baik dari pada tenaga
kerja untuk
hasil yang
tidak pasti
seperti di ladang, atau di kebun-kebun
anggur.
Ada bukti bahwa orang-orang Lewi yang sangat tertarik
pada keterampilan penulisan yang diperlukan untuk menjalankan tugas kebangsaan
serta pada tempat-tempat ibadah.
Pada urusan rumah ibadah, imam dan orang Lewi - adalah
orang-orang yang memiliki pendidikan dan intelektual. Dengan demikian mereka
ditugaskan membaca, menulis, dan mengomentari literatur keagamaan. Mereka juga
menjadi guru sekolah dasar dalam urusan agama. Dengan demikian, pekerjaan
mereka tidak hanya menyangkut urusan kultus tetapi juga sebagian besar dari
berbagai macam kegiatan keagamaan lainnya, termasuk pengajaran dan pengembangan
tradisi, yang berlangsung dalam lingkungan tempat peribadatan. Fungsi lain yang
dilakukan oleh beberapa ahli Taurat - mungkin hanya sedikit - adalah tentang
kesusasteraan. Ahiqar, seorang juru tulis legendaris dikatakan menjadi
penasehat raja Asyur dan juga sekaligus menjadi komposer dari kata-kata bijak.
Dalam kata-kata Ahiqar dia digambarkan sebagai 'seorang penulis yang bijaksana
dan cepat/ terampil', dan sebagai ' juru tulis bijaksana dan menguasai nasihat
baik'. Itulah sebabnya secara umum, ahli Taurat merupakan bagian penting dari
adegan intelektual selama periode Bait Suci Kedua. Mungkin tokoh yang paling terkenal di antaranya adalah
Ben Sira:
Seorang sarjana yang bijaksana harus memiliki waktu yang cukup luang. Untuk menjadi bijaksana, dia harus dibebaskan dari tugas-tugas
lainnya. Bagaimana bisa bijaksana
yang menuntun bajak -- yang membicarakan tentang ternak? Betapa berbedanya itu
dengan seseorang yang mengabdikan dirinya untuk mempelajari hukum Yang Maha
Tinggi, yang mengeksplorasi semua kebijaksanaan masa lalu dan menempatkan
dirinya dengan pelajaran tentang nubuat! Dia menjaga perkataan orang-orang terkenal dan menguasai segala seluk-beluk
perumpamaan. Dia mengeksplorasi makna tersembunyi dari setiap amsal dan
mengetahui makna dibalik setiap perumpamaan. Dia mengeksplorasi makna yang tersembunyi
dari amsal dan tahu jalan di antara perumpamaan misterius. Dia berhasil memanfaatkan jasa-jasanya, dan dia terlihat di hadapan
penguasa. Pertama, ia akan melakukan perjalanan ke luar negeri dan belajar kebaikan dan kejahatan manusia. Dia membuat titik awal naik untuk
mencari Tuhan ... Jika itu adalah
kehendak Tuhan yang
perkasa, dia akan diisi dengan
semangat untuk menyelidiki sesgala sesuatu; maka dia akan mencurahkan kata-kata bijak sendiri dan bersyukur kepada Tuhan dalam doa. Dia diarahkan
dalam nasihat dan
pengetahuan oleh Tuhan, yang
secara terus menerus
mampu menyingkap rahasia dan pengetahuan. Dalam mengajar, ia akan mengungkapkan pembelajaran, dan kebanggaannya adalah tentang hukum perjanjian TUHAN. Banyak
yang akan memuji kecerdasannya,
dan dia tidak akan pernah terlupakan. Kenangannya tentang dia
tidak akan mati, dan namanya akan hidup selama-lamanya. Negara-negara akan menceritakan kebijaksanaan,
dan orang-orang berkumpul memujinya Jika dia
hidup lama, ia akan meninggalkan nama baik, bahkan ketika meninggal panjang, reputasinya aman.
Dengan demikian hal Ini tidak diragukan lagi bahwa hal keterangan di
atas merupakan gambaran ideal dari juru tulis, yang
membuat juru tulis yang
bertanggung jawab untuk pengetahuan dan studi hukum Allah. Hubungan
dekat Ben Sira dengan Bait Allah (beberapa
berpendapat bahwa ia sendiri seorang
imam) harus menjadi catatan dalam pikiran. Namun, hal yang hingga kini belum jelas adalah
Ben Sira telah menunjukkan bahwa orang yang mengikuti pelatihan penulisan biasanya akan menjadi ahli dalam masalah hukum.
Penggunaan istilah 'juru
tulis' dalam literatur Yahudi setelah
masa Ben Sira digariskan sebagai berikut: pada dasarnya, pada penggunaan secara umum, 'juru tulis' mengacu pada seorang profesional, yaitu seseorang
yang terlatih untuk menulis, menyalin,
menyimpan rekening, dan sebaliknya
melaksanakan fungsi menjadi pegawai
atau sekretaris. Posisinya
bisa bervariasi dari jabatan yang agak rendah,
hingga posisi yang sangat tinggi yakni menjaga catatan-catatan setiap orang dalam gedung
menteri tinggi negara,
dengan demikian kantornya adalah salah satu kantor yang
penting dalam birokrasi pemerintahan.
Situasi dapat dicontohkan pada
Josephus, yang membuat banyak referensi tentang penulis, seperti: sekretaris
desa, sekretaris Herodes, sekretaris Sanhedrin, serta ahli-ahli Taurat pada rumah Ibadah.
Namun, di sana-sini kami menemukan petunjuk bahwa istilah
tetang juru tulis juga bisa digunakan terhadap seseorang yang memahami hukum
ilahi yang bertugas sebagai penerjemah kitab suci. Hal ini mungkin terjadi di
beberapa kasus, meskipun kemungkinan hal itu tetap menunjuk bahwa para juru
tulis dimaksud adalah orang-orang yang sama. Untuk juru tulis profesional yang
bertugas di birokrasi publik atau yang bekerja pada pihak swasta. Misalnya,
dalam 1 Makabe 7 : 12 berbicara tentang delegasi ahli Taurat yang tampil di
hadapan Alcimus untuk meminta sesuatu hal. Di satu sisi mereka mungkin telah
mewakili yang dipelajari oleh oposisi anti - Seleucid (meskipun sebagian
mengatakan bahwa mereka adalah para ulama di kalangan Hasidim - v 13.), di sisi
lain, juga mungkin bahwa mereka adalah ahli-ahli Taurat profesional (juga tidak jelas bahwa mereka ada
hubungannya dengan Hasidim sebagaimana yang disebutkan dalam konteks umum yang
sama). Demikian pula dalam 2 Makabe 6 : 18-31 yang mengisahkan tentang
peristiwa martir yang dialami oleh Eleazar seorang juru tulis. Apakah ini
karena pengetahuan khusus hukum atau karena ia hanya juru tulis biasa? Akan
tetapi dalam 4 Makabe 5 : 4 mengatakan bahwa ia adalah seorang imam.
Terlepas dari Ben Sira, penggunaan 'juru tulis' salah satu
pengertiannya adalah dimaksudkan sebagai orang yang memahami hukum paling suci yang
dikenal dari Perjanjian
Baru. Dalam beberapa teks
Perjanjian Baru, 'juru tulis' nampaknya hampir mengandung arti sektarian.
Dengan demikian seolah-olah mereka dipandang seperti kelompok agama, di samping
golongan Saduki, Farisi, dan lain-lain. Markus 7 : 1-23 menyebutkan kedua orang
Farisi dan ahli Taurat bersama-sama, seperti juga halnya dalam Matius 12 : 38,
23 : 2, dan Lukas 5 : 21. Apakah ini identitas baru dan berbeda untuk para
'penulis' ? Atau, apakah ada sebuah sekte keagamaan yang dikenal sebagai 'ahli
Taurat'? Untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini tentu tidak mudah,
dan perlu mempertimbangkan studi terbaru riwayat para penulis Injil,
pengetahuan dan niat mereka. Ini mungkin yang dijelaskan oleh Markus (biasanya kitab
ini dianggap sebagai awal dari kitab Injil) yang menulis bahwa orang-orang
Farisi adalah satu-satunya kelompok yang benar-benar diketahui, dan catatan
mengenai kelompok lain agaknya tidak berdasarkan pengetahuan yang tepat.
Schwartz mencatat bahwa sejak itu keterampilan mereka dalam menulis sering
digambarkan dan berhubungan rumah ibadah, sehingga beberapa 'penulis' dari
Injil dalam banyak kasus mungkin berasal dari kalangan orang-orang Lewi.
Kuncinya mungkin terletak pada beberapa keterangan yang dihentikan oleh beberapa
sarjana. Keterangan yang paling mungkin adalah pembacaan
pada kitab Markus 2: 16, yakni 'ahli Taurat dari orang-orang Farisi, menunjukkan bahwa ahli Taurat itu bukan merupakan
pihak profesional yang terpisah.
Tetapi juga, orang Farisi dalam Kisah
23: 9 berbicara
tentang komunitas 'ahli Taurat orang
Farisi'. Hal ini menunjukkan bahwa pihak lain (misalnya orang-orang
Saduki) juga memiliki ahli-ahli
Taurat mereka sendiri, dan mungkin juga bahwa
beberapa orang yang memiliki keahlian
khusus dalam hukum atau
interpretasi hukum dari sekte
tersebut. Jika demikian, penggunaan ini akan
sejalan apa yang dimaksudkan Ben Sira,
di mana 'ideal' dari
juru tulis tidak hanya satu dengan pengetahuan dan keterampilan profesional, tetapi juga satu
dengan pengetahuan dan pemahaman tentang hukum Allah. Juga, penjelasan
ini tidak bertentangan. Schwartz
berargumen, bahwa hal itu disebabkan
karena beberapa orang Lewi mungkin
telah memiliki berbagai sekte yang masih ada pada
saat itu.
Pertanyaan tentang masalah keaksaraan dalam masyarakat
kuno telah lebih dari daripada yang diharapkan. Hal ini mungkin karena untuk
beberapa hal itu terkait dengan pertanyaan apakah komposisi sastra Alkitab
adalah awal atau akhir. Artinya, orang-orang yang membela keaksaraan pada waktu
awal di Israel, mereka juga cenderung berpendapat untuk asal awal teks. Namun
kebanyakan setuju bahwa studi keaksaraan fungsional antara populasi umum adalah
rendah di sebagian besar masyarakat pra-modern, terutama mereka dengan script
rumit seperti hieroglif Mesir atau tulisan paku di Mesopotamia. Tapi itu
berbeda di Israel dan masyarakat Yahudi, di mana ada naskah abjad, seperti yang
telah dikatakan oleh peneliti terbaru yang telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki naskah abjad tidak jauh
lebih baik. Secara historis, memiliki skrip abjad tidak menjamin tingginya
tingkat pengenalan akan aksara di kalangan masyarakat umum, seperti yang
ditunjukkan oleh studi dari Yunani dan Roma atau bahkan masyarakat Yahudi di
akhir periode Bait Suci Kedua.
Sebuah pertanyaan yang sama berlaku
juga untuk sekolah, yang ideal
dari pendidikan umum dalam konsep modern. Di zaman dahulu orang kaya bisa menyewa tutor, dan kita tahu bahwa
dalam 'sofis' Graeco-Romawi akan mencari
murid untuk dibayar. Kota-kota Yunani juga mengoperasikan 'gymnasium' untuk pelatihan warga, tapi ini terbatas
pada sejumlah kecil orang yang memenuhi syarat sebagai
warga negara. Singkatnya, suatu
sistem sekolah untuk masyarakat umum tidak diketahui. Dalam pemerintahan Mesir Kuno
dan Mesopotami Timur, ahli-ahli
Taurat ditempatkan di sekolah-sekolah untuk melatih karena
birokrasi mereka yang luas
sehingga diperlukan banyak ahli-ahli Taurat. Sedangkan di Israel kuno dan Yehuda, bagaimanapun, jumlah juru tulis jauh lebih
sedikit jumlahnya. Ahli Taurat di
Bait Allah akan dilatih oleh para imam. Meskipun ada indikasi bahwa kebiasaan menulis sering diturunkan dari ayah ke anak, sehingga latihan yang bisa diberikan melalui bentuk praktek.
S I N A G O G E
Pertanyaan tentang kapan
dan di mana rumah ibadat berasal
telah banyak diperdebatkan baru-baru ini. Sebelumnya dijelaskan bahwa
institusi rumah ibadat muncul selama pembuangan Babel atau mungkin bahkan lebih
awal, serta memiliki peran sentral dalam kegiatan ibadah dan pengajaran pada seluruh komunitas Yahudi. Studi terbaru menemukan berbagai persoalan
sehingga pendapat tersebut dianggap tidak meyakinkan. Ada beberapa alasan tentang hal tersebut. Pertama, tidak ada sumber mengacu pada keberaadan
sinagoge atau sesuatu
seperti itu sampai abad ketiga
sM. Kedua, selama
berabad-abad kuil tampaknya telah
menjadi pusat ibadah umum, dan keberadaan dari beberapa
bentuk lain dari ibadah umum
tidak mungkin telah terjadi sangat tiba-tiba. Ketiga,
saat beribadah di
luar kuil sebagaimana disebutkan oleh
sumber referensi yang menjelaskan bahwa doa dan sejenisnya
dilakukan dalam rumah.
Tidak seorangpun menyangkal bahwa sinagoge telah mengambil peranan penting
bagi masyarakat Yahudi pada abad-abad
pertama Masehi. Secara harafiah dan
arkeologis hal itu dapat dibuktikan
baik dari abad
kedua atau ketiga Masehi. Sinagoge
memainkan peran sentral dalam sebagian besar masyarakat Yahudi, berfungsi tidak hanya ibadah,
tetapi juga sebagai pusat kehidupan masyarakat, baik di Palestina,
Mesir, kalangan Yunani-Romawi, Babilonia. Pertanyaannya adalah: bila selama setengah milenium
atau lebih setelah pembuangan ke Babel
apakah sinagogea tidak berkembang serta menjadi lembaga yang tidak penting
bagi Yahudi?
Peralihan tempat komunitas
ibadah umum tampaknya telah menyita banyak waktu. Sumber tertulis awal yang menyebutkan orang-orang Yahudi di luar Yerusalem, dalam beribadah mereka melakukannya di rumah kediaman
mereka. Dalam Tobit, perayaan
doa dan festival
dilakukan di rumah (2:
1-3), serta tidak menunjukkan ada tanda-tanda
sebagai lembaga maupun komunitas.
Kitab 2 Daniel (6: 11) dan Judith (8:
36-10: 2) memberikan gambar protagonis terhadap mereka yang berdoa di rumah mereka (lih. juga Kisah 1: 13-14). Ben Sira, 1-3 Makabe,
dan Surat Aristeas yang pada dasarnya tidak menceritakan tentang rumah
ibadat.
Bukti awal mengenai keberadaan rumah ibadat diketahui di Mesir, pada pertengahan abad ketiga SM yaitu pada jaman Diaspora. Pada saat itu kami mulai menemukan bangunan dengan prasasti yang bertuliskan tentang ' rumah doa ' (PROSEUCHE)
dari orang-orang Yahudi. Hal ini tidak
mengherankan, karena komunitas Yahudi di daerah Palestina yang
jauh dari Yerusalem tidak mudah memiliki akses ke Bait Suci. Peziarah datang setiap tahun dalam jumlah besar untuk beribadah di Yerusalem selama perayaan tahunan, tentu hal ini masih hanya dilakukan sebagian kecil dari orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Seorang Yahudi kaya seperti Philo dari Alexandria menyebutkan bepergian ke Yerusalem hanya sekali. Barangkali dia melakukaknnya lebih dari sekali dalam hidupnya, tapi hal itu memberikan kesan bahwa setiap orang tidak sering pergi ke Yerusalem. Dengan demikian, masyarakat Diaspora hal tersebut dianggap
sebagai sarana untuk mengekspresikan agama mereka secara bersama-sama.
Bagaimanapun , sampai abad pertama Masehi
prasasti Theodotus tidak
ditemukan di Palestina. Sebagian besar meyakini bahwa hal tersebut terjadi sebelum tahun 70.
(meskipun H. Kee, 199) tetap berpendapat bahwa itu adalah setelah tahun 70.
Penulis prasasti menyatakan bahwa prasasti sinagoga dikembalikan ke
kakeknya saat menjabat sebagai pembaca hukum
dan pemandu wisatawan. Jika tidak , ia telah sulit untuk
menemukansisa-sisa bangunan rumah ibadat sebelum tahun 70.
Reruntuhan dari sinagoga diperkirakan telah ditemukan antara utara
Gamla dan timur Laut
Galilea , di Herodium , dan di Masada. Meskipun tidak semua mengakui bahwa
arkeologi dapat mengidentifikasi hal tersebut,
kebanyakan ahli bersedia menerima bahwa sinagoga dibuktikan sebagai lembaga di
Palestina pada abad pertama Masehi . Hal
ini konsisten dengan sumber-sumber sastra yang menyatakan bahwa rumah ibadat
itu diimpor ke Palestina setelah Pemberontakan Makabe.
Catatan yang paling awal pada literatur yang masih ada menyatakan bahwa
keberadaan sinagoge tidak lebih awal dari abad pertama. Pertama, Philo dari Alexandria. Kedua, Josephus dan Perjanjian Baru memberikan referensi tentang sinagog pada berbagai bagian Kekaisaran Romawi. Josephus menyebutkan sinagog di Kaisarea, Dora (sunagoge) serta di Tiberias (PROSEUCHE) meskipun tidak ditemukan di tempat lain di Palestina. PB adalah himpunan awal tulisan yang secara khusus menempatkan sinagoge di pusat Palestina, termasuk Yerusalem. Banyak ayat-ayat dalam Injil menggambarkan Yesus atau orang-orang Kristen awal yang hadir dan bahkan berbicara dalam rumah-rumah ibadat. Mungkin salah satu deskripsi paling rinci ditemukan dalam Lukas 4: 16-29.
Apa sebenarnya yang dilakukan rumah di ibadat?
Kegiatan apakh berlangsung di dalamnya? Beberapa kisah dapat memuat hal tersebut, tapi sepertinya tidak
cukup untuk memberikan gambaran lengkap. Sumbernyapun
bervariasi, seperti: prasasti primer, dugaan keputusan dan surat-surat dalam
sumber-sumber sastra resmi , laporan dalam sumber-sumber sastra. kredibilitas informasi ini tidak memiliki tingkatan yang
sama , dan kekhawatiran Yosefus membuat beberapa sumber data meminta
maaf. Tapi gambaran luas yang sama cenderung muncul dari berbagai sumber .
Membaca Alkitab , doa , dan pengajaran dan aktivitas kotbah tampaknya telah
menjadi semacam kegiatan utama pada
rumah-rumah ibadat, tetapi sulit untuk menyatakan itu dengan
pasti . Baru-baru ini ada yang menyatakan
bahwa awalnya rumah ibadat tidak ada hubungannya dengan doa atau ibadah. Pendapat ini
tampaknya tidak tepat karena
dua alasan: (1) nama awal dalam prasasti adalah PROSEUCHE ¯
' ( tempat ), sembahyang , doa
(rumah ) ', yang tampaknya aneh untuk memberikan nama pada bangunan
yang tidak ada hubungannya dengan doa , (2 ) Agatharchides dari Cnidus
menyatakan bahwa 'orang-orang Yahudi’ berdoa
dengan tangan terentang di kuil-kuil (Hiera) sampai malam Meskipun dia tidakn berbicara
tentang Yerusalem, ia kemungkinan mengungkapkan pengalamannya
pada sinagoge di Alexandria dan tempat lain di Pembuangan .
Prasasti Theodotus hanya menjelaskan
tentang membaca dan mempelajari kitab suci (serta perhotelan). Meskipun tidak semua, namun pembacaan Taurat tampaknya telah banyak dilakukan pada rumah-rumah ibadat,. Kami tidak memiliki
informasi yang memungkinkan kita untuk melampaui pernyataan ini. Meskipun sesekali siklus leksionari, memiliki argumen bahwa pembacaan Alkitab tetap dilakukan, tampaknya tidak
mungkin, bahkan literatur rabinik tidak dapat membuktikannya. Hal yang sama berlaku untuk terjemahan pembacaan Alkitab ke dalam bahasa
Aram. Meskipun terjemahan ini tampaknya memiliki tempat dalam layanan rumah ibadat selama periode rabi, tidak
ada bukti sejauh ini bahwa targum atau targumizing telah memiliki sinagog sebelum tahun 70.
Akhirnya, ada pertanyaan apakah ada hubungan
antara ahli-ahli Taurat dan sinagoge.
Pertama kali harus dicatat bahwa konsep tentang ahli
Taurat dan sinagog sebagai lembaga 'yang tergeletak” tidak didukung oleh
fakta-fakta . Sejumlah sumber menyatakan bahwa para imam dan orang-orang Lewi
yang sering terlibat dalam peran utama di sinagoga. Ada juga yang berpendapat bahwa tampaknya
rumah-rumah ibadat di Pembuangan merupakan tiruan Bait
Allah di Yerusalem. Dalam setiap kasus, istilah ' lembaga “yang tergeletak'
tampaknya tidak pantas. Dari pejabat yang berbeda dibuktikan dalam berbagai
sumber, ' ahli Taurat ' kadang-kadang dikaitkan dengan rumah-rumah ibadat . Sebuah
papyrus kuno dari abad pertama SM ,
yang tampaknya menggambarkan pertemuan masyarakat pemakaman Yahudi di sinagoga
, menyebutkan juru tulis. Ini
mungkin berarti bahwa satu atau lebih juru tulis yang hadir untuk membantu
pertemuan tersebut. Dua ayat dalam kitab-kitab Injil mengkritik
ahli Taurat karena mereka mencari jabatan terbaik
di rumah ibadat (Markus 12 : 29 / / Matt 23 : 6 / /Lukas 20 : 46 ; Lukas 11 : 43 ) dan Yesus tidak mengajarkan hal-hal seperti ini (Markus 1 : 21-2 ).
Apa yang dapat kita katakan adalah bahwa para juru tulis dibutuhkan untuk beberapa kegiatan yang
dilakukan di rumah ibadat. Mereka akan menyimpan catatan dan melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan hal menulis dan menyusun dokumen. Mungkin mereka juga akan menjabat sebagai notaris atau saksi penandatanganan dokumen. Dengan demikian,
kita cukup bisa menganggap bahwa setiap rumah ibadat akan memiliki satu atau lebih juru tulis yang bekerja secara penuh atau paruh-waktu. Mark 1: 21-2 juga menunjukkan
bahwa juru tulis memiliki fungsi mengajar. Ini akan membuat lebih masuk akal jika para ahli Taurat sering berasal dari kalangan imam atau orang Lewi. Tapi ini tidak membawa kita selalu mengasosiasikan ahli-ahli Taurat dengan rumah-rumah ibadat atau kemudian diterjemahkan
bahwa rumah-rumah ibadat dijalankan oleh ahli-ahli Taurat.
Ini kadang-kadang menyiratkan kepada kita bahwa rumah ibadat itu khususnya yang
berkaitan dengan orang-orang Farisi merupakan lembaga orang Farisi. Kita dapat meyatakannya bahwa ini hanyalah spekulasi: tidak ada bukti untuk mendukung anggapan tersebut. Tak satu pun dari prasasti atau sumber sastra membuat asosiasi seperti itu: Pada bagian catatan Josephus, Injil, dan Kisah Para Rasul tidak menyebutkan bahwa orang-orang Farisi selalu terhubung dengan rumah-rumah ibadat.
Sebagai kesimpulan, ada kemungkinan bahwa rumah ibadat pertama muncul pada jaman pembuangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat karena disebabkan akses yang tidak mudah ke Bait Suci. Tentang hal ini mungkin terjadi abad ketiga sM. Sinagoge berfungsi sebagai tempat doa dan/ atau tempat belajar, kemudian berkembang menjadi pusat kegiatan
masyarakat. Secara bertahap hal itu mungkin
berdampak ke Palestina, di mana Bait Suci dapat diakses. Hal ini mungkin terjadi dalam periode pasca-Makabe,
mungkin di abad pertama sebelum atau sesudah Masehi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar